Bencana HAM Terbaru Tiongkok Jutaan Warga Uighur Disekap Rezim komunis

EpochTimesId – Komite PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial pada 10 Agustus menyebutkan bahwa, pemerintah Tiongkok masih menempatkan lebih dari 1 juta orang warga Uighur dalam kamp tahanan rahasia.

Sebanyak 44 sarjana Tiongkok dalam dan luar negeri, termasuk para pembangkang, mengeluarkan himbauan bersama. Mereka meminta kepada masyarakat internasional untuk membantu mengatasi bencana HAM yang sedang dialami oleh warga Xinjiang.

Gay McDougall dari Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial mengutip laporan yang dapat dipercaya. Laporan menjelaskan bahwa masih terdapat sekitar 2 juta orang warga etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya dipaksa mendekam dalam kamp-kamp indoktrinasi politik yang dibangun oleh PKT di daerah Xinjiang.

“Kami telah menerima sejumlah besar laporan yang dapat diandalkan, menuduh pemerintah Tiongkok (PKT) yang mengatasnamakan pemeliharaan stabilitas, memerangi ekstremisme agama telah mengubah Xinjiang sebagai kamp penahanan besar. Membuat wilayah besar itu jadi zona tanpa hak asasi manusia, kami sangat prihatin tentang ini,” ujar Gay McDougall dalam pertemuan.

Wang Dan dan Teng Biao, bersama Xia Yeliang, Meli, Fu Zhengming, Hu Ping dan aktivis demokrasi asal Tiongkok lainnya yang berada di luar negeri telah bersama-sama merilis dokumen pernyataan, pada 10 Agustus 2018. Mereka bersama komunitas dan warga Tionghoa se-dunia merujuk pada protes terhadap pemerintah Tiongkok yang mendirikan ‘Xinjiang reeducation camps’ (Pusat pendidikan ulang bagi warga Uighur) di daerah Xinjiang.

Kompleks sejenis penjara ilegal tersebut digunakan untuk menampung warga Uighur dan etnis minoritas lainnya yang beragama Islam. Mereka umumnya ditangkap secara sewenang-wenang atau ilegal.

Dokumen pernyataan tersebut mengatakan, pusat pendidikan ulang itu secara umum adalah tempat penyiksaan. Sering terdengar kabar tentang tahanan yang disiksa sampai mati di tempat itu.

Banyak anak-anak menjadi yatim piatu karena orangtuanya ditahan di pusat pendidikan ulang. Mereka akhirnya dikirim ke panti asuhan dengan kondisi perawatan yang sangat buruk.

Pemerintah Tiongkok diminta untuk segera menghentikan penindasan politik terhadap warga etnis Uighur dan etnis minoritas lainnya. Rezim penguasa juga diminta menutup pusat-pusat pendidikan ulang dan membebaskan para tahanan hati nurani.

Dokumen tersebut juga mendesak pemerintah AS untuk melanjutkan pembelaannya terhadap suara hak asasi manusia di Xinjiang, dan mengambil langkah-langkah efektif untuk menekan pemerintah Tiongkok. Mereka juga meminta PBB untuk melakukan penyelidikan, sekaligus mengutuk perilaku buruk pemerintah Tiongkok.

Hu Ping, Editor Kehormatan majalah ‘Beijingspring’ yang juga merupakan salah satu pihak sponsor kegiatan tersebut kepada Radio Free Asia mengatakan bahwa ini merupakan pertama kalinya warga Tiongkok etnis Han menyuarakan dukungan terhadap perjuangan wrga etnis Uighur.

“Baru-baru ini, situasi hak asasi manusia di Daerah Otonomi Xinjiang Uighur benar-benar memburuk. Pusat pendidikan ulang itu sebenarnya adalah sebuah kamp konsentrasi pemerintah Tiongkok juga sebagai upaya untuk mengasimilasi paksa etnis Uighur melalui berbagai cara. Tindakan-tindakan yang diambil oleh pihak berwenang dan keganasan cara yang diimplementasikan melebihi imajinasi orang kebanyakan. Kami merasa kita semua wajib untuk bersuasa, tidak seharusnya untuk terus berdiam diri,” ujarnya.

Ketua LSM ‘Asosiasi Uighur Amerika’ mengatakan bahwa pernyataan tersebut dikeluarkan tepat waktu. Dia mengucapkan terima kasih kepada warga Tiongkok pemberani yang terlibat dalam menandatangani dokumen pernyataan itu.

“Karena suara mereka untuk membantu etnis Uighur pada saat yang paling sulit sangat dibutuhkan, membantu Uighur mengutuk kekerasan. Jika orang tidak mengekspresikan perlawanan mereka terhadap pusat pendidikan ulang yang muncul di Xinjiang, lembaga-lembaga politik semacam ini mungkin saja akan muncul di bagian lain dari Tiongkok,” ujarnya.

“Saya berharap semakin banyak organisasi pro-demokrasi dan individu tergerak untuk membantu kami mengkritik pemerintah Beijing. Turut mengecam kekejaman PKT yang anti kemanusiaan.” (Wen Pu/ET/Sinatra/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA