Bendungan yang Dibangun Tiongkok Menghancurkan Ekosistem Himalaya

EpochTimesId – Guru Besar studi strategi pada Pusat Penelitian Kebijakan di New Delhi, India, Brahma Chellaney, baru-baru ini menulis; “Dari pembangunan bendungan berskala besar hingga ekstraksi sumber daya alam yang tanpa mengindahkan moral, kegiatan manusia itu sedang menimbulkan kerusakan serius pada ekosistem Himalaya”.

“Meskipun semua negara di kawasan ini (dan karenanya) harus mendapatkan kutukan sampai batas tertentu, namun tidak ada negara yang bertindak seperti Tiongkok komunis. Mereka menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem Himalaya,” sambung Brahma.

Masa depan Asia berhubungan erat dengan Himalaya. Kawasan Himalaya adalah pegunungan tertinggi di dunia, yang juga merupakan sumber daya air yang intensif bagi sungai-sungai utama yang mengalir di pedalaman Tiongkok.

Akan tetapi proyek nasional Tiongkok yang ceroboh sedang merongrong ekosistem yang rapuh di Himalaya. Proyek Tiongkok menyebarkan ancaman keamanan ekosistem hingga luar Asia.

Dipandang dari sudut sumber daya airnya, 5 sungai yang airnya berasal dari Himalaya masuk dalam sepuluh sungai terancam di dunia. Mereka adalah Sungai Yangtze, Sungai Indus, Sungai Mekong, Sungai Salween (Nu Jiang) dan Sungai Gangga.

Brahma Chellaney mengatakan, di India ada gerakan akar rumput untuk mengawasi perubahan lingkungan demi pengendalian diri, namun di Tiongkok komunis tidak ada. Mereka menggunakan proyek konstruksi besar dan tidak terawasi, untuk membuat alam tunduk pada kehendak rezim komunis yang berkuasa. Penguasa yang otoriter kemudian gembar-gembor bahwa itu adalah cerminan atau kinerja demi kebangkitan dari sebuah negara besar.

Tiongkok komunis mengubah jalur sungai alami melalui bendungan yang mereka bangun. Dilaporkan bahwa seperlima sungai di daratan Tiongkok setiap tahunnya memiliki debit air yang lebih sedikit dibandingkan jumlah air yang dialirkan ke dalam reservoir buatan.

Brahma Chellaney mengatakan, upaya otoritas Tiongkok berkonsentrasi pada proyek pengalihan air internasional semakin tinggi ketimbang pengalihan air dalam negeri. Terutama wilayah yang tertutup gletser Himalaya (yang meliputi hampir 3/4 bagian Dataran Tinggi Tibet). Sehingga ancaman lingkungan ini menjadi jauh lebih berbahaya daripada ancaman keamanan perbatasan.

Mengubah pegunungan Himalaya dan membangun bendungan hanyalah permulaan
Tiongkok komunis mengubah wilayah pegunungan Himalaya dengan membangun sejumlah bendungan hanyalah sebuah permulaan. Dilaporkan bahwa Dataran Tinggi Tibet atau Dataran Tinggi Qinghai-Tibet juga merupakan objek eksperimen teknik geologi Tiongkok komunis.

Para ahli Tiongkok komunis itu melakukan uji coba membuat hujan buatan di bagian utara dan barat laut wilayah tersebut yang terkenal gersang. Percobaan ini merupakan perpanjangan dari rencana rekonstruksi cuaca yang didanai oleh militer Tiongkok. Karena curah hujan di Tibet terkonsentrasi di wilayah pegunungan Himalaya.

Dunia luar khawatir bahwa rekayasa cuaca buatan manusia ini dapat menyerap uap air dari area lain yang dapat mempengaruhi pembentukan monsun Asia.

Selain itu, Tiongkok komunis juga secara besar-besar mengeksploitasi sumber daya mineral. Brahma Chellaney mengatakan bahwa Tiongkok komunis terus mengeksploitasi sumber daya mineral dari dataran tinggi yang kaya akan sumber daya alamnya dengan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

Sebagai contoh; Eksploitasi tambang tembaga telah mencemari sebuah daerah yang oleh orang Tibet dinamakan Pemako yang merupakan daerah tertinggi di dunia. Kawasan itu adalah sumber air utama bagi sungai Brahmaputra.

Musim gugur yang lalu, warna air Sungai Siang yang merupakan jalur utama Sungai Yarlung Zangbo tiba-tiba berubah menjadi hitam keabu-abuan ketika memasuki wilayah India. Media India melaporkan bahwa itu mungkin adalah akibat pembangunan terowongan di hulu sungai oleh Tiongkok komunis, yang mengeksplorasi pertambangan atau melakukan kegiatan pemblokiran sungai.

Namun pemerintah Tiongkok menanggapinya dengan membuat kebohongan. Mereka mengatakan bahwa sekitar pertengahan bulan November tahun lalu terjadi gempa di bagian tenggara propinsi Tibet. Itu mungkin saja menimbulkan perubahan warna pada air sungai itu.

Brahma Chellaney mengatakan bahwa sebelum gempa terjadi air sungai Siang itu sudah terkontaminasi dan tidak layak untuk dikonsumsi manusia.

Tiongkok komunis berencana mengembangkan Himalaya menjadi ‘Laut Tiongkok Selatan Baru’
Tentunya, Tiongkok komunis tidak akan mengendurkan pengembangan Dataran Tinggi Qinghai-Tibet karena memiliki sejumlah besar sumber daya mineral. Menurut sebuah artikel yang dipublikasi oleh China Morning Post pada 20 Mei lalu, seorang sumber yang akrab dengan proyek tersebut mengatakan bahwa Beijing mengeksploitasi secara besar-besaran sumber daya alam dan pembangunan infrastruktur pada wilayah di pegunungan Himalaya yang disengketakan dengan India.

“Tampaknya, (komunis) akan segera mengubahnya menjadi Laut Tiongkok Selatan lainnya”, kata sumber tersebut.

Mereka mengatakan bahwa daerah penambangan itu adalah bagian dari upaya aneksasi Beijing. Tiongkok komunis ingin mengambil kembali bagian selatan dari wilayah Tibet (Arunachal Pradesh) dari tangan India.

Profesor dari School of Earth Sciences and resources, China University of Geosciences, Beijing, Zheng Youye menegaskan bahwa setelah mereka melakukan serangkaian survei mineral di Himalaya utara, mereka menemukan, cadangan mineral di sekitar daerah Lhunze County memiliki nilai hampir 60 miliar dolar AS.
Sebagian besar endapan logam berharga berada di sana. Bahkan termasuk logam tanah jarang (LTJ) yang biasanya digunakan untuk membuat produk berteknologi tinggi.

Pada saat yang sama, industri air kemasan Tiongkok adalah yang terbesar di dunia. Perusahaan-perusahaan mengekstraksi ‘air minum berkualitas’ dari gletser Himalaya yang sudah tertekan. Namun di Himalaya timur, tanda-tanda pencairan es yang cepat sudah tampak jelas. Sehingga ekstraksi rezim komunis akan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan pada ekosistem yang sudah terbentuk.

Para sarjana India menyerukan kepada Tiongkok komunis agar mencegah tindak pengrusakan terhadap lingkungan
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah melaporkan temuan mereka atas deforestasi (penggundulan hutan) di sejumlah area yang luas pada pegunungan Himalaya. Tingkat variasi genetik yang sangat tinggi, dan kepunahan spesies dataran tinggi di Himalaya sedang berlangsung.

Bagi Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, tingkat kenaikan suhu udara hampir tiga kali lipat dari rata-rata global. Dampak terhadap lingkungan dari kerusakan ekosistemnya jauh lebih tinggi, daripada daerah-daerah lainnya di Asia. Bahkan mungkin membawa pengaruh pada pola cuaca di Eropa dan Amerika Utara.

Brahma Chellaney menghimbau semua negara yang berada di Lembah Himalaya, serta wilayah hilir Sungai Mekong, Termasuk Tiongkok dan Asia Selatan untuk bekerja sama mencegah degradasi secara dramatis terhadap lingkungan Himalaya. Dia mengatakan bahwa untuk kerja sama semacam ini, seluruh komunitas internasional harus menekan Tiongkok komunis untuk mengendalikan perilaku kerusakan lingkungan yang sembrono, karena hal itu akan menjadi sumber bencana terbesar bagi dunia. (Lin Yan/ETSinatra/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA