Anak Muda Norwegia CS Tidak Sebahagia Perkiraan

EpochTimesId – Negara-negara Nordik, bangsa Norwegia dan sekitarnya, dalam beberapa tahun terakhir dikenal paling bahagia. Norwegia CS dikenal sebagai bangsa paling bahagia dalam survei tentang tingkat kebahagiaan yang digelar oleh lembaga penelitian internasional.

Akan tetapi, sebuah penelitian baru menemukan pandangan hidup yang sedikit berbeda. Tampaknya ada semacam “kesenjangan kebahagiaan.” Dimana kaum muda khususnya, semakin tidak bahagia.

Penelitian itu bertajuk, “In the Shadow of Happiness,” (dalam bayangan kebahagiaan) digelar oleh ‘the Nordic Council of Ministers and the Happiness Research Institute’ (Dewan Menteri Nordik dan Institut Riset Kebahagiaan) yang berbasis di Kopenhagen. Mereka menemukan bahwa kesejahteraan subjektif tidak terdistribusi secara merata di negara-negara Nordik yang egaliter.

Tingkat kebahagiaan secara umum memang masih tinggi, baik di Finlandia, Norwegia, Denmark, dan Islandia. Mereka menduduki puncak Laporan Kebahagiaan Dunia tahun 2018. Swedia berada di posisi ke-9, dengan 12,3 persen orang di kawasan Nordik berada dalam Kategori ‘berjuang’ atau ‘menderita’.

Pada skala nol sampai 10, kelompok-kelompok ini memiliki skor yang dilaporkan sendiri dari nol hingga empat (menderita/suffering) atau lima hingga enam (berjuang/struggling). Tujuh atau lebih didefinisikan sebagai ‘berkembang (thriving)’.

Dalam studi ini, orang Denmark adalah yang paling bahagia, dengan 91,9 persen berkembang. Orang Swedia paling tidak bahagia, tetapi masih pada pertumbuhan yang mengesankan yaitu 85,1 persen. Sebagai perbandingan, orang Inggris saja, memiliki kondisi 74,9 persen, dan Rusia hanya 38,4 persen.

Sebuah pengamatan yang penulis buat adalah, bahwa negara-negara Nordik menentang pola distribusi yang umum di seluruh kelompok usia di seluruh dunia. Biasanya, orang lebih bahagia di masa muda mereka, kemudian kebahagiaan itu akan semakin menurun. Mereka akan bahagia kembali pada usia tua. Jika digambarkan akan berbentuk U.

Akan tetapi untuk bangsa dari negara-negara Nordik, bentuk nya kini hampir menjadi U-terbalik. Orang yang paling muda dan yang paling tua menjadi orang yang paling ‘tidak-bahagia’.

Kesehatan Mental Buruk
Salah satu alasannya adalah bahwa dua faktor utama ketidakbahagiaan di negara-negara Nordik adalah kesehatan umum dan kesehatan mental. Sementara kesehatan umum, karena alasan alami, akan menurun tajam di antara kesehatan mental tertua dan buruk di kalangan kaum muda. Ini sudah menjadi masalah besar.

Studi ini menemukan bahwa, terutama kalangan wanita muda, ‘tidak-bahagia’. Di Swedia, hampir 20 persen wanita berusia 18-23 (berjuang/struggling) atau (menderita/suffering).

Ulf Andreasson, salah satu editor laporan itu, mengatakan kepada Televisi Swedia bahwa negara-negara Nordik mungkin, pada kenyataannya, tidak sebahagia seperti yang ditunjukkan oleh studi internasional sebelumnya.

“Ada beberapa kekhawatiran bahwa angka-angka mungkin lebih tinggi, bahwa kita adalah wilayah yang bahagia bahwa itu akan menjadi stigma sosial untuk memberi tahu orang-orang bahwa Anda tidak bahagia,” kata Andreasson.

Bunuh diri di antara anak-anak muda adalah masalah besar di negara-negara Nordik, terutama di Finlandia. Fakta itu bertanggung jawab untuk sepertiga dari seluruh angka kematian di antara anak-anak berusia 15-24 tahun, menurut statistik lain dari Dewan Menteri Nordik yang dikutip dalam laporan.

Temuan lain adalah bahwa orang yang sangat religius cenderung lebih bahagia daripada orang yang tidak beragama. Semua negara Nordik, terutama Swedia, adalah salah satu yang paling sekuler dan rasional, serta paling tidak tradisional di dunia, menurut World Values ​​Survey.

“Di antara konsekuensi negatif dari ketidakbahagiaan adalah hilangnya kepercayaan,” laporan Dewan Menteri Nordik mengatakan.

Masyarakat Nordik melaporkan tingkat kepercayaan sosial yang lebih tinggi daripada bagian dunia lainnya. Yang, pada gilirannya, memiliki efek sosial-ekonomi yang positif.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketidaksetaraan dalam kesejahteraan subjektif memiliki dampak yang lebih besar pada kepercayaan daripada kesetaraan pendapatan, menurut laporan itu. (ARON LAMM/EPOCH TIMES/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA