Spanyol Usir Imigran di Perbatasan Afrika Utara Karena Serang Polisi

EpochTimesId – Spanyol tidak akan mentoleransi upaya-upaya kekerasan untuk memasuki negara itu. Madrid mengatakan hal itu pada 29 Agustus 2018, sebagai tanggapan atas kritik terhadap pengusiran langsung sebanyak 116 imigran gelap, kembali ke Maroko. Seratusan imigran itu sebelumnya menyerbu pagar yang membatasi Maroko dengan wilayah Spanyol di Afrika Utara.

Pantai selatan negara itu (wilayah utama di Eropa) telah menjadi pintu gerbang utama ke Eropa bagi imigran gelap yang mencari kehidupan yang lebih baik, di Italia dan Yunani. Pilihan imigran gelap pada pantai spanyol, terutama sejak pemerintah baru Italia mulai menolak mengakui kapal penyelamat dan menolak kapal LSM itu untuk berlabuh.

Kelompok hak asasi manusia mengeluh bahwa pengembalian (pengusiran) itu dilakukan terlalu cepat. Mereka tidak punya waktu untuk memberikan imigran gelap akses terhadap bantuan hukum dan penerjemah, dan untuk mengidentifikasi pengungsi. Sementara itu, lawan politik mengkritik pendekatan pemerintah sebagai ‘tidak konsisten’.

Perdana Menteri Sosialis Spanyol, Pedro Sanchez, yang mulai menjabat sejak Juni, menempatkan migrasi di jantung kebijakan pemerintahan barunya. Dia setuju untuk menerima lebih dari 600 imigran dari atas kapal amal, Aquarius, yang ditolak Italia.

Para imigran yang menyerbu pagar di Perbatasan Maroko-Spanyol pekan lalu, beberapa di antaranya melemparkan zat korosif yang membuat petugas polisi mengalami luka bakar. Para imigran itu, ditangkapi dan dikembalikan ke Maroko pada hari berikutnya.

“Spanyol dan Maroko kali ini ingin mengirim pesan yang jelas kepada organisasi-organisasi kriminal perdagangan orang dan penyelundup manusia,” Menteri Dalam Negeri Fernando Grande-Marlaska mengatakan kepada komisi parlemen.

“Kami tidak akan mengizinkan migrasi dengan kekerasan yang menyerang negara kami dan pasukan keamanan negara kami,” tambahnya.

Para imigran Afrika selama bertahun-tahun mencoba memasuki Eropa dengan memanjat pagar kawat berduri yang memisahkan dua wilayah Spanyol di benua Afrika, daerah otonom Ceuta dan Melilla dengan Maroko.

Rute ini menyumbang sekitar 13 persen dari total kedatangan imigran ilegal di Spanyol.

Pada 29 Agustus saja, penjaga pantai Spanyol mengatakan telah menyelamatkan 196 orang dari delapan kapal di Selat Gibraltar yang sempit, yang memisahkan Spanyol dari Maroko.

“Kebijakan imigrasi pemerintah didasarkan pada, ‘solidaritas, kemanusiaan dan keamanan’. Imigran gelap yang dikembalikan (ke Maroko) sudah dibantu,” kata Grande-Marlaska.

Polisi mengatakan pada 28 Agustus mereka telah menangkap 10 imigran gelap yang melintasi penghalang pada bulan Juli. Polisi menuduh mereka sebagai anggota organisasi kriminal, menyerang otoritas negara, dan menyebabkan kerusakan.

Dalam insiden itu, para imigran melemparkan botol-botol plastik berisi kotoran, serbuk kapur, dan bom molotov di depan polisi. Aksi itu dilakukan oleh imigran gelap, agar polisi tidak berhasil menghentikan upaya mereka untuk melompati pagar.

“Anda mulai dengan menerima para migran dari Aquarius dan disambut di seluruh Eropa,” kata Ione Belarra, seorang wakil dari partai anti-penghematan, Podemos.

“Kami telah melihat perubahan radikal dalam kebijakan migrasi Anda,” tambahnya. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA