Aktivis Anti-Kremlin Diduga Diracun di Moskow

EpochTimesId – Seorang aktivis ant-Kremlin terkemuka, Pyotr Verzilov, diracuni di Moskow. Beruntung, dia diselamatkan dalam perawatan medis yang cepat, seperti diklaim oleh dokter-nya di Berlin.

Pyotr Verzilov menerbitkan portal berita berbahasa Rusia secara online. Dia memiliki hubungan dekat dengan kelompok aktivis Rusia Pussy Riot, seperti dilansir The Epoch Times dari Reuters. Dia ikut serta, dan dipenjarakan, dalam insiden pada pertandingan sepak bola Piala Dunia 2018. Ketika itu, dia dan tiga anggota Pussy Riot perempuan, berpakaian seperti polisi, masuk ke tengah lapangan dan mengganggu pertandingan.

Verzilov mengaku merasa tidak enak badan setelah menghadiri sidang untuk aktivis Pussy Riot, Veronika Nikulshina, seperti dikutip dari BBC.

Nikulshina mengatakan kepada situs web berbahasa Rusia, Meduza, bahwa Verzilov pertama kali mengatakan padanya bahwa penglihatannya menjadi kabur. Dia kemudian mulai kesulitan berbicara dan berjalan.

Dia kemudian dilarikan dan dirawat di rumah sakit Sklifosovsky di Moskow pada 11 September 2018. Akan tetapi dokter di sana menyatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan masalah pada kesehatan Versilov.

“Saya tidak yakin kondisinya serius (karena dirawat di rumah sakit) dan mengancam jiwa di rumah sakit, tetapi kami bisa membayangkan hasil yang tidak menguntungkan jika dia sendirian di rumah,” kata Dr. Kai-Uwe Eckardt, dokter Verzilov di rumah sakit Charite, kepada Reuters.

Percobaan atau Peringatan Pembunuhan
Mantan istri Verzilov, Nadezhda Tolokonnikova, mengklaim Verzilov mungkin diracuni oleh para pejabat Moskow yang marah dengan protes Verzilov yang berulang kali. Pendiri Pussy Riot ini mengatakan, sejak didirikan pada tahun 2011, mereka bersama sangat kritis terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.

“Mungkin itu adalah upaya pembunuhan dan jika tidak, itu adalah intimidasi. Tidak seorang pun yang ambil bagian dalam kegiatan politik di Rusia benar-benar bisa aman saat ini,” ujar Nadezhda Tolokonnikova.

Tolokonnikova dan dua anggota Pussy Riot lainnya dipenjara selama dua tahun karena menyerang sebuah katedral Moskow dan melakukan protes pro-feminis anti-Putin.

Verzilov memiliki kewarganegaraan ganda, Kanada dan Rusia. Rawat inapnya ditanggung oleh asuransi kesehatan Kanada-nya.

Pada 13 September, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyebut insiden itu sebagai kejadian memprihatinkan. “Jelas, tindakan itu yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir oleh Rusia, termasuk di Inggris,” ujar Trudeau, menurut BBC.

Mantan mata-mata Soviet, Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal diracun dengan agen (racun pelumpuh) saraf Novichok di Salisbury, Inggris, pada 4 Maret 2018. Pemerintah Inggris meyakini bahwa dua perwira intelijen militer Rusia menggunakan racun itu untuk melakukan serangan. Skripal dan putrinya selamat walau sempat kritis dan koma dalam jangka waktu lama di rumah sakit.

Pada 2006, perwira intelijen Rusia lainnya, Alexander Litvinenko, juga diduga diracuni oleh sejumlah agen intelijen militer Rusia.

Litivenko, mantan pejabat FSB dan KGB, melarikan diri dari dakwaan di Rusia. Dia mencari, dan akhirnya mendapat suaka politik di Inggris.

Litivenko bertemu dengan dua mantan petugas KGB di London pada 1 November 2006. Sejak itu dia mulai menunjukkan tanda-tanda keracunan. Dokter memutuskan bahwa dia telah disuntik dengan isotop radioaktif, polonium-210. Dia meninggal pada 22 November 2006.

Litvinenko mengklaim bahwa Presiden Rusia Valdimir Putin berada di belakang operasi pembunuhannya. (NTD.tv dan The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M