Inggris Tuding Intelijen Militer Rusia Dalangi Serangan Cyber Global

EpochTimesId – Pemerintah Inggris menuduh intelijen militer Rusia berada di balik empat serangan cyber. Serangan itu diklaim bertujuan untuk menyebarkan kebingungan dan disinformasi.

Intelijen militer Rusia (GRU) menggunakan jaringan peretas di seluruh dunia untuk menyerang berbagai sasaran, termasuk Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Belanda. Klaim tersebut dilontarkan oleh Pusat Keamanan Maya Nasional Inggris (NCSC), Kantor Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris.

Target lain termasuk peretasan terhadap Komite Nasional Demokrat AS pada 2016 dan Badan Anti-Doping Dunia pada 2017, menurut kesimpulan yang dibuat oleh NCSC dengan tingkat keyakinan dugaan yang tinggi.

“GRU hampir pasti berada di balik serangan itu,” kata Inggris, “Serta serangan terhadap Kereta Metro Kiev Ukraina dan bandara Odessa, bank sentral Rusia, serta outlet media Rusia, dan stasiun televisi kecil di Inggris.

Sebagian besar serangan didasarkan pada cara mendapatkan kata sandi melalui ‘phishing’, menipu orang-orang agar memberikan data pribadi dengan menggunakan email palsu, situs web, atau pesan teks. Peretas juga menggunakan ‘ransomware’ untuk mengenkripsi konten komputer, lalu menuntut pembayaran uang tebusan.

Serangan terhadap OPCW terjadi pada Mei 2018 pada saat organisasi itu bekerja untuk memverifikasi analisis bahan kimia Inggris secara independen. Bahan kimia itu adalah bekas racun saraf yang digunakan dalam serangan racun terhadap duo Skripal di Salisbury.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hack OPCW menunjukkan pengabaian GRU atas nilai-nilai dan aturan global. “Kami akan menjunjung tinggi sistem internasional berbasis aturan, dan membela institusi internasional dari mereka yang berusaha untuk melukai mereka,” ujar May.

NCSC mengatakan bahwa serangan itu ditujukan untuk mendestabilisasi demokrasi dan berada dalam ranah pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.

Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt di Royal Botanic Garden di Edinburgh, Skotlandia, pada 20 Juli 2018. (David Cheskin/Pool via Reuters/File Photo/The Epoch Times)

Inggris Sebut Kremlin Bertanggung Jawab
Otoritas Inggris percaya bahwa dua agen GRU berada di belakang serangan racun pelumpuh saraf atau agen-saraf di Salisbury, di mana mereka mencoba membunuh mantan agen ganda Sergei Skripal. Rusia telah berulang kali membantah tuduhan itu.

NCSC mengatakan bahwa peretas dari GRU telah beroperasi menggunakan berbagai nama, termasuk APT28, BlackEnergy Actors, Fancy Bear, dan Tsar Team. Para peretas berada di balik serangan ransomware BadRabbit pada Oktober 2017.

NCSC mengatakan, para peretas mengenkripsi hard drive dan menyebabkan gangguan pada transportasi umum di Ukraina. Pemerintah Inggris meyakini bahwa, Kremlin pada akhirnya, menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas peretasan yang dikoordinir GRU.

“Tindakan GRU itu sembrono dan tidak pandang bulu: Mereka mencoba melemahkan dan mencampuri pemilihan di negara lain. Mereka bahkan siap untuk merusak perusahaan Rusia dan warga Rusia,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, dalam sebuah pernyataan.

Setelah serangan racun saraf terhadap Skripal, banyak negara Barat menyimpulkan bahwa intelijen militer Rusia berada di balik serangan itu. Mereka pun mulai mengusir para mata-mata Rusia yang bekerja di bawah perlindungan diplomatik.

Seorang juru bicara dari Kedutaan Rusia di Inggris justru berbalik menyebut pernyataan NCSC yang sembrono.

“Pernyataan seperti itu oleh Kantor Luar Negeri tidak lebih dari disinformasi mentah, yang bertujuan untuk membingungkan opini publik Inggris dan dunia,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Australia dan Selandia Baru mendukung penilaian Inggris tentang GRU. Mereka berjanji untuk meningkatkan kerja sama dalam mengantisipasi serangan dunia maya.

“Dunia maya bukan hutan rimba. Komunitas internasional, termasuk Rusia, telah sepakat bahwa hukum internasional dan norma perilaku negara yang bertanggung jawab, juga berlaku di dunia maya,” kata Perdana Menteri Australia, Scott Morrison dalam sebuah pernyataan. “Dengan memulai pola perilaku maya yang jahat, Rusia telah menunjukkan pengabaian total untuk perjanjian yang membantu dalam bernegosiasi.”

Amerika Serikat telah memberi sanksi kepada petugas GRU karena mencoba ikut campur dalam pemilihan AS tahun 2016, dan serangan dunia maya lainnya.

Awal tahun ini, pemerintahan Trump menyalahkan Rusia atas serangkaian serangan siber yang menargetkan banyak sektor infrastruktur penting, termasuk energi, nuklir, fasilitas komersial, air, penerbangan, dan manufaktur. (JOHN SMITHIES/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA