Inilah 9 Taktik Trump Kepung Tiongkok dari Segala Penjuru (2)

Oleh Tang Hao

Sudah waktunya menunjukkan sikap pada Partai Komunis Tiongkok. Mereka terus merugikan kita, dan sudah cukup lama.” Itu pernyataan Presiden Trump hari Kamis (20/9) lalu saat diwawancara media massa.

Sejak awal tahun ini, pemerintah Trump berupaya memperbaiki perdagangan tidak adil selama ini antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Kedua belah pihak saling menyerang sengit.

Sementara rezim Korea Utara dan Iran juga mengancam, yang juga terkait erat dengan Tiongkok secara mendalam Hal itu memaksa Trump mengarahkan seluruh amunisi dan meriamnya membidik Tiongkok.

Akhir Januari lalu, dalam “Pidato Kenegaraan” Trump yang pertama secara jelas telah disampaikan bahwa Tiongkok adalah lawan yang menantang Amerika.

Perang dagang Amerika Serikat melawan Tiongkok yang sedang berlangsung ini, Trump telah berkali-kali melayangkan tonjokan keras, menohok Tiongkok sampai pusing tujuh keliling.

Seluruh dunia terperangah. Amerika Serikat mengubah strategi terhadap Beijing secara menyeluruh. Dari yang dulunya lunak berkompromi sekarang menjadi keras mendesak.

Pemerintah Trump tidak hanya telah melakukan serangan balasan terhadap ancaman jangka panjang yang telah ditimbulkan Tiongkok namun juga memasang perangkap jerat raksasa,dalam 9 taktik untuk mengepung dan memblokir Tiongkok setahap demi setahap.

5. Perang Anti Spionase

Anti fron persatuan PKT dan perang intelijen adalah taktik penting pemerintahan Trump belakangan ini.

Direktur FBI Christopher Wray pada suatu forum menyatakan, Tiongkok adalah ancaman paling luas, paling menantang, dan paling parah bagi Amerika Serikat, dan mata-mata ekonomi Tiongkok telah menyusup ke 50 negara bagian Amerika Serikat.

Pernyataan senada, Direktur Kantor Eksekutif Keamanan dan Kontra Intelijen Nasional AS William Evanina belum lama ini juga menyatakan pada media massa, selama ini Tiongkok telah memfokuskan pada pencurian kekayaan intelektual dari industri teknologi tinggi Amerika Serikat atau mencuri rahasia dagang.

“Mereka (Tiongkok) adalah ancaman terbesar negara kita,” kata Evanina.

Pemerintahan Trump tidak hanya berupaya mengungkap cara taktik intelijen yang dimanfaatkan oleh Tiongkok untuk menyusup ke Amerika selama ini dengan taktik perang intelijen.

Trump telah menandatangani Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional, juga mencakup beberapa aturan untuk mencakup Partai Komunis Tiongkok, termasuk melarang pemerintah AS dari departemen mana pun menggunakan produk dari dua perusahaan Tiongkok yakni: Huawei dan ZTE.

Hal itu untuk menghindari penyadapan, membatasi bantuan dana Dephan bagi Institut Konfusius (Kong Hu Cu) di perguruan tinggi di AS, serta memperluas kekuasaan Komisi Perluasan Investasi Amerika Serikat di Luar Negeri (CFIUS) untuk memeriksa investasi di luar negeri, dan secara ketat mengaudit transaksi merger oleh perusahaan modal Tiongkok yang ada di Amerika Serikat, mencegah ketat agar ekonomi tidak menyusup.

6. Perang Moneter

Perang moneter, adalah pukulan keras berikutnya yang akan dilayangkan Trump menyusul perang dagang.

Dengan kata lain, Trump telah memperingatkan Tiongkok, jika memainkan taktik jangka panjang dalam perang dagang, atau Tiongkok melakukan aksi balas dendam terhadap petani dan perusahaan AS, maka Tiongkok tidak hanya akan menghadapi bombardimen bea masuk atas USD 267 milyar atau senilai 3.852 triliun Rupiah, bahkan mungkin juga akan mengalami sanksi moneter.

7. Perang Talenta Seribu

Orang yang berbakat, adalah aset paling penting bagi perkembangan suatu perusahaan atau sebuah Negara. Dengan adanya talenta yang memiliki kualitas dan teknologi tinggi baru bisa menjamin kemampuan kompetensi masa depan yang kuat.

Sebagai seorang pengusaha, Trump sangat memahami betapa berharganya orang yang berbakat. Oleh karena itu Trump secara aktif memperbaiki kebijakan imigrasi, agar dapat menjaring kalangat elit yang berpendidikan, berkualitas tinggi dan menguasai teknologi, baru bisa mendapatkan kewarganegaraan AS.

Hal itu agar dapat mengumpulkan tenaga kerja elit di Amerika, dan dapat mewujudkan “make America great again.”

Di sisi lain, pemerintahan Trump juga melawan Tiongkok yang telah merebut talenta dari Amerika Serikat, baru-baru ini secara ketat menyapu program “Thousands Talents Plan” Komunis Tiongkok yang terus menyedot para talenta etnis Tionghoa dari Amerika.

Kini, Tiongkok khawatir dampaknya akan meluas, dan telah memerintahkan pada media ofisial agar tidak lagi mengungkit soal “Thousands Talents Plan” tersebut. Dengan kehilangan kaum elit etnis Tionghoa dari luar negeri sebagai penyedia teknologi ataupun pencurian rahasia, mungkin akan berdampak serius terhadap strategi transformasi industri yang dicanangkan Tiongkok.

8. Perang Internet

Serangan internet, adalah “perang non-konvensional” yang baru berkembang dewasa ini. Tingkat keseriusan dampaknya tidak bisa diremehkan. Dulunya, Amerika Serikat selalu menjadi sasaran empuk serangan hacker dari Rusia, Tiongkok , Iran, Korea Utara dan lain-lain, bahkan sampai pemilu pun diintervensi. Kini, menjelang pemilu paruh waktu, Trump menginstruksikan harus meningkatkan intensitas pencegahannya dan juga serangan balasan.

Pada 20 September 2018 lalu, Trump telah menandatangani “National Cyber Strategy” dan mengumumkannya, bahwa terhadap serangan hacker internet dari luar negeri, Amerika Serikat tidak hanya akan melakukan serangan balasan, bahkan juga akan mendahului menyerang, menyapu bersih segala kemungkinan ancaman internet, untuk memastikan keamanan nasional Amerika Serikat.

Oleh karena itu, jika Beijing masih berupaya mengintervensi pemilu Amerika Serikat lewat serangan internet, atau mencoba menyusup ke dalam institusi atau perusahaan Amerika Serikat guna mencuri rahasia, tidak hanya akan mengalami serangan balasan, bahkan mungkin sebelum mulai menyerang, akan diciduk terlebih dahulu oleh Amerika Serikat dengan serangan preventifnya.

9. Perang Urat Syaraf

“Transaksi adalah bentuk seni saya. Orang lain akan membuat karya lukis atau sastra yang indah, sedangkan saya lebih suka bertransaksi bernegosiasi, terutama transaksi besar. Itu adalah kesenangan saya,” bunyi pernyataan klasik Trump yang tertuang dalam bukunya “The Art of Deal” sepenuhnya mencerminkan karir politiknya saat ini.

Menengok karir politiknya yang belum genap dua tahun, baik dalam masalah senjata nuklir Korea Utara, kesepakatan dagang Amerika Utara (NAFTA), kesepakatan dagang Amerika Serikat –Uni Eropa, perang dagang Amerika Serikat – Tiongkok, sampai negosiasi alot di internal Dewan Kongres, Trump selalu bisa memperlihatkan strategi bernegosiasinya yang unik dan perang psikologisnya yang di luar dugaan.

Terutama dalam perang dagang Amerika Serikat – Tiongkok, wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He dan Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin baru saja mencapai mencapai kesepakatan “gencatan senjata”, tak lama kemudian Trump langsung berbalik arah mengumumkan pungutan bea masuk terhadap produk Tiongkok, membuatnya sungguh kewalahan.

Sebelum perang dagang dimulai, Tiongkok masih penuh percaya diri, mengira Trump adalah tipikal pengusaha yang mudah disuap dengan kepentingan dan tidak punya pengalaman nyata dalam politik. Tak dinyana, satu kali perang dagang saja sudah membuat Tiongkok kewalahan dan kacau balau.

Trump menyerang lagi setelah usai menyerang, tambah lagi bea masuk, terus menerus mengeluarkan jurus, menekan keras, membuat Tiongkok tak berdaya menangkis serangannya.

Dari analisa di atas, setelah menjabat, Trump tak hanya mengubah total kebijakan Amerika Serikat terhadap Tiongkok, dari yang pasif menerima menjadi agresif mengejar. Trump juga telah mempersiapkan strategi dan taktik yang bervariasi, secara intens terus menekan rezim preman seperti Tiongkok, Korea Utara dan Iran.

Bisa diprediksi, selama Trump masih berkuasa dan Tiongkok belum runtuh, maka Tiongkok sangat mungkin akan terus menderita di dalam taktik yang disusun Trump untuk membelenggu Partai Komunis Tiongkok, akan terus terperangkap di dalam tekanan yang berkepanjangan.

Ini kemungkinan sebabnya, mengapa banyak warganet Tiongkok menuliskan dukungannya pada Trump untuk memukul Komunis Tiongkok di microblog Kedubes Amerika Serikat di Tiongkok. (sud/whs/asr)

Baca juga : Inilah 9 Taktik Trump Kepung Tiongkok dari Segala Penjuru (1)