Gelombang Ketiga Karavan Migran Bergerak Menuju Amerika Serikat

EpochTimesId – Gelombang ketiga rombongan pengembara imigran gelap bergerak menuju utara dari Amerika Tengah. Mereka bergerak menuju Meksiko, dengan harapan tujuan akhir adalah Amerika Serikat.

Karavan ketiga berangkat ketika gelombang karavan kedua terlibat kekerasan dan sulit dikendalikan di perbatasan Guatemala dan Meksiko. Insiden itu melukai polisi ketika para migran merobohkan barikade penghalang dan mengabaikan peringatan.

Sebagian besar fokus para pihak saat ini adalah pada karavan migran utama yang saat ini berada di Meksiko selatan. Mereka terus bergerak ke utara, menuju AS wlau sudah ditawari untuk menjalani prosedur pengungsi.

Karavan ketiga diperkirakan beranggotakan 1.500 migran, yang kebanyakan warga El Salvador dan Honduras. Rombongan pengembara itu dikabarkan mendapat bantuan berupa peta resmi yang mencakup petunjuk untuk rute transit, layanan telepon gratis, depot makanan, dan kantor kesehatan, menurut pejabat Guatemala kepada reporter investigasi Sara Carter.

Peta tersebut berjudul ‘Mensajes Para Personas Migrantes’, atau ‘Pesan untuk Orang-Orang Migran’. Peta berisi daftar ratusan pemberhentian dari Honduras ke perbatasan selatan Amerika Serikat.

Kelompok itu berangkat dari ibukota El Salvador, San Salvador pada 28 Oktober 2018. Pada Minggu sore, mereka telah mencapai perbatasan dengan Guatemala, seperti dilaporkan oleh Reuters.

“Kelompok ini terutama dikoordinasikan melalui WhatsApp, Facebook, dan jejaring sosial lainnya. Terinspirasi oleh kelompok yang lebih besar di Meksiko,” menurut informasi agen kawat.

Beberapa migran yang menjadi bagian dari karavan ketiga mengatakan, mereka juga akan menuju ke Amerika Serikat.

Ketika karavan ketiga bergerak ke utara, gerombolan kafilah pertama mencoba menuntut otoritas Meksiko memberi mereka transportasi setelah menolak tawaran suaka. Sementara karavan kedua mencapai perbatasan selatan Meksiko setelah melakukan perjalanan melalui Guatemala.

Gelombang migran kedua memiliki anggota sekitar 3.000 orang, The Epoch Times melaporkan sebelumnya. Dua kafilah pertama sebagian besar terdiri dari para migran dari Honduras dan sekitar 75 persen dari mereka adalah laki-laki.

Kelompok itu berubah menjadi anarkis pada 28 Oktober, ketika memaksa masuk ke Meksiko. Polisi Federal Meksiko berusaha menghentikan mereka memasuki negara itu, jika tanpa melalui prosedur yang tepat.

Menteri Dalam Negeri Meksiko, Alfonso Navarrete Prida, mengatakan bahwa rekaman video dan foto-foto dari tempat kejadian jelas menunjukkan migran mengisi botol dengan bensin dan menyalakan api. Mereka kemudian melemparkan bom Molotov ke arah para petugas kepolisian Meksiko.

Alfonso mengatakan bahwa unsur-unsur kriminal telah diidentifikasi menyusup ke dalam kafilah migran, menggemakan temuan oleh pejabat AS. Dia mengatakan menerima data intelijen yang menunjukkan bahwa para penjahat memberikan uang kepada wanita dan anak-anak untuk pergi ke bagian depan karavan, ketika mereka mencoba menerobos masuk ke Meksiko.

Kafilah migran kedua melakukan kekerasan di perbatasan Guatemala-Meksiko pada 29 Oktober 2018, ketika kafilah migran ketiga mencapai Guatemala setelah mulai bergerak dari El Salvador. (Foto : Santiago Billy/AP/The Epoch Times)

Setelah menerobos hambatan perbatasan di sisi perbatasan Guatemala, kafilah itu melonjak ke jembatan yang memisahkan dua negara. Mereka melemparkan batu ke Polisi Federal yang membalas aksi migran dengan memukul menggunakan tongkat, lapor The Associated Press. Ketika gagal menyeberang melalui jembatan, ratusan berputar ke Sungai Suichiate untuk menyeberang ke Meksiko secara ilegal.

Sebagian besar migran akhirnya merangsek ke wilayah Meksiko pada Senin pagi, berdasarkan melaporkan EFE. Prida mengatakan bahwa petugas polisi tidak bersenjata dan berusaha membuat para migran memasuki Meksiko ‘dengan cara yang damai dan teratur’. Akan tetapi para migran mengabaikan instruksi para petugas, seperti halnya rombongan kafilah pertama.

Kementerian Dalam Negeri Guatemala mengatakan sejumlah polisi Guatemala terluka akibat serangan dari para migran. Pemerintah Meksiko mengatakan dua orang Honduras ditangkap setelah mencoba menembak petugas polisi di kota perbatasan Ignacio Zaragoza.

Sebagian migran tampaknya memperhatikan peringatan; Hampir 2.000 orang akhirnya meminta suaka di Meksiko, sementara 550 lainnya telah meminta untuk dideportasi kembali ke negara asal mereka, kata Prida. Perkiraan ukuran kafilah telah bervariasi, tetapi jumlah nya diperkirakan tidak kurang dari 14.000 orang yang tersebar pada tiga kelompok besar berbeda. Gerombolan pertama diperkirakan beranggotakan 8,500 orang.

Tiga kafilah yang bergerak ke utara telah mendorong para pejabat Amerika untuk mengambil tindakan. Langkah terbaru adalah penempatan 5.200 tentara aktif ke perbatasan selatan Amerika Serikat. Mereka dipersiapkan untuk menghalau kedatangan kafilah.

Presiden Donald Trump dan pejabat tinggi di pemerintahannya telah berulang kali mengatakan bahwa karavan tidak akan diijinkan masuk ke Amerika Serikat.

Jenderal Terrence John O’Shaughnessy dari Komando Utara AS mengatakan pada 29 Oktober, bahwa pasukan yang biasanya bersenjata akan terus dipersenjatai dan akan membantu petugas Patroli Perbatasan membentengi Texas selatan, Arizona, dan California. Mereka akan menjaga dan mengamankan pelabuhan masuk dan celah utama di sekitar mereka.

Komisaris Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, Kevin McAleenan mengatakan bahwa kafilah pertama telah masuk secara tidak sah melintasi dua perbatasan internasional. Rombongan kedua telah mengerahkan taktik keras dan berbahaya terhadap tim keamanan perbatasan Guatemala dan Meksiko, dari kedua negara.

McAleenan mencatat bahwa para migran telah ditawari suaka di Meksiko dan akan ditangkap jika mereka mencapai Amerika Serikat dan dituntut dengan cara yang sesuai.

“Jika Anda melarikan diri dari dugaan penganiayaan di rumah, Anda telah tiba di tempat yang aman untuk membuat klaim Anda,” katanya. “Jika Anda seorang migran ekonomi yang ingin bergabung dengan anggota keluarga di Amerika Serikat, Anda harus kembali ke rumah dan mengajukan permohonan visa yang sesuai.”

Pejabat Salvador menggemakan sentimen negatif. Wakil Menteri Luar Negeri Salvadvor, Liduvina Margarin memperingatkan para migran yang mencoba melakukan perjalanan, meskipun peta diberikan oleh pemerintahnya. “Rute ini tidak aman, Anda tidak akan bisa masuk ke Amerika Serikat seperti yang Anda pikirkan,” katanya. (ZACHARY STIEBER/NTD.tv/The Epoch Times/waa)

Video Rekomendasi :

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ