Imigran Gelap Gunakan Perempuan dan Anak Sebagai Tameng

EpochTimesId – Karavan migran Amerika Tengah diduga sengaja menempatkan perempuan dan anak-anak di barisan depan ketika menyerbu perbatasan Amerika Serikat dari Meksiko pada 25 November 2018. Dugaan itu dikatakan oleh Kirstjen Nielsen, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS.

“Tampaknya dalam beberapa kasus bahwa terbatasnya jumlah perempuan dan anak-anak di kafilah, justru malah digunakan oleh penyelenggara sebagai ‘perisai manusia’, ketika mereka menghadapi aparat penegak hukum. Keselamatan mereka justru terancam oleh penyelenggara karavan,” kata Nielsen dalam sebuah pernyataan pada 26 November.

Karavan yang menyerbu pagar perbatasan ini adalah salah satu dari beberapa gelombang yang telah dimulai sejak Oktober 2018 dari Honduras, Guatemala, dan El Salvador. Mereka bertekad untuk mencapai Amerika Serikat.

Pada 25 November 2018, sekitar 1.000 migran berusaha untuk menerobos perbatasan AS-Meksiko di Tijuana. Akan tetapi, mereka dihalau dengan gas air mata setelah mereka melemparkan batu dan proyektil lainnya ke petugas penegak hukum AS.

Sementara Nielsen mengatakan anggota kafilah ‘didominasi laki-laki’, namun beberapa media berfokus pada perempuan dan anak-anak di antara para migran yang cukup dekat untuk terkena dampak gas air mata.

Nielsen mengatakan Patroli Perbatasan menanggapi kekerasan dengan cara yang tidak mematikan, seperti yang terjadi di masa lalu selama pemerintahan Obama.

“Petugas Patroli Perbatasan dan petugas kami menanggapi secara mengagumkan dan bertanggung jawab atas kejadian pada hari Minggu,” katanya. “Ini adalah bukti pelatihan dan profesionalisme mereka, bahwa tidak ada yang terluka.”

Dia meminta orang tua yang mencoba untuk memasuki Amerika Serikat secara ilegal dengan anak-anak mereka untuk mengurungkan niat. “Juga disarankan untuk menghindari bergabung dengan sub-kelompok kafilah yang melakukan kekerasan, dan menahan diri dari upaya untuk secara ilegal memasuki negara kita.”

“Tindakan ini akan membahayakan anak-anak Anda,” kata Nielsen.

Para migran umumnya mencari suaka di Amerika Serikat, tetapi secara historis, 90 persen dari mereka yang mengklaim suaka dari Guatemala, Honduras, dan El Salvador dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh hakim federal. Berdasarkan wawancara media dengan para migran, kebanyakan mencari pekerjaan atau pekerjaan yang dibayar lebih baik dan banyak menyebutkan kekerasan di negara asal mereka.

Kedua alasan itu tidak mewakili syarat untuk mengajukan suaka. Slot suaka hanya disediakan untuk orang-orang yang menghadapi beberapa jenis penganiayaan dari pemerintah mereka. (PETR SVAB/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA