Empat Meregang Nyawa dalam Penembakan di Ibukota Parlemen Eropa Prancis

EpochTimesId – Insiden penembakan melanda salah satu kota di Prancis, Strasbourg. Insiden itu menewaskan empat orang dan melukai 11 orang lainnya di dekat pasar Natal yang terkenal di dunia pada 11 Desember 2018. Insiden itu memicu penutupan area publik yang luas dan perburuan tersangka bersenjata, yang masih buron.

Jaksa Prancis mengatakan penyelidikan terorisme telah dibuka. Meskipun pihak berwenang tidak mengumumkan motif untuk pertumpahan darah itu. Kota ini adalah rumah bagi Parlemen Eropa, yang segera ditutup setelah penembakan.

Belum jelas apakah pasar, yang merupakan inti dari plot terkait al-Qaida pada tahun 2000, memang menjadi sasaran utama teror tersebut. Prefek dari wilayah Strasbourg mengatakan tersangka sebelumnya ditandai sebagai terduga ekstremis.

Pria bersenjata itu telah diidentifikasi dan memiliki catatan kriminal, menurut Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner.

Jumlah korban tewas, awalnya dilaporkan hanya satu orang. Jumlahnya kemudian diralat menjadi empat orang pada 11 Desember 2018 malam, menurut dua pejabat polisi federal. Salah satu pejabat, Stephane Morisse dari FGP, mengatakan kepada The Associated Press, tersangka diduga terluka oleh tembakan tentara yang menjaga pasar.

Gendarmes atau polisi bersenjata awalnya pergi ke rumah tersangka untuk menangkapnya pada 11 Desember 2018 pagi, sebelum serangan itu. Akan tetapi, tersangka tidak ada di sana, menurut Morisse. Mereka hanya menemukan bahan peledak di rumah itu.

Juru bicara militer Perancis, Kolonel Patrik Steiger mengatakan pelaku penembakan tidak berencana untuk menyerang tentara yang berpatroli di dalam dan di sekitar pasar Natal, tetapi hanya menargetkan warga sipil.

Beberapa orang yang terluka berada dalam kondisi kritis, kata menteri dalam negeri.

Para saksi menjelaskan kepada AP, suara tembakan, jeritan, dan teriakan petugas polisi yang memerintahkan orang-orang untuk tetap di dalam rumah sebelum area itu ditutup dan para petugas disebar.

“Saya mendengar dua atau tiga tembakan sekitar jam 7:55 malam. waktu setempat, kemudian saya mendengar teriakan. Saya mendekati jendela. Saya melihat orang-orang berlarian. Setelah itu saya menutup jendela. Kemudian saya mendengar lebih banyak suara tembakan, lebih dekat kali ini,” Yoann Bazard, 27 tahun, yang tinggal di pusat Strasbourg menuturkan.

“Saya pikir mungkin itu petasan,” katanya, berbicara melalui telepon. “Dan kemudian, karena sudah dekat, itu benar-benar mengejutkan. Ada banyak teriakan. Ada polisi atau tentara yang berteriak ‘Masuk!’ Dan ‘Taruh tanganmu di atas kepala.'”

Jurnalis freelance, Camille Belsoeur berada di apartemen temannya ketika mereka mendengar suara tembakan. Mereka pada awalnya mengira itu suara petasan.

“Kami membuka jendela. Saya melihat tembakan tentara, sekitar 12 hingga 15 tembakan,” kata Belsoeur.

Prajurit lainnya berteriak agar orang-orang tetap di dalam rumah. Mereka berteriak ‘Pulanglah! Pulanglah!’ Kepada orang-orang di luar.

Saksi lain, Peter Fritz, mengatakan kepada BBC bahwa satu dari empat orang yang tewas adalah seorang turis Thailand. Dia tertembak di kepala dan tidak berhasil merespon upaya panjang penyelamatan terhadapnya.

“Kami mencoba sebaik mungkin untuk menyadarkan dia. Kami melakukan CPR. Kami memindahkannya ke restoran dekat,” kata Fritz.

Dia mengatakan butuh lebih dari 45 menit untuk menunggu ambulans tiba. Selama waktu itu seorang dokter darurat menyarankan melalui telepon, “Bahwa upaya lebih lanjut akan sia-sia.”

“Korban masih di sini di restoran ini tetapi kami telah meninggalkan semua harapan untuknya,” kata Fritz.

Prancis sebelumnya mengalami beberapa serangan ekstremis profil tinggi, termasuk serangan terkoordinasi di beberapa lokasi di Paris yang menewaskan 130 orang dan melukai ratusan orang pada November 2015. Serangan truk tahun 2016 di Nice juga menewaskan puluhan orang.

Presiden Emmanuel Macron menunda pertemuan di istana kepresidenan pada malam 11 Desember untuk memantau keadaan darurat. Menurut Istana ini menunjukkan betapa beratnya serangan itu.

Castaner dan jaksa Paris, yang bertanggung jawab atas penyelidikan anti-teror di Prancis, menuju ke Strasbourg. Kantor kejaksaan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan atas dugaan pembunuhan dan percobaan pembunuhan terkait dengan tuduhan perusahaan teroris, yang menunjukkan bahwa para pejabat berpikir penembak yang diduga memiliki hubungan dengan ekstrimis.

Di beberapa lingkungan Strasbourg, Kementerian Dalam Negeri Perancis mendesak publik untuk tetap di dalam ruangan. Otoritas setempat mentweet kepada publik agar menghindari area kantor polisi yang dekat dengan pasar Natal kota.

Pasar Strasbourg yang terkenal didirikan di sekitar katedral kota selama musim Natal dan merupakan tempat berkumpul yang populer.

Tentara Prancis sedang berpatroli setelah penembakan. Di tempat kejadian, petugas polisi, kendaraan polisi, dan barikade mengepung lampu berkilau di pasar.

“Layanan keamanan dan penyelamatan kami dimobilisasi,” kata Castaner.

Juru bicara Parlemen Eropa Jaume Duch mengatakan bahwa, “Parlemen Eropa telah ditutup dan tidak ada yang bisa masuk sampai pemberitahuan lebih lanjut.”

Belum jelas ada berapa banyak orang di dalam gedung parlemen.

Serangan itu menghidupkan kembali kenangan tentang rencana teror milenium baru yang menargetkan pasar Natal di Strasbourg. Sepuluh orang yang diduga militan Islam dihukum dan dijatuhi hukuman penjara pada bulan Desember 2004 karena peran mereka dalam sebuah rencana untuk meledakkan pasar pada Malam Tahun Baru 2000.

Para tersangka asal Aljazair dan berkebangsaan Prancis-Aljazair, termasuk seorang yang diduga rekan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden, disidang pada Oktober dengan tuduhan mereka terlibat dalam plot yang digagalkan untuk serangan itu.

Mereka dijatuhi hukuman penjara mulai dari satu sampai sembilan tahun. (THE ASSOCIATED PRESS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M