PM Petahana Bangladesh Menang Pemilu Tiga Kali Berturut-turut, Oposisi Tuntut Diulang

Venus Upadhayaya, The Epoch Times

Epochtimes.id- Hasil tidak resmi dari pemilihan Bangladesh menunjukkan kemenangan besar bagi Liga Awami Bangladesh yang berkuasa.

Kemenangan ini mengukuhkan kepada petahana, Sheikh Hasina sebagai perdana menteri terlama di negara itu. Partai oposisi menolak hasil Pilpres dan menyerukan pemilihan ulang.

Rakyat Bangladesh mendatangi tempat pemungutan suara 30 Desember 2018 untuk memutuskan wakil-wakil untuk Jatiya Sangsad ke-11, atau Parlemen Nasional. Pemilu digelar bersamaan laporan-laporan terjadinya kekerasan yang mengakibatkan sedikitnya 17 orang tewas dan banyak lainnya terluka di seluruh negeri.

Ibukota Dhaka – kota terpadat di dunia – relatif damai. Pihak berwenang telah mengerahkan 600.000 personel keamanan di seluruh negeri untuk mengendalikan kekerasan.

Pemerintah bahkan memerintahkan perusahaan telekomunikasi untuk mematikan internet seluler sebelum pemilihan “untuk mencegah desas-desus dan propaganda seputar pemilihan.”

Kekerasan dan Politik

Sementara Komisi Pemilihan Bangladesh telah berjanji untuk menyelidiki insiden kekerasan, aliansi oposisi Oikyafront, yang dipimpin oleh Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), menuduh partai yang berkuasa melakukan penindasan dan mencampuri pemilihan. Oposisi menyerukan pemilihan ulang.

Khaleda Zia, pemimpin BNP dan seorang perdana menteri sebelumnya, saat ini di penjara karena tuduhan korupsi dan tetap absen dari kampanye.

Partainya memboikot pemilihan di 42 daerah pemilihan dengan tuduhan bahwa proses Pemilu tidak berjalan adil. Zia memboikot pemilihan putaran sebelumnya pada tahun 2014.

“Jika Anda memberikan hasil yang lengkap, apa yang dapat Anda harapkan,” kata Joyeeta Bhattacharjee, seorang rekan senior di lembaga Think Tank Observer Research Foundation yang berbasis di New Delhi, yang khusus terkait politik domestik Bangladesh.

Partai BAL maupun BNP menuduh satu sama lain berada di belakang serangan kekerasan terhadap anggota mereka.

Saat konferensi pers 29 Desember 2018 di markas komisi pemilihan, BAL yang berkuasa mengklaim bahwa tujuh anggotanya dibunuh oleh anggota aliansi yang dipimpin BNP sebagaimana ditulis surat kabar Dhaka Tribune. BNP mengklaim telah kehilangan lima aktivis mereka.

Kemenangan Signifikan

Hasina adalah putri pemimpin legendaris gerakan pembebasan Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, telah berkuasa selama dua parlemen terakhir.

Atas kemenangan ini, Hasina akan berkuasa untuk masa jabatan ketiga berturut-turut. Dia menjadi perdana menteri yang terlama di Asia Selatan, status yang bisa membantunya mendapatkan lebih banyak kekuasaan di wilayah tersebut.

Hasina dikreditkan dengan membantu meningkatkan ekonomi negaranya. Tahun lalu, Bangladesh mengalami pertumbuhan 7,28 persen dalam PDB, lebih tinggi dari negara tetangganya dan kekuatan regional India sebagaimana data Bank Dunia.

“Popularitas [Hasina] sangat tinggi di antara rakyat. Suka atau tidak suka, pembangunan cukup menonjol. Orang yang mengunjungi Bangladesh merasakan perubahan, ”kata Bhattacharjee.

Gaya pemerintahan Hasina telah dilabeli oleh oposisi dan beberapa analisis media sebagai otoriter.

Putranya, Sajeeb Wazed, yang menjalankan perusahaan IT di Amerika Serikat dan merupakan penduduk Washington, menolak tuduhan itu.

“Kau tahu apa yang dikatakan ibuku kepadaku pagi ini?” Kata Wazed sehari menjelang pemilihan.

“Merek otoriter oleh media Barat sekarang adalah lencana kehormatan,” tambahnya.

Hasina memenangkan kursi parlementernya di daerah pemilihan Gopalganj-3 dengan mutlak, memenangkan 229.539 suara dari 123 kursi yang dimiliki BNP.

Bhattacharjee menggambarkan pemilihan Bangladesh yang akan dipusatkan di sekitar kepemimpinan ikonik.

“Ikon [Dalam politik Bangladesh] penting. Dua keluarga ikonik sangat berarti dalam politik. Kehadiran [Sheikh Hasina dan Khaleda Zia] mereka di akar rumput adalah hal yang penting, ”katanya. (asr)

Reuters berkontribusi pada laporan ini