Amerika Peringatkan Iran Atas Rencana Peluncuran Kendaraan Luar Angkasa

EpochTimesId – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo mengeluarkan peringatan kepada rezim Iran setelah Kementerian Pertahanan Iran mengumumkan rencana untuk meluncurkan tiga kendaraan antariksa. Pesawat antariksa itu menampilkan teknologi yang hampir identik dengan rudal balistik antarbenua.

“Amerika Serikat tidak akan tinggal diam dan menyaksikan kebijakan destruktif rezim Iran menempatkan stabilitas dan keamanan internasional dalam bahaya,” kata Pompeo dalam sebuah pernyataan pada 3 Desember 2019. “Kami menyarankan rezim untuk mempertimbangkan kembali peluncuran provokatif ini dan menghentikan semua kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik, guna menghindari isolasi ekonomi dan diplomatik yang lebih dalam.”

Peluncuran yang direncanakan akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan Iran untuk menghentikan semua kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik berkemampuan nuklir, menurut Pompeo. Rezim Iran menembakkan rudal balistik jarak menengah yang mampu membawa beberapa hulu ledak pada 1 Desember 2019.

Wakil Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Qassem Taqizadeh sebelumnya mengkonfirmasi bahwa Iran berencana untuk meluncurkan tiga satelit ke ruang angkasa segera.

“Satelit itu dibuat oleh para pakar domestik dan akan ditempatkan pada berbagai orbit,” kata Taqizadeh kepada media Iran pada akhir November 2018.

Korps Aerospace pada Iran’s Islamic Revolutionary Guard (Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran) mengatakan akhir tahun lalu bahwa rezim itu melakukan 40 hingga 50 uji coba rudal balistik setiap tahun, yang mendorong Perancis, Jerman, Inggris, dan negara-negara lain untuk menyatakan keprihatinan.

Jika diluncurkan dari Iran, rudal balistik antarbenua dengan jangkauan 6.200 mil dapat mencapai daratan AS.

“Amerika Serikat terus menerus memperingatkan bahwa rudal balistik dan peluncuran SLV oleh rezim Iran memiliki efek destabilisasi di kawasan dan sekitarnya,” kata Pompeo. “Rezim Iran adalah sponsor teror negara paling terkemuka di dunia dan telah memperbanyak rudal dan teknologi terkait dengan proxy-nya di sekitar Timur Tengah.”

Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir Iran tahun lalu. Gedung Putih mengutip kekhawatiran atas ketidakmampuan kesepakatan untuk membatasi ambisi rudal balistik Iran. Laporan Intelijen Israel yang dirilis menjelang keluar dari kesepakatan itu mengungkapkan upaya rahasia Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.

Washington menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran setelah keluar dari kesepakatan. Langkah-langkah itu fokus pada energi, minyak, pengiriman, dan industri keuangan rezim, di antara target lainnya. Presiden Trump yakin sanksi itu berhasil dan telah mengubah Iran menjadi negara yang berbeda.

“Iran dalam kesulitan,” kata Trump kepada wartawan, pada 2 Januari 2019.

Pada Juli 2017, Iran meluncurkan roket yang katanya bisa mengirim satelit ke luar angkasa, tindakan yang oleh Departemen Luar Negeri AS disebut provokatif. Awal bulan itu, Amerika Serikat memberikan sanksi ekonomi baru kepada Iran atas program rudal balistiknya.

Iran mengatakan program luar negerinya damai, tetapi para pakar Barat menduga itu mungkin kedok untuk mengembangkan teknologi rudal militer.

Pemerintahan Trump menganggap Iran sebagai ‘rezim yang melanggar hukum’ dan pendukung utama terorisme Islam radikal di dunia. Dalam sebuah laporan tentang aktivitas rejim yang merusak, Amerika Serikat menuduh Teheran melakukan pelanggaran hak asasi manusia, kejahatan dunia maya, dan eksploitasi lingkungan. Rezim itu juga diklaim mengancam keamanan laut di wilayah itu dan terus memfasilitasi kegiatan keuangan ilegal. (@ivanpentchoukov dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M