Korban Tanah Longsor dan Banjir Akibat Badai di Filipina Terus Bertambah

Epochtimes.id- Korban tewas akibat tanah longsor dan banjir dahsyat melanda di Filipina yang dipicu oleh badai tropis terus bertambah menjadi 85 jiwa.

Laporan ini disampaikan oleh pejabat setempat pada 2 Januari 2018.

Tambahan laporan menyebutkan sebanyak 20 orang lainnya hilang ketika para penyelamat perlahan-lahan mencapai lokasi yang sebelumnya tak terjangkau.

Direktur eksekutif badan bencana nasional, Ricardo Jalad mengatakan korban termasuk anak-anak kecil, sebagian besar tewas ketika rumah mereka ambruk akibat tanah longsor setelah berhari-hari hujan lebat di beberapa provinsi di Filipina tengah.

“Jika kami tidak menemukan yang hilang atau yang meninggal dunia, maka angka kematian 105 jiwa. Kami harapkan tidak terjadi,” kata Jalad.

Badai tropis mulai melemah menjadi sistem tekanan rendah sebelum meninggalkan Filipina pada 30 Desember 2018.

Badai ini menyebabkan hujan lebat yang memicu tanah longsor dan banjir di wilayah Bicol dan Visayas timur.

Para pejabat menempatkan tiga provinsi di bawah “keadaan bencana” untuk memberi mereka akses ke dana darurat.

Bicol, dengan populasi 5,8 juta, adalah yang paling parah dengan 68 tewas dalam hujan lebat dan tanah longsor.

Kerusakan lahan pertanian di Bicol, yang menghasilkan beras dan jagung, diperkirakan mencapai 342 juta peso ($ 6,5 juta).

Tim penyelamat, termasuk polisi dan militer, menggunakan peralatan berat untuk membersihkan jalan ke lokasi tanah longsor. Tim bahkan menggunakan perahu karet untuk menjangkau warga terdampak.

“Matahari sudah terbit, dengan hujan ringan sesekali. Kami berharap banjir akan surut, ”kata Ronna Monzon, anggota personel operasi di lembaga bencana di Bicol, kepada Reuters.

Melansir dari DW World, Direktur Kantor Pertahanan Sipil Bico, Claudio Yucot mengatakan korban dikhawatirkan akan terus meningkat, karena banyak area yang belum tersisir.

Laporan menyebutkan masyarakat tidak melakukan tindakan preventif karena Badai Usman tidak tergolong sebagai badai topan berbahaya dalam sistem peringatan badai yang dibuat oleh pemerintah.

‘‘Tidak ada peringatan dini terhadap siklon tropis ini dan antisipasi pun tidak dilakukan masyarakat yang sedang berlibur Natal,‘‘ jelas Yucot, seperti dilansir oleh AFP yang dikutiip oleh Dw World.

Sebanyak 20 badai tropis menghantam Filipina setiap tahun hingga menyebabkan tanaman dan infrastruktur hancur yang memakan korban jiwa manusia.

Insiden ini membebani salah satu ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia. (asr)

Sumber : Neil Jerome Morales dan Karen Lema/Reuters/The Epochtimes/DW World