Milisi Suriah yang Didukung Amerika Klaim ISIS Sudah Kritis

The Epoch Times – Pejuang dari kelompok teroris ISIS tengah menjalani saat-saat terakhir mereka di daerah kantong terakhir yang mereka kuasai di dekat perbatasan Irak. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS telah menyergap para pejuang itu, menurut juru bicara SDF.

Mustafa Bali, yang bertanggung jawab atas kantor media SDF, mengatakan pada 13 Januari 2019 bahwa pasukannya telah meningkatkan serangan dalam dua hari terakhir. Mereka mengambil kendali atas wilayah antara kantong ISIS dan perbatasan Irak, memotong jalan keluar dari kawasan tersebut.

Bali mengatakan pejuang ISIS menyadari bahwa pertempuran ini adalah pertempuran untuk melenyapkan mereka. Sementara itu, juru bicara koalisi Kolonel, Sean Ryan mengatakan, SDF membuat kemajuan besar dan terus membebaskan lebih banyak wilayah yang pernah dipegang ISIS. Akan tetapi pertempuran masih terus berlanjut.

Pada bulan Desember, Presiden Donald Trump mengumumkan penarikan 2.000 tentara AS dari Suriah, dengan alasan kekalahan ISIS dan bahwa pasukan AS tidak lagi diperlukan di sana. Seorang juru bicara Departemen Pertahanan mengkonfirmasi pada 11 Januari 2019, bahwa koalisi telah memulai proses penarikan.

“Kami akan pergi dengan langkah yang tepat, sementara pada saat yang sama terus memerangi ISIS dan melakukan semua hal lain yang bijaksana dan perlu!” Kata Trump dalam posting Twitternya pada 7 Januari 2019.

Kemenangan atas para teroris di kantong itu pada dasarnya akan menjatuhkan pijakan teritorial kelompok itu di tepi timur Sungai Eufrat.

Dengan bantuan koalisi pimpinan AS, SDF, sekelompok milisi yang dipimpin oleh Kurdi YPG, telah mendorong ISIS keluar dari Suriah utara dan timur selama empat tahun terakhir. Sebuah laporan pada November 2019 dari Departemen Pertahanan menemukan ISIS telah kehilangan semua wilayah yang pernah dipegangnya di Irak dan hanya mengendalikan 1 persen wilayah yang pernah dimiliki di Suriah.

Angkatan bersenjata AS baru-baru ini membunuh Jamal al-Badawi, yang memimpin serangan teroris mematikan di USS Cole pada tahun 2000. Trump mengumumkan berita itu di sebuah posting Twitter tanggal 6 Januari, dua hari setelah militer AS mengatakan telah melakukan serangan yang menargetkan al-Badawi di Yaman.

“Militer besar kita telah memberikan keadilan bagi para pahlawan yang hilang dan terluka dalam serangan pengecut terhadap USS Cole. Kami baru saja membunuh pemimpin serangan itu, Jamal al-Badawi,” kata Trump dalam posting Twitternya.
“Pekerjaan kami melawan al Qaeda terus berlanjut. Kami tidak akan pernah berhenti dalam perjuangan kami melawan terorisme Islam radikal.”

Sementara itu, Turki berusaha untuk mengejar pasukan Kurdi yang bersekutu dengan Amerika Serikat. Sedangkan pemerintah Suriah yang didukung Rusia dan Iran melihat peluang untuk memulihkan wilayah yang luas.

Penasihat keamanan nasional AS, John Bolton pekan lalu menyarankan perlindungan bagi sekutu Kurdi Washington akan menjadi prasyarat penarikan AS. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyebut komentar Bolton sebagai kesalahan serius.

Keberangkatan Pentagon
Tiga pejabat senior Pentagon telah mengundurkan diri menyusul keputusan Trump untuk menarik diri dari Suriah. Laksamana Muda Kevin Sweeney, kepala staf sekretaris pertahanan, mengundurkan diri pada 6 Januari setelah memegang jabatan itu selama dua tahun.

“Saya telah memutuskan bahwa waktunya tepat untuk kembali ke sektor swasta,” kata Sweeney dalam sebuah pernyataan singkat.

Dia tidak menyebutkan presiden dalam pernyataannya dan memberikan penghormatan kepada semua personil dari Departemen Pertahanan.

Juru bicara Pentagon, Dana White, juga mundur dari posisinya. Pengunduran diri White pada akhir Desember terjadi di tengah penyelidikan internal departemen atas perilakunya, setelah sejumlah pengaduan dari staf lain diajukan terhadapnya.

Pengunduran diri Sweeney terjadi hanya lima hari setelah Jim Mattis meninggalkan jabatannya sebagai menteri pertahanan pada 1 Januari. Mattis mundur dua bulan lebih awal dari jadwal yang semula direncanakannya, pada akhir Februari 2019.

Jenderal pensiunan bintang empat itu menyoroti perbedaan mendasar kebijakan militer yang Dia miliki dengan Trump, dalam surat pengunduran dirinya. Dia mengatakan Trump memiliki hak untuk memiliki seorang menteri pertahanan yang pandangannya lebih selaras dengan Trump. (BOWEN XIAO dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M