Trump : Tidak Menutup Kemungkinan untuk KTT dengan Xi Jinping

oleh Wu Ying

Pada Kamis (31/1/2019), Presiden Trump menemui Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He dan anggota delegasinya di Kantor Oval Gedung Putih.

Trump mengatakan bahwa ia tidak menutup kemungkinan untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping, tetapi perlu bersama topik substantif untuk dibahas.

Pada Kamis sore, putaran keenam negosiasi perdagangan AS – Tiongkok berakhir tanpa kesepakatan.

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Presiden Trump menegaskan kembali bahwa jika kedua belah pihak tidak dapat mencapai hasil yang memuaskan sebelum 1 Maret, maka Amerika Serikat akan menaikkan tarif hukuman untuk komoditas impor dari Tiongkok.

Robert Lighthizer dan Steven Mnuchin Akan Berkunjung ke Tiongkok pada Pebruari untuk Negosiasi Putaran Berikutnya

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer di Gedung Putih pada Kamis lalu mengatakan : “Saya pikir kami telah membuat kemajuan, meskipun masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan masih perlu membahas banyak masalah”, ia mengatakan bahwa pembicaraan kali ini masih difokuskan pada masalah reformasi struktural dan implementasinya, implementasi adalah masalah paling mendasar, dan mengatakan bahwa di masa mendatang, kedua belah pihak akan terus saling berkomunikasi kecuali pada hari Tahun Baru Tiongkok minggu depan ini.

Robert Lighthizer menambahkan bahwa sulit baginya untuk memprediksikan bagaimana hasil negosiasi pada tahap ini, tetapi “kita sedang berada dalam tahap keberhasilan atau kegagalan, dan jika itu dapat diselesaikan dengan baik maka itu akan berhasil,” katanya.

Trump mengatakan bahwa Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan pergi ke Tiongkok untuk melanjutkan negosiasi putaran berikutnya pada bulan Pebruari ini.

Trump : Tidak menutup kemungkinan KTT tetapi perlu topik substantif

Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He menemui Presiden Trump di Gedung Putih pada 31 Januari sore.

Ia menyampaikan undangan kepada Trump untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi dengan Xi Jinping pada paro kedua bulan Pebruari di Pulau Hainan, Tiongkok setelah KTT Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Dalam hal ini, Trump mengatakan bahwa dia belum mengkonfirmasikan apakah ingin mengadakan pertemuan dengan Xi. Itu sangat tergantung pada kemajuan negosiasi. “Kedua belah pihak sama-sama berharap untuk melihat hasil yang positif”, “Ketika kita bertemu, kita  ingin melakukan beberapa pembahasan spesifik.”

Trump : Belum dibahas apakah akan memperpanjang batas waktu “gencatan senjata”

Trump mengatakan : “Jika negosiasi dapat mencapai kesepakatan, kita akan memiliki kesepakatan perdagangan yang sangat besar, dan kita telah membuat banyak kemajuan”, ia menambahkan bahwa ada kemajuan tidak berarti mencapai kesepakatan, karena itu saat ini belum berbicara tentang apakah akan memperpanjang batas waktu “gencatan senjata.”

Pada 1 Desember tahun lalu, Trump dan Xi Jinping bersepakat untuk menghentikan persaingan dagang lewat tarif (‘gencatan senjata’) selama 90 hari untuk melakukan negosiasi. Jika gagal mencapai kesepakatan pada 1 Maret tengah malam tahun ini, Amerika Serikat akan mengenakan tarif hukuman (dari 10 % menjadi 25 %) atas komoditas Tiongkok senilai USD. 200 miliar mulai 2 Maret.

Sebelumnya Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa AS sedang berusaha untuk mencapai perjanjian perdagangan baru dengan Tiongkok, jika itu benar-benar dapat disepakati, maka itu akan menjadi perjanjian perdagangan terbesar sejauh ini. “Saya pikir itu sangat mungkin terjadi,” katanya atau perlu ditunda untuk sementara waktu.

Robert Lighthizer mengatakan bahwa jika kedua pihak tidak mencapai kesepakatan dalam batas waktu “gencatan senjata”, maka Amerika Serikat akan menaikkan tarif hukuman untuk komoditas Tiongkok pada 2 Maret sesuai yang telah direncanakan sebelumnya.

Pihak Tiongkok berjanji menambah jumlah pembelian kedelai AS

Trump mengatakan bahwa pihak Tiongkok berjanji untuk membeli 5 juta ton kedelai AS tambahan. Ini adalah jumlah yang besar. “Petani kita akan sangat bahagia”

Terkait dengan tambahan pembelian ini, seorang pejabat AS mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa, Beijing tidak menyebutkan waktu pembeliannya.

Xi Jinping mengirim surat, Trump : “Ini adalah surat yang indah”

Pada Kamis lalu, setelah diminta oleh Presiden Trump, seorang anggota delegasi perdagangan Tiongkok membacakan surat yang dikirimkan oleh Presiden Xi Jinping kepada Presiden Trump. Dalam surat tersebut Xi mengatakan : “Hubungan bilateral Tiongkok – Amerika Serikat saat ini sedang berada dalam tarap kritis. Saya berharap kedua belah pihak tetap dapat mempertahankan saling menghormati dan komunikasi erat melalui berbagai cara.”

Dalam surat itu, Xi Jinping mengatakan bahwa kedua negara perlu saling mengalah agar secepatnya mencapai kesepakatan. Ia juga menyebutkan bahwa ini juga merupakan kepentingan kita bersama … dan akan membawa informasi positif kepada kedua negara kita besderta masyarakat internasional.

Trump langsung menjawab dengan singkat : “Ini adalah surat yang indah.”

Pada hari Kamis, para pejabat AS yang mendampingi delegasi Tiongkok di Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Robert Lighthizer, Steven Mnuchin, Mike Pompeo,  Wilbur Ross, Mick Mulvaney, John Bolton, Larry Kudlow, Peter Navarro dan lainnya. Anggota delegasi Tiongkok juga termasuk Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen.

Kamar Dagang AS : Masalah terbesar adalah Tiongkok tidak menyinggung masalah inti

Kepada Wall Street Journal sumber mengungkapkan, misi yang dibawa Liu He dalam negosiasi putaran tersebut hanyalah untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS dan produk energi, serta untuk menyediakan kondisi akses pasar yang lebih terbuka bagi industri manufaktur dan jasa keuangan AS.

Namun, komitmen ini tidak memenuhi persyaratan Washington, termasuk penghapusan proteksionisme Tiongkok dan reformasi struktural yang lebih dalam dari kebijakan industri.

Myron Brilliant, wakil presiden eksekutif Kamar Dagang Amerika mengatakan kepada Reuters bahwa sampai pada putaran ini Beijing belum dapat membuat komitmen untuk menghilangkan transfer teknologi wajib. “Menurut pendapat kami, ini adalah masalah terbesar,” katanya.  (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=AoyWwEzkBt4