Rakyat dan Oposisi Venezuela Makin Gencar Desak Maduro Lengser

EpochTimesId — Puluhan ribu demonstran turun ke jalan-jalan di kota-kota terpencil dan kota-kota metropolitan di seluruh Venezuela pada 2 Februari 2019 waktu setempat. Mereka menyerukan pengunduran diri Nicolas Maduro, sebagai Presiden sosialis, yang menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mundur sebagai presiden.

Meskipun menderita kekurangan makanan dan obat-obatan yang meluas bersama dengan aliran listrik dan air yang terus-menerus, pemandangan aksi itu nampaknya lebih menyenangkan daripada putus asa, bagi mereka yang turun ke jalan. Kerumunan orang-orang naik dan turun dari kendaraan di jalan-jalan dan stasiun metro di Caracas menjadi sangat mendominasi. Mereka melambai-lambaikan bendera tiga warna negara itu, dan menyanyikan lagu kebangsaan Venezuela. Aksi yang termotivasi oleh sentimen yang berkembang bahwa pemerintah yang didukung militer bisa saja sedang berada di hari-hari terakhir mereka.

“Hari ini, berkat dukungan dari komunitas internasional, harapan tumbuh subur di dalam diri kita semua, dan kami berharap perubahan di negara kami segera terjadi. Tolong, jangan tinggalkan kami,” kata Vanessa Lloreda, 35, yang turun ke jalan-jalan Caracas untuk mendukung pemulihan demokrasi.

“Ada cahaya di ujung terowongan,” kata Francisco Lucena Bravo, 64, dengan ceria di Los Teques, 15 mil dari Caracas. “Pria, wanita, orang tua, anak-anak, dan orang-orang dari semua kelas sosial bersatu untuk tujuan ini. Ini (kediktatoran sosialis) harus segera berakhir.”

Maduro secara bersamaan menarik kerumunan besar pendukungnya di Caracas tengah, untuk peringatan 20 tahun Bolivarian. Itu adalah sebuah gerakan sosialis yang didirikan oleh almarhum Hugo Chavez, dimana Dia mengecam aksi rakyat dan oposisi sebagai apa yang disebut sebagai pelanggaran asing terhadap kedaulatan bangsa.

“Berapa lama mereka akan melukai negara? Cukup sudah semua kerusakan yang mereka lakukan pada negara kita,” kata Maduro kepada pengikutnya yang setia.

Negara tersebut kini terlibat dalam perebutan kekuasaan internasional, dengan pemimpin oposisi dan kongres nasional, Juan Guiado, bersumpah secara simbolis sebagai presiden sementara pada 23 Januari 2019. Dia mendapat pengakuan instan dari sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.

Maduro, yang mengklaim dirinya adalah korban kudeta yang diarahkan oleh Amerika Serikat, terus berkuasa berkat dukungan militer dan majelis konstituen yang dipenuhi loyalis Madura yang Dia ciptakan untuk mengesampingkan Majelis Nasional yang dikendalikan oposisi, yang dipimpin oleh Guiado.

Protes ketidakpuasan bukanlah hal baru, dengan sekitar 12.000 orang tercatat turun ke jalan pada 2018 ketika kondisi mengerikan di negara itu memburuk ke tingkat yang tidak dapat dipertahankan. Tetapi pawai pada 2 Februari 2019 ini, belum pernah terjadi sebelumnya dalam besaran skala dan karakter. Aksi ini menunjukkan penurunan lebih lanjut dukungan terhadap Maduro, yang sebelumnya sudah semakin menipis akibat krisis ekonomi dan krisis sosial.

Dalam beberapa minggu terakhir, protes pecah di lingkungan yang sebelumnya dianggap memiliki kesetiaan yang tidak tergoyahkan kepada Maduro dan revolusi sosialis pendahulunya, Chavez. Aksi mereka juga terjadi di kota-kota kecil yang terpencil, seperti Araure di Venezuela barat, dengan populasi yang hanya 12.000.

“Ini tidak seperti apa pun yang telah kita lihat sebelumnya,” kata Geoff Ramsey, asisten direktur untuk Venezuela, pada Kantor perwakilan Washington di Amerika Latin itu. “Ini adalah perkembangan besar dan itu yang benar-benar menyoroti betapa kuatnya konsensus di Venezuela sehingga status quo perlu diubah.”

Pendukung oposisi dalam demonstrasi menentang pemerintah Presiden Venezuela, Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, pada 2 Februari 2019. (Andres Martinez Casares/Reuters/The Epoch Times)

Kekerasan
Tindakan keras baru-baru ini dilakukan oleh pasukan khusus keamanan di lingkungan kelas pekerja. Insiden itu diberitakan secara luas dalam apa yang tampaknya merupakan upaya untuk mengintimidasi publik, ketika Maduro kehilangan bahkan pendukung Chavista garis keras.

Untuk pertama kalinya selama protes besar, tidak ada kekerasan yang dilaporkan terjadi pada 2 Februari, dan di kota Barquisimeto, rekaman video menangkap pasukan polisi yang meninggalkan pos mereka setelah dipeluk oleh para pengunjuk rasa.

Suasana optimisme didorong oleh pembelotan Jenderal Francisco Yanez pagi itu, seorang komandan angkatan udara. “Rakyat Venezuela, 90 persen angkatan bersenjata Venezuela tidak bersama diktator, mereka (berada bersama) dengan rakyat Venezuela,” katanya dalam sebuah video yang beredar di Twitter. Tetapi harapan bahwa para pemimpin militer lainnya akan mengikuti seperti domino, hanya berumur pendek.

Maduro mengumumkan kepada para pendukungnya bahwa Dia akan menyerukan pemilihan parlemen baru lebih awal dari yang direncanakan, dalam upaya untuk menyingkirkan oposisi dari Majelis Nasional.

Ramsey mengatakan seberapa besar oposisi dapat bertahan sangat tergantung pada seberapa banyak oposisi dapat mempertahankan kegilaan yang terus menarik kerumunan massa ke jalanan.

“Jika mereka tidak dapat mempertahankan rasa momentum yang sedang tumbuh ini, jika mereka tidak dapat menunjukkan ini mengarah pada sesuatu, mereka akan memiliki masalah serius.” (LUKE TAYLOR/khusus untuk The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M