Huawei Ikut Perang 5G, Eropa Hadapi Pilihan Berat

oleh Xia Xiaoqiang

Di saat negosiasi perdagangan AS – Tiongkok sedang memasuki masa akhir yang menegangkan, kasus Huawei menjadi sorotan tajam baik AS maupun Tiongkok. Meng Wanzhou ditangkap dan diekstradisi ke Amerika Serikat, memicu sejumlah negara melarang penggunaan produk Huawei. Membuat Huawei menaruh harapan yang tidak banyak lagi di negara-negara Eropa dan mulai gencar menggolkannya.

BBC pada 18 Februari telah merilis wawancara dengan pendiri Huawei Ren Zhengfei. Ren  mengklaim bahwa Huawei masih akan terus berinvestasi di Inggris. Kami masih tetap percaya Inggris dan berharap Inggris pun dapat terus percaya terhadap Huawei. Kami akan berinvestasi lebih banyak di Inggris … Kami akan mengalihkan investasi kami yang besar dari Amerika Serikat ke Inggris.

Pada saat yang sama, Reuters mengutip berita dari Financial Times pada 17 Februari melaporkan bahwa hasil penelitian Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (UK National Cyber Security Centre) menyimpulkan bahwa risiko menggunakan peralatan komunikasi Huawei di jaringan 5G di masa depan dapat dikendalikan secara efektif.

Meskipun juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May mengklarifikasi bahwa penilaian Inggris terhadap keamanan jaringan 5G masih berlangsung, tetapi itu merupakan petanda bahwa aliansi boikot Huawei yang dipimpin AS telah mulai kendur.

Selain Inggris, New Zealand yang termasuk satu dari lima aliansi yang berbagi jaringan informasi dengan Amerika Serikat, baru baru-baru ini mengatakan bahwa mereka tidak mengesampingkan kemungkinan untuk memberikan kesempatan kepada Huawei untuk berpartisipasi dalam pembangunan jaringan komunikasi 5G di negaranya.

Departemen intelijen dan telekomunikasi parlemen Jerman telah menyampaikan pendapatnya mengenai pembukaan pasar bagi Huawei 5G kepada Kanselir Jerman Angela Merkel pada 19 Februari, dilaporkan bahwa Jerman dalam waktu dekat akan membuka pasar 5G dalam negeri untuk Huawei.

Salah satu alasan utama mengapa banyak negara Eropa merasa sulit untuk menolak Huawei adalah karena sebagian besar operator di wilayah ini sudah menggunakan peralatan 4G Huawei, yang diperkirakan menyita 40% dari peralatan 4G yang ada.

Sekarang jika beralih ke  perangkat dari pesaing Huawei seperti Nokia atau Ericsson, itu berarti lebih banyak tantangan yang timbul baik menyangkut biaya operasional maupun permodalan. Hal inlah yang tidak ingin dilihat oleh operator.

Alasan penting lainnya adalah bahwa selama bertahun-tahun, komunis Tiongkok telah melakukan penetrasi dan penataan di Eropa. Reuters melaporkan pada bulan Desember bahwa lebih separo dari 22 kontrak kerjasama komersial 5G Huawei berada di Eropa. Huawei adalah pemasok utama bagi operator Inggris seperti British Telecom dan Vodafone. Dalam 5 tahun terakhir, Huawei telah menghabiskan GBP. 1,3 miliar untuk investasi dan pengadaan di Inggris saja.

Huawei telah secara aktif mengembangkan teknologi komunikasi 5G dalam beberapa tahun terakhir dan telah menjadi prioritas utama dari program Made In China 2025. 5G adalah teknologi komunikasi bergerak generasi kelima. Pabrik dengan penggerak otomatis dan kecerdasan buatan yang terkait dengan jaringan tidak dapat dipisahkan dari jaringan 5G.

Majalah AS ‘The National Interest’ baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel berjudul ‘Huawei dan Masalah 5G Eropa’. Mengingat penetrasi mendalam Huawei ke pasar Eropa, kerjasama Huawei dengan Eropa tidak dapat diputus dalam waktu singkat. Jika Amerika Serikat mempromosikan penataan yang “non-China”. Tatanan 5G dunia akhirnya dapat menjadi 2 kubu teknologi utama karena perbedaan politik.

Adam Siegel, seorang pakar AS dalam urusan Tiongkok dan keamanan jaringan internet berpendapat bahwa persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam bidang teknologi tinggi dan 5G pada akhirnya akan menghasilkan dua sistem teknologi yang berbeda, dan negara-negara lain harus dipaksa untuk membuat pilihan.

Bulan November tahun lalu, Wall Street Journal mengutip ucapan sumber yang mengatakan bahwa pejabat AS sedang mendorong negara-negara yang memiliki pangkalan militer AS untuk tidak menggunakan perangkat Huawei di jaringan nirkabel dan internet mereka.

Oleh karena itu, negara-negara Eropa menghadapi pilihan utama dalam masalah Huawei dan penggunaan 5G. Menghadapi pilihan Amerika Serikat atau komunis Tiongkok, di permukaan, mengambil atau melepas Huawei terkait dengan kepentingan ekonomi perusahaan, negara dan keamanan nasional. Namun, dari perspektif yang lebih dalam, di balik sistem ilmiah dan teknologi yang berbeda antara Amerika Serikat dengan Tiongkok adalah sistem kelembagaan, budaya dan nilai-nilai yang diwakili oleh kedua belah pihak.

Huawei tidak hanya agen mata-mata super yang berbaju perusahaan swasta Tiongkok, tetapi juga platform dan alat bagi PKT yang menggunakan teknologi tinggi untuk penetrasi platform Barat.

Tindakan Huawei di arena internasional akhirnya menumbangkan Amerika Serikat dan Barat melalui pencurian, infiltrasi, dan penyuapan. Huawei sebenarnya adalah lambang rezim Komunis Tiongkok.

Jika negara-negara Eropa memilih platform teknologi Huawei, pilihan yang lebih dalam adalah memilih mengakui budaya dan nilai-nilai PKT, mengakui kekuatan politik komunis Tiongkok, dan bekerja dengan mereka. Ini sangat berbahaya.

Negara-negara Eropa, terutama Inggris, secara historis telah lama menjadi sekutu kuat Amerika Serikat. Memiliki budaya dan nilai-nilai agama yang sama dengan Amerika Serikat, dan sistem kelembagaan yang hampir serupa. Amerika Serikat sekarang menjadi pemimpin dunia dalam ekonomi dan teknologi tinggi. Hampir setiap negara Eropa akan sulit bergerak jika mereka lepas dari platform ekonomi dan teknologi yang dibangun oleh Amerika Serikat.

Dapat diperkirakan bahwa dalam jangka panjang, negara-negara Eropa yang dipimpin oleh Inggris, dengan menurunnya pengaruh rezim komunis Tiongkok, mereka mungkin akan meninggalkan Huawei dan memilih Amerika Serikat karena tekanan kuatnya. (Sin/asr)