Presiden Interim Venezuela Datangi Perbatasan Tempat Bantuan Kemanusiaan Tertahan

EpochTimesId – Presiden sementara Venezuela, Juan Guaido dan sekitar 80 anggota parlemen menuju ke perbatasan Kolombia dengan konvoi kendaraan pada 21 Februari 2019. Mereka berharap dapat menerima bantuan kemanusiaan internasional untuk negara mereka yang kelaparan, bahkan ketika diktator sosialis yang digulingkan rakyat, Nicolás Maduro menghentikan lalu lintas udara serta menutup perbatasan laut dan lintas perbatasan darat .

Guaido, yang diakui oleh lebih dari 50 negara sebagai kepala negara yang sah, berencana untuk membawa bantuan melalui darat dan laut pada 23 Februari 2019. Penerimaan bantuan kemanusiaan itu untuk mengurangi kekurangan makanan dan obat-obatan.

Guaido dan anggota parlemen dari Majelis Nasional berangkat dari Caracas pada pagi 21 Februari 2019, untuk menempuh perjalanan sejauh 500 mil ke Cucuta, Kolombia, kota perbatasan di mana banyak bantuan dari Amerika Serikat menumpuk. Kerumunan terbentuk di sepanjang jalan utama di Caracas ketika konvoi Guaido berangkat. Rakyat Venezuela mengibarkan bendera nasional dan bersorak mendukung.

Maduro memerintahkan semua bantuan untuk diblokir. Militer Venezuela, yang masih patuh pada diktator yang digulingkan rakyat, menempatkan kontainer pengiriman di jembatan darat utama yang menghubungkan Kolombia dan Venezuela.

Langkah Guaido untuk menerima bantuan secara langsung kemungkinan akan memaksa militer yang ditempatkan di perbatasan Cucuta untuk menentukan kesetiaan mereka. Unit-unit militer Venezuela yang dikerahkan di portal perbatasan lainnya akan dipaksa untuk membuat pilihan yang sama, karena konvoi dan kapal yang sarat dengan banyak bantuan diperkirakan menerobos perbatasan secara bersamaan. Gelombang bantuan dari laut akan mencoba masuk dari Brasil dan perlintasan maritim dengan Aruba, Curacao, dan Bonaire.

Pada 19 Februari, pemerintah Brasil berjanji untuk memberikan bantuan pada truk-truk yang dikendarai oleh warga Venezuela yang diorganisir oleh Guaido. Maduro memerintahkan perlintasan darat dengan Brasil ditutup pada pukul 8 malam, pada 21 Februari, menurut Efecto Cocuyo, outlet berita independen Venezuela. Pada 20 Februari 2019, Maduro memerintahkan penutupan perbatasan maritim Venezuela dengan pulau-pulau Karibia Belanda, Aruba, Curacao, dan Bonaire setelah pemerintah Curacao mengatakan akan membantu menyimpan bantuan yang ditujukan untuk Venezuela.

Demonstran memprotes pemerintah Nicolas Maduro di jalan utama Las Mercedes, kota Baruta, pada 2 Februari 2019 di Caracas, Venezuela. (Edilzon Gamez/Getty Images/The Epoch Times)

Maduro, yang, bersama dengan pendahulunya, Hugo Chavez, bertanggung jawab atas kebijakan sosialis yang telah menghancurkan negara yang dulunya kaya minyak itu, menyangkal ada krisis. Dalam komentar yang disiarkan televisi pada 21 Februari, sang diktator menyebut rencana Guaido untuk membawa masuk bantuan internasional sebagai ‘pertunjukan murahan’ untuk merusak citra pemerintahannya.

“Saya tidak ingin mengambil keputusan apa pun dari jenis ini, tetapi saya sedang mengevaluasinya, penutupan total perbatasan dengan Kolombia,” kata Maduro.

“Melalui seruan untuk bantuan kemanusiaan ini, rakyat akan mendapat manfaat dari kedatangan barang-barang ini ke perbatasan Venezuela,” kata legislator Edgar Zambrano, ketika Dia dan anggota parlemen lainnya menunggu untuk naik bus di sebuah plaza di Caracas timur.

Majelis Nasional menyatakan Maduro adalah presiden tidak sah pada bulan Januari 2019, beberapa bulan setelah diktator sosialis memenangkan pemilihan ulang yang dinilai penuh kecurangan. Guaido menilai konstitusi memberinya hak menjadi presiden sementara, dan kemudian mengambil sumpah simbolis pada 23 Januari 2019. Presiden AS, Donald Trump segera mengakui Guaido sebagai pemimpin yang sah yang kemudian diikuti oleh puluhan negara demokrasi lainnya.

Naiknya Guaido dan penegasan Trump yang cepat atas legitimasinya memicu referendum global virtual tentang sosialisme dan komunisme, dengan puluhan negara dunia bebas, termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Australia, mendukung Guaido. Sementara itu beberapa rezim yang saat ini dan sebelumnya menganut ideologi komunis, termasuk Tiongkok, Korea Utara, Kuba, dan Rusia, memihak Maduro.

Masih belum jelas bagaimana rencana dan skenario Guaido untuk membawa masuk bantuan internasional. Tokoh oposisi telah menyarankan pembentukan rantai manusia di perbatasan Kolombia untuk mengawal paket bantuan dari orang ke orang. Demikian juga dari kapal-kapal yang juga membawa bantuan dari pulau-pulau Karibia Belanda.

Terlepas dari pengaturan itu, militer Venezuela akan dipaksa untuk memutuskan antara menaati perintah diktator atau meninggalkan rezim otoriter sekaligus menyatakan kesetiaan kepada presiden sementara. (IVAN PENTCHOUKOV dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M