Pejabat Militer Venezuela Dideportasi Dari Kolombia

EpochTimesId — Seorang pejabat tinggi militer Venezuela, Letnan Kolonel Edgar Alejandro Lugo Pereira, dideportasi dari Kolombia. Dia ditangkap oleh pejabat migrasi karena diduga melakukan misi dalam mengambil berbagai barang dari gedung kedutaan besar negaranya, yang sudah ditutup.

Letkol Edgar Pereira datang bersama dua wanita dengan izin visa wisata. Akan tetapi, dia sebenarnya dikirim ke Kolombia untuk mengambil paspor, dokumen, dan uang dari Kedutaan Besar Venezuela, menurut Badan Pabean dan Migrasi Kolombia. Para pejabat mengatakan ada 25 paspor Venezuela dan uang tunai 44.000 dolar AS dalam penguasaannya.

Pereira memasuki Kolombia melalui kota Karibia di Cartagena untuk mengelabui para pejabat imigrasi kolombia. Padahal dia sedang menjalankan misi intelijen militer Venezuela. Dia juga kedapatan membawa barang-barang kantor seperti USB flash drive, yang berisi ‘informasi rahasia’ untuk rezim Nicolás Maduro. Seorang pejabat pemerintah Kolombia yang berbicara dengan syarat anonimitas mengatakan kepada The Epoch Times.

Pereira dideportasi pada 24 Maret 2019. Dia kini dicekal masuk ke Kolombia selama 10 tahun.

Para pejabat rezim Maduro mengklaim Pereira dan kawan-kawannya dikirim oleh kantor asing untuk mengunjungi konsulat di Cartagena dan kedutaan di Bogotá untuk menyelesaikan pembayaran luar biasa setelah pecahnya diplomasi antara kedua negara. Dalam siaran pers, mereka menuntut pengembalian segera aset yang disita, atau akan ada ‘tindakan balasan’

Warga Venezuela yang mengungsi dan tinggal di Kolombia mengadakan demonstrasi menentang pemadaman listrik besar-besaran yang telah menyebabkan jutaan orang tanpa listrik di negara mereka. Aksi digelar di depan gedung kedutaan besar AS di Bogota, pada 11 Maret 2019. (Foto : Raul Arboleda/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Kedutaan besar Venezuela di Kolombia telah ditutup sejak Maduro memutus semua hubungan diplomatik dengan negara tetangga itu pada 23 Januari 2019. Penutupan misi diplomatik menyusul sebuah misi untuk mengirim bantuan kemanusiaan yang disumbangkan AS ke Venezuela melalui Kolombia. Operasi kemanusiaan yang berakhir dengan bentrokan dan kekacauan.

Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang misi pejabat militer itu, atau mengapa kelompok itu dikirim untuk mengambil paspor yang tertinggal. Paspor-paspor yang tertinggal itu diduga milik agen intelijen Venezuela di Kolombia.

Semakin banyak orang telah dideportasi dari Kolombia dalam beberapa bulan terakhir karena diduga melakukan misi intelijen. Pada 16 Maret 2019, seorang warga negara Kuba yang terhubung dengan direktorat intelijen G-2 yang terkenal, ditemukan memata-matai sebuah pangkalan militer udara kunci Kolombia dan diusir dari negara itu. Agen intelijen Kuba diyakini beroperasi secara luas di seluruh Venezuela untuk membantu menopang Maduro.

Di seberang perbatasan, banyak pertanyaan tidak terjawab pada 23 Maret 2019, ketika dua jet Rusia, yang menurut beberapa laporan berisi peralatan militer dan pasukan, tiba di Caracas.

Wakil presiden Partai Sosialis Venezuela dan tangan kanan Maduro, Diosdado Cabello, membenarkan bahwa dua pesawat telah tiba dari sekutu utama mereka. Akan tetapi, dia tidak menjelaskan mengapa atau apakah pasukan benar-benar berada di atas kapal.

“Pesawat-pesawat dari Rusia mendarat di Venezuela karena mereka diberi wewenang oleh satu-satunya pemerintah yang ada di Venezuela, dan itu disebut pemerintah Nicolas Maduro,” kata Cabello di televisi pemerintah.

Dia merujuk pada fakta bahwa pemimpin Majelis Nasional Juan Guaido telah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara yang sah negara itu berdasarkan perintah konstitusi. Guaido mendapat dukungan dari Washington dan 50 negara demokratis lainnya.

Sebagai tanggapan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengutuk tindakan itu sebagai ‘peningkatan situasi yang gegabah’ kepada wartawan pada 24 Maret 2019. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan kepada rekannya dari Rusia, Sergey Lavrov, bahwa Amerika Serikat dan sekutunya tidak akan berdiam diri saat Rusia memperburuk ketegangan di Venezuela.

Hubungan antara Amerika Serikat, Rusia, dan Venezuela juga memanas pada bulan Desember 2018. Ketika itu, dua pesawat bomber Rusia mendarat di Caracas. Ketegangan dengan cepat menurun sejak Amerika Serikat dengan cepat mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela dan meningkatkan sanksi terhadap industri-industri penting Venezuela dalam upaya untuk melumpuhkan rezim Maduro.

Pemadaman listrik
Krisis ekonomi dan sosial yang melanda Venezuela dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat, dengan gelombang pemadaman listrik kembali terjadi pada 24 Maret 2019.

Lebih dari selusin negara bagian dilanda pemadaman listrik, dan hampir 90 persen dari negara itu tenggelam dalam kegelapan.

Dengan negara ini telah dilanda hiperinflasi yang merajalela dan kekurangan makanan dan obat-obatan yang meluas, pemadaman listrik membuat krisis yang ada semakin tidak dapat dikendalikan. Ada situasi penurunan tingkat keamanan, pompa air gagal berfungsi, dan pejarahan makanan di lemari es keluarga kaya dan supermarket. (LUKE TAYLOR/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M