Pengantin ISIS Inggris Shamima Begum Diduga Mantan Polisi Moral Kejam

EpochTimesId – Sebuah laporan terbaru mengklaim bahwa pengantin perempuan jihad ISIS asal Inggris, Shamima Begum, adalah anggota ‘polisi moral’ ISIS yang ditakuti. Dia sebelumnya bersikeras bahwa dirinya hanya seorang ibu rumah tangga.

Menurut The Sunday Telegraph, Begum bekerja untuk al-Hisba, untuk menegakkan aturan berpakaian yang ketat dan selalu menenteng senjata api. Sumber mengatakan kepada koran Inggris bahwa Begum membawa AK-47 dan memiliki reputasi sebagai penegak hukum yang tegas.

Wanita 19 tahun itu kabur dari rumahnya di London pada usia 15 tahun, untuk bergabung dengan kelompok teroris di Suriah. Dia muncul di sebuah kamp pengungsi Suriah pada Februari 2019. Dia kabur bersama dengan pengantin jihad lainnya dari benteng terakhir ISIS, karena runtuh di bawah tekanan pasukan sekutu.

Begum menjadi berita utama ketika dia memohon untuk diizinkan kembali ke Inggris, meskipun menyatakan tidak menyesal telah bergabung dengan ISIS. Dia bahkan tidak mau menyalahkan pelaku serangan teror di Inggris.

Pemerintah Inggris mencabut kewarganegaraannya dan memblokir kepulangannya, sehingga memicu gugatan hukum oleh keluarganya.

Aktivis Anti-ISIS Mengenalnya dengan Baik
The Telegraph mengutip seorang aktivis yang menceritakan bagaimana Begum diduga meneriaki wanita-wanita Suriah di kota Raqqa karena memakai sepatu berwarna cerah. Aghiad al-Kheder, seorang aktivis yang mendokumentasikan kejahatan ISIS, mengatakan bahwa anggota organisasi mereka dari Raqqa mengenalnya dengan baik.

Laporan itu juga mengklaim Begum berperan dalam membujuk wanita lain untuk bergabung dengan perjuangan jihad.

“Jangan percaya hal buruk apa pun yang kamu dengar tentang Dawla [kekhalifahan ISIS], itu palsu. Anda memiliki semua yang Anda inginkan di sini. Dan kami dapat membantu menemukanmu suami yang tampan,” sambung al-Kheder, mengulangi kalimat yang diduga sering diucapkan oleh Begum.

The Daily Mail juga menuduh Begum membantu menjahit bom bunuh diri ke dalam rompi peledak mereka. Ini diduga dilakukan sedemikian rupa sehingga jika para penyerang mencoba melepaskan rompi, mereka akan meledak.

Informasi itu dilaporkan ditemukan oleh agen mata-mata sekutu selama wawancara dengan para anggota ISIS Barat lainnya. Tidak diketahui apakah Begum berpartisipasi dengan sukarela, atau apakah dia dipaksa.

Tanpa Penyesalan Beralih ke Penyesalan
Sikap awal Begum yang tidak menyesal tentang bergabung dengan ISIS menimbulkan kemarahan online. Setelah pihak berwenang Inggris menolak permintaannya untuk diizinkan kembali ke Inggris dengan anaknya yang baru lahir, Dia berbalik menyatakan penyesalannya untuk bergabung dengan para jihadis dan mengakui bahwa Dia telah ‘dicuci otak’.

Berbicara kepada The Times of London di kamp pengungsi al-Roj di Suriah pada 1 April, Begum berkata, “Saya menyesal memiliki anak di kekhalifahan dan meminta otoritas Inggris agar diizinkan kembali ke Inggris.”

“Saya datang berpikir itu akan menjadi tempat dimana saya bisa membesarkan keluarga dengan aman,” Begum dikutip oleh The Times. “Tapi itu bukan tempat untuk punya anak.”

Setelah melarikan diri dari rumah pada tahun 2015 untuk bergabung dengan ISIS di Suriah, dia menikah dengan seorang calon jihadis dari Denmark.

Suami Begum, Yago Riedijk, bergabung dengan ISIS pada tahun 2014 dan menikahinya setahun kemudian ketika dia baru berusia 15 tahun. Mereka memiliki tiga anak, semuanya meninggal dunia.

Ketika hamil anak ketiganya, Begum muncul di sebuah kamp pengungsi Suriah pada bulan Februari setelah melarikan diri dari Baghouz yang terluka akibat pertempuran. Di sana dia melahirkan bayi laki-laki, yang meninggal pada 8 Maret 2019.

“Sejak saya meninggalkan Baghouz, saya benar-benar menyesali semua yang saya lakukan, dan saya merasa ingin kembali ke Inggris untuk kesempatan kedua untuk memulai hidup saya lagi,” katanya kepada The Times. “Saya dicuci otak. Saya datang ke sini memercayai semua yang telah saya ketahui, sementara hanya tahu sedikit tentang kebenaran agama saya.”

Wawancara Begum dengan The Times adalah pertama kalinya dia mengaku diradikalisasi.

“Ketika saya pertama kali keluar dari al-Dawlah [ISIS], saya masih dalam mentalitas cuci otak: saya masih mendukung mereka karena apa yang mereka katakan kepada saya dan apa yang mereka ajarkan kepada saya,” katanya kepada publikasi. (TOM OZIMEK/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M