Kebakaran Pabrik Farmasi di Shandong, Tiongkok, Tewaskan 10 Pekerja

Luo Tingting

Sebuah pabrik farmasi di Jinan, Provinsi Shandong, Tiongkok, terbakar, Senin (15/4/2019). Sedikitnya 10 orang tewas karena menghirup asap saat kebakaran terjadi.

Perusahaan farmasi ini bernama Tianhe Huishi Pharmaceutical Co, anak perusahaan dari Jinan Qilu Pharmaceutical Group.

Kebakaran diduga disebabkan percikan dari pipa yang dilas di pabrik farmasi itu. Hingga kemudian menyebabkan bahan kimia terbakar dan mengeluarkan asap.

Kronologi kejadian pada 15 April lalu, di pabrik itu sedang membangun kembali ruang bawah tanah di ruang pembekuan.

Saat itu ada 10 pekerja sedang mengelas pipa. Pada hari itu sekitar pukul tiga sore waktu setempat, percikan api dari pipa yang dilas merambet ke bahan kimia hingga tak terhindar dari kobaran api.

Akibatnya, 10 pekerja tak sempat menyelamatkan diri. Mereka menghirup asap dari api bahan kimia itu. Delapan dari korban tewas di tempat dan dua orang meninggal dunia selama proses penyelamatan berlangsung.

Selain itu, 12 petugas penyelamat juga terluka oleh asap beracun, tetapi tidak mengancam jiwa. Saat ini, kecelakaan tersebut masih sedang diselidiki.

Insiden ini membuat dunia luar bertanya-tanya tentang nama zat beracun sebenarnya yang merengut nyawa sejumlah pekerja di tempat kejadian itu. Pertanyaan pun dialamatkan tentang faktor penyebab petugas penyelamat terluka.

Namun, laporan yang relevan tidak diungkapkan ke publik. Bahkan media berita Qilu.com telah menghapus berita tersebut, sehingga membuat dunia luar mengerutkan kening bingung dengan tindakan pihak perusahaan.

Menurut informasi publik, pabrik itu didirikan pada 7 Desember 2006 dengan modal terdaftar sebesar 612,5 juta yuan. Ruang lingkup bisnisnya meliputi produksi injeksi bubuk beku-kering, injeksi bubuk, bahan baku steril, bahan baku obat-obatan dan psikotropika.

Perusahaan Ante International Limited asal Hong Kong dan Shandong Qilu Pharmaceutical Group Co, Ltd masing-masing memegang 40% dan 60% saham di Tianhe Hui Shi.

Menurut laporan, pada awal 2016 lalu, Tianhe Huishi dimasukkan ke dalam “Daftar Hitam Perlindungan Lingkungan” di Provinsi Shandong. Pabrik terjerat “limbah berbahaya perusahaan yang tidak diklasifikasikan dan limbah berbahaya tidak sepenuhnya ditandai.”

Perusahaan induknya Qilu Pharmaceutical juga dilaporkan pernah mengalami insiden lima ledakan pada tahun 2015 dan 2016 lalu. Dalam ledakan tahun 2016, gumpalan awan jamur hitam besar membubung ke angkasa hingga empat puluh atau lima puluh meter tingginya. Dampaknya, udara dipenuhi bubuk putih dan bau menyengat, ribuan murid dan guru terkena dampak dari dentuman keras dan bau menyengat di sekolah yang hanya berjarak beberapa puluh meter.

Seorang anggota staf dari Biro Perlindungan Lingkungan kota Jinan, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan, Sejak paruh kedua 2009, pihaknya telah menerima ratusan keluhan tentang bau menyengat  dari area pabrik Qilu.

Qilu Pharmaceutical juga pernah berselisih karena masalah lingkungan dengan Sekolah Menengah No. 2 kota Licheng, Jinan, Tiongkok. Pasalnya, pabrik farmasi dan sekolah hanya berjarak kurang dari 50 meter. Akibatnya, guru dan siswa sekolah tersebut menghirup “racun” sepanjang tahun dari pabrik tersebut. Namun, solusi terakhir dari pemerintah setempat adalah memindahkan sekolah itu. Kekuatan di belakang pabrik farmasi tersebut dianggap tidak biasa.

Sumber mengatakan, bahwa dibalik kekuatan Qilu Pharmaceutical adalah keluarga Li Botao. Mereka pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Jinan pada 2016 dengan kekayaan 17,271 miliar yuan.

Beberapa komentator mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok menciptakan GDP bergelimangan darah. Dampak buruknya berimbas pada pencemaran lingkungan yang serius dan ancaman terhadap kesehatan masyarakat. Seperti misalnya ledakan di pabrik kimia baru-baru ini di Provinsi Jiangsu. Bom waktu sebuah pabrik di seantero Tiongkok, dapat meledak kapan saja dan menyebabkan korban jiwa. (Jon/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=9nWyioLn4GI