Rompi Kuning Prancis Marah dan Bakar Ban di Jalan Raya Akibat Kebakaran Notre Dame

Paris — Para demonstran dari kelompok rompi-kuning Prancis membakar ban dan benda-benda lainnya di sepanjang rute perjalanan memenuju Kota Paris pada Sabtu, 20 April 2019 lalu. Mereka membawa pesan tuntutan kepada pemerintah yang mereka lihat tidak memperjuangkan permasalahan rakyat miskin.

Pembangunan kembali Katedral Notre Dame yang dilanda kebakaran dinilai bukan sebagai masalah rakyat miskin, dan bukan satu-satunya masalah yang perlu dipecahkan oleh pemerintah Prancis.

Seperti rompi visibilitas tinggi yang dikenakan para pengunjuk rasa, kebakaran kecil yang tersebar di Paris tampaknya merupakan permintaan kolektif kepada pemerintah untuk mengatakan, “Lihatlah kami, kami juga butuh bantuan!”

Polisi menembakkan meriam air dan menyemprotkan gas air mata untuk mencoba mengendalikan unsur-unsur radikal di pinggiran pawai yang sebagian besar damai. Aksi kekerasan mewarnai keseluruhan aksi di sekitar Paris dan kota-kota Prancis lainnya, yang mayoritas berlangsung damai dan tertib.

Petugas pemadam kebakaran Paris, yang berjuang awal pekan lalu untuk mencegah bangunan Notre Dame abad ke-12 runtuh, dengan cepat merespon untuk memadamkan api unggun yang bermunculan pada aksi protes hari Sabtu (20/4/2019).

Seorang pemrotes bertopeng dan berpakaian serba hitam melompat ke atas sebuah Mercedes yang diparkir di sepanjang rute perjalanan, menghancurkan kaca depan dan belakangnya.

Markas besar kepolisian Paris mengatakan pihak berwenang menahan 137 orang menjelang sore dan melakukan pemeriksaan mendadak terhadap lebih dari 14.000 orang yang mencoba memasuki ibukota untuk bergabung dengan aksi protes hari Sabtu.

Ketegangan tersebut terpusat pada pawai beberapa ribu orang yang dimulai di Kementerian Keuangan di Paris timur untuk menuntut pajak yang lebih rendah bagi pekerja dan pensiunan, serta pajak yang lebih tinggi bagi orang kaya.

Kelompok lain yang beranggotakan 200 orang mencoba berbaris dan berjalan menuju presiden Istana Elysee di pusat kota Paris. Namun, polisi anti huru hara memblokir mereka di Gereja neo-klasik Madeleine.

Namun kelompok lain berusaha mendemonstrasikan rompi kuning berkabung karena kobaran api Notre Dame sembari tetap menjaga tekanan pada Macron. Mereka ingin berbaris ke Notre Dame, tetapi dilarang oleh polisi, yang membuat perimeter keamanan besar di sekitar daerah itu.

Seorang pemrotes membawa salib kayu besar yang menyerupai yang dibawa dalam prosesi Jumat Agung ketika dia berjalan di atas tanggul Paris di dekatnya.

Pada 24 November 2018, rompi kuning berbaris demonstran membakar bentrokan dengan polisi di Champs Elysées. (AFP vai EpochWeekly)

Sekitar 60.000 petugas polisi dimobilisasi untuk mengamankan aksi protes Sabtu di seluruh Prancis. Gerakan ini sebagian besar damai tetapi ekstrimis yang terlibat aksi, justru menyerang monumen, toko, dan bank serta bentrok dengan polisi.

Kehadiran polisi bersenjata berat membuat stasiun kereta bawah tanah dan jalan-jalan di sekitar Paris ditutup pada hari Sabtu. Suasana yang menggagalkan upaya wisatawan yang mencoba menikmati ibukota Prancis pada hari musim semi yang hangat.

“Paris sangat sulit sekarang,” kata Paul Harlow, wisatawan dari Kansas City, Missouri, ketika dia memandang sedih pada Notre Dame yang rusak.

Dia dan istrinya, Susan berada di Paris hanya selama beberapa hari dan gagal berkesempatan untuk melihat katedral. Pada hari Sabtu, upaya mereka untuk mengunjungi museum juga gagal karena kereta bawah tanah yang tertutup dan jalan-jalan dibarikade.

“Kurasa kita tidak akan kembali,” katanya.

Pengunjung lain menunjukkan solidaritas dengan aksi rompi kuning.

“Saya tidak tertarik bergabung dengan mereka, tetapi saya bisa mengerti apa yang mereka marahi,” kata Antonio Costes, seorang pensiunan dari pinggiran Montreuil Paris yang datang Sabtu untuk melihat kerusakan pada Notre Dame. “Ada banyak ketidakadilan.”

Macron telah dijadwalkan untuk memberikan tanggapannya terhadap kekhawatiran rompi kuning pada Senin malam. Akan tetapi membatalkan pidatonya karena kebakaran Notre Dame terjadi. Dia sekarang diharapkan untuk melakukannya Kamis depan.

Beberapa kritik rompi kuning menuduh Macron mencoba mengeksploitasi api untuk keuntungan politik. Seorang pengunjuk rasa membawa sebuah tanda yang menarget Macron yang berbunyi, “Pyromaniac, kami akan membuat Anda menjadi karbon.”

Spanduk besar lainnya berbunyi, “Victor Hugo berterima kasih kepada semua donor dermawan yang siap menyelamatkan Notre Dame dan mengusulkan agar mereka melakukan hal yang sama dengan Les Miserables,” merujuk pada novel penulis terkenal tentang katedral dan perjuangan kaum miskin Prancis.

Sejumlah tokoh rompi kuning yang sebelumnya sudah sempat berhenti ikut serta dalam aksi protes mengatakan, mereka kembali turun ke jalan pada hari Sabtu karena merasa semakin diabaikan sejak tragedi Notre Dame. (THE ASSOCIATED PRESS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M