Terduga Anggota ISIS Ditangkap Ketika Rencanakan Serangan di Australia

EpochTimesId – Seorang tersangka teroris ISIS ditangkap di Turki pada 23 April karena dicurigai berencana menyerang acara peringatan Perang Dunia I di Gallipoli. Acara Peringatan tersebut rencananya akan dihadiri oleh ratusan warga Australia dan Selandia Baru.

Tersangka disebut oleh media lokal sebagai Abdulkerim Hilef. Sementara otoritas Turki mengatakan bahwa dia adalah warga negara Suriah berusia 26 tahun. Sebuah gambar yang beredar online menunjukkan seorang pria muda dengan rambut pendek dan brewok.

Sebuah sumber mengatakan pada Herald Sun bahwa polisi menduga Hilef berencana untuk mengebom peringatan pada 25 April 2019 atau mengendarai mobil ke kerumunan.

Pria itu ditangkap di Tekirdag, beberapa jam dari Gallipoli, setelah serangan polisi terhadap sel ISIS di Ismaniye, dekat perbatasan Suriah, menghasilkan informasi tentang serangan yang direncanakan. Info ini diperoleh dari ponsel dan kartu SIM.

Sumber-sumber keamanan Turki mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation bahwa serangan yang direncanakan itu sebagai balasan atas serangan baru-baru ini terhadap masjid-masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Ancaman itu muncul setelah Turki melarang warga mereka menghadiri peringatan Hari Anzac pada 25 April 2019 karena masalah keamanan. Dan juga setelah pihak berwenang Turki menangkap empat warga Suriah pada 16 April, yang diduga anggota ISIS lainnya pada 18 April 2019.

Setiap tahun, warga Australia dan Selandia Baru melakukan perjalanan ke Turki untuk upacara peringatan memperingati kampanye militer 1915 yang gagal oleh ANZAC dan pasukan sekutu untuk mengusir pasukan Ottoman dari Gallipoli dan wilayah Dardanelles.

Kegiatan peringatan dijadwalkan untuk hari Rabu dan Kamis.

Angkatan Pertahanan Selandia Baru mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diperoleh media ‘1 News’ bahwa pihaknya mengetahui laporan bahwa tersangka anggota ISIS ditangkap.

“Ini masalah bagi Otoritas Turki,” kata pasukan pertahanan dalam sebuah pernyataan.

Beberapa pemandu wisata di situs Anzac Cove mengatakan kepada Stuff, media Selandia Baru, bahwa banyak orang yang berencana menghadiri peringatan tersebut telah membatalkan perjalanan mereka setelah serangan Christchurch.

Salah satu agen perjalanan wisata mengatakan perusahaan tempat dia bekerja melakukan sejumlah pembatalan dari orang-orang yang mengatakan mereka khawatir dengan keamanan. Mereka mengatakan selalu menghadiri peringatan selama 22 tahun terakhir, namun tidak jadi mengikuti agenda tahun ini.

“Sedih. Ini tempat saya, ini hidup saya,” katanya.

Turki mengatakan ISIS bertanggung jawab atas beberapa pemboman yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016, yang totalnya menewaskan sekitar 200 orang. Meskipun kelompok teroris belum aktif di Turki akhir-akhir ini, pihak berwenang masih melakukan operasi rutin terhadap tersangka anggota ISIS.

Layanan ANZAC tahun ini datang sebulan setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadapi kritik dari Australia dan Selandia Baru. Kritik Australia dan Selandia Baru menanggapi komentar yang dia buat setelah seorang pria bersenjata menewaskan 50 orang di dua masjid di kota Christchurch pada 15 Maret 2019.

Erdogan memutar video dari penembakan pada kampanye pemilihan lokal. Dia mengatakan pria bersenjata itu menargetkan Turki dengan mengatakan dalam sebuah manifesto yang diposting online, bahwa orang Turki harus dikeluarkan dari separuh bagian Istanbul yang terletak di teritorial Eropa.

Dia juga mengancam akan mengirim kembali peti mati siapa pun yang mencoba membawa pertempuran ke Istanbul.

Seorang warga Australia, Brenton Tarrant, 28 tahun, yang diduga penganut ‘supremasi kulit putih’, didakwa dengan 50 dakwaan pembunuhan atas penembakan massal pada masa damai yang terburuk di Selandia Baru. Lima puluh orang lainnya terluka dalam serangan itu. (ZACHARY STIEBER, Reuters, dan NTD.com/The Epoch Times)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M