Eskalasi Perang Dagang AS-Tiongkok Meningkat ? Seperti Ini Analisa Pakar Wall Street dan Keuangan global

oleh Wu Ying

Presiden Trump pada Minggu 5 Mei lalu menyampaikan pesan melalui Twitter dengan nada yang dapat memperdalam ketegangan hubungan hingga meningkatkan perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Efeknya, Pada hari Senin 6 Mei, harga pasar saham global langsung anjlok.  Para pakar di Wall Street mencoba untuk menganalisa apakah perjanjian dagang AS – Tiongkok bisa berhasil ?

Isi cuitan Trump menyebut bahwa negosiasi perdagangan AS – Tiongkok berjalan terlalu lambat, dan Tiongkok berusaha untuk melakukan negosiasi ulang. Itu mustahil ! Trump juga menyebutkan mau memberlakukan tarif hukuman dari 10% menjadi 25% atas komoditas impor dari Tiongkok senilai 200 miliar dolar AS pada 10 Mei, dan akan segera mengenakan tarif 25 persen atas komoditas lainnya yang diimpor dari Tiongkok senilai 325 miliar dolar AS.

Pasar saham global langsung turun tajam pada hari Senin, begitu pula pasar saham Tiongkok, Shanghai Composite Index turun 5,6%, dan Shenzhen Stock Exchange Index turun lebih dari 7%. Pasar saham Eropa jatuh ke level terendah dalam sebulan.

Pada hari Senin Presiden Trump kembali mengeluarkan pesan lain melalui Twitter yang menyebut perdagangan komunis Tiongkok tidak adil, sehingga AS menderita defisit perdagangan dengannya mencapai 500 miliar dolar AS. Maaf, kami tidak akan melakukannya lagi!” Demikian tulis Trump.

Indeks ketiga pasar saham utama AS turun pada hari Senin, indeks DJX dan S&P 500 turun lebih dari 1,1%, sedangkan Nasdaq melebihi 1,4%.

Tiga orang yang akrab dengan masalah mengatakan kepada Financial Times (FT) bahwa pekan lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pertemuan tertutup dengan Perdana Menteri Austria Sebastian Kurz mengatakan bahwa, probabilitas untuk mencapai kesepakatan dari negosiasi perdagangan yang diadakan di Washington pekan ini menjadi lima puluh lima puluh.

Berikut ini adalah analisis dari beberapa orang pakar keuangan global dan Wall Street tentang prospek investor menghadapi perang perdagangan Tiongkok – AS yang disusun oleh CNBC :

Goldman Sachs : Kenaikan tarif mencapai 40%

Pesan Tweet Trump hari Minggu telah menurunkan kemungkinan kesepakatan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Serta mendorong kemungkinan untuk memberlakukan kenaikan tarif yang sudah direncanakan kemudian ditunda.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa peluang administrasi Trump untuk menaikkan tarif dari 10% menjadi 25% pada hari Jumat akan mencapai 40%.

Citibank : Optimis kesepakatan tercapai pada kuartal kedua tahun ini

Citibank berpendapat bahwa kecuali Beijing sepenuhnya meninggalkan negosiasi, jika tidak maka ketegangan perdagangan tidak akan meningkat menjadi perang dagang. Citibank cukup optimis melihat kemungkinan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok akan tercapai pada kuartal kedua tahun ini.

Negosiasi perdagangan AS – Tiongkok akan berjalan dalam suasana “hari ini perang perdagangan, besok membuat perjanjian perdagangan”, dan ancaman kenaikan tarif masih akan menjadi cara untuk membuat Tiongkok menyerah pada persyaratan AS dan mengimplementasikan isi perjanjian.

UBS : AS menggunakan strategi leverage

Sampai sekarang masih belum jelas mengapa Trump tiba-tiba mengeluarkan pesan Tweet yang berisikan rencana memberlakukan kenaikan tarif yang tertunda. Media melaporkan bahwa ini adalah untuk mengirimkan “pesan” kepada Tiongkok, atau Trump tidak puas dengan niat Beijing untuk menarik kembali komitmen yang dibuat sebelumnya. Dalam hal apapun, mengirim pesan pada tahap ini berarti bahwa AS memanfaatkan strategi peningkatan leverage dalam menghadapi negosiasi ini.

Perusahaan Keuangan Raymond James : Negosiasi AS – Tiongkok tiba-tiba berubah

Sejumlah pakar perdagangan mengatakan bahwa tweet Trump pada hari Minggu itu tidak dimaksudkan untuk menggunakan tarif sebagai kekuatan tawar-menawar, melainkan ia melihat negosiasi yang tampaknya hampir selesai minggu lalu, tiba-tiba menunjukkan ada gejala akan dibuat keluar dari jalur oleh pihak Tiongkok.

Saat ini, perundingan AS – Tiongkok bukanlah jendela untuk menyelesaikan peluang dalam menyelamatkan negosiasi, tetapi situasi saat ini menggambarkan sulitnya negosiasi antar kedua negara.

Morgan Stanley : Hanyalah sebuah fenomena sementara

Pesan Tweet Trump pada hari Minggu itu mungkin menjadi tekanan untuk mempercepat negosiasi demi tercapainya kesepakatan tentang masalah-masalah yang belum selesai, termasuk menunggu penghapusan tarif tambahan saat ini, mekanisme penegakan hukum, dan subsidi industri.

Morgan Stanley  menduga bahwa peningkatan suhu perang dagang hanya sebuah fenomena sementara, karena pasar yang lemah akan membantu kedua belah pihak kembali ke meja perundingan lagi, sedangkan eskalasi perang dagang akan menambah ketidakpastian pasar.

Bank of America : Pasar saham dalam jangka pendek ini berfluktuasi

Peningkatan eskalasi perang dagang cukup mengejutkan para investor, yang berarti bahwa pasar saham mungkin akan berfluktuasi sebelum perjanjian perdagangan tercapai.

Macquarie : Hari Jumat menjadi titik observasi

Meskipun pihaknya masih memiliki kepercayaan pada perjanjian perdagangan AS – Tiongkok, tetapi tidak dapat berasumsi bahwa kebuntuan akan diselesaikan dalam beberapa minggu ke depan.

Jadi dalam beberapa hari ke depan, perlu diperhatikan apakah pada hari Jumat nanti pemerintahan Trump benar  menaikkan tarif. Jika Presiden Xi Jinping memilih untuk tidak menyerah kepada Amerika Serikat, maka komoditas Tiongkok tidak akan terhindar dari risiko kenaikan tarif.

Jika Amerika Serikat kemudian mengenakan lagi tarif 25% untuk komoditas Tiongkok senilai 325 miliar dolar AS, maka kebuntuan hubungan AS – Tiongkok akan berlanjut untuk beberapa waktu. (Sin/asr)

Video Rekomendasi :