Buzzer Komunis Tiongkok Serang Perusahaan Tari Klasik Tiongkok Shen Yun Upaya untuk Mempengaruhi Opini Publik

Cathy He/Nicole Hao – The Epochtimes

Rezim komunis Tiongkok telah mengerahkan pasukan buzzer untuk mendiskreditkan perusahaan tari dan musik klasik Tiongkok, Shen Yun Performing Arts. Tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mempengaruhi opini publik terhadap Shen Yun.

Leeshai Lemish, seorang pembawa acara Shen Yun Performing Arts dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan The Epoch Times mengatakan, Orang-orang anonim tersebut sedang bekerja untuk menimbun hasil pencarian Google dengan ulasan yang negatif tentang Shen Yun. 

Shen Yun Performing Arts adalah perusahaan tari Tiongkok klasik yang berbasis di New York. Perusahaan itu  telah melakukan tur keliling dunia sejak Tahun 2006 silam. 

Perusahaan tari itu dengan misi untuk menampilkan 5.000 tahun peradaban Tiongkok melalui kesenian.

Sementara perusahaan secara konsisten tampil di sejumlah tempat dengan tiket terjual habis di seluruh dunia, hal demikian memicu kemarahan rezim komunis Tiongkok. Dikarenakan, mempertunjukkan adegan-adegan yang menggambarkan penganiayaan berkelanjutan terhadap kelompok spiritual Falun Gong.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan meditasi yang mencakup serangkaian ajaran moral berdasarkan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Latihan itu dilarang di Tiongkok setelah rezim Komunis Tiongkok menganggapnya sebagai ancaman karena popularitasnya yang sangat besar. Perkiraan resmi pada saat itu menyebutkan jumlah praktisi mencapai 70 juta hingga 100 juta orang.

Sejak itu, penganut praktik latihan itu di Tiongkok ditahan secara sewenang-wenang dan menjadi sasaran fitnah, ujaran kebencian, kabar Hoaks, kerja paksa, cuci otak, penyiksaan, dan pengambilan organ secara paksa. 

Lebih dari 4.300 praktisi dipastikan tewas dalam penganiayaan. Meskipun demikian jumlah sebenarnya dianggap jauh lebih tinggi.

Di luar Tiongkok, rezim komunis Tiongkok telah berusaha untuk menjelekkan dan membungkam upaya yang dilakukan untuk mengungkap penganiayaan tersebut. Termasuk mempengaruhi media Tionghoa di luar negeri. Hingga menyusup ke kelompok-kelompok masyarakat Tionghoa di luar negeri.

Komentator Buzzer Troll Internet Komunis Tiongkok

Berada di garis silang rezim Komunis Tiongkok, Shen Yun telah menghadapi rentetan upaya untuk menggagalkan atau mengganggu kinerja perusahaan tersebut, sejak memulai tur keliling dunia 13 tahun silam.

Selain banyak kasus konsulat Tiongkok atau kedutaan besar yang menekan gedung teater atau pemerintah untuk membatalkan pertunjukan, bus wisata perusahaan telah disabotase, anggota keluarga pemain di Tiongkok telah diintimidasi dan diancam oleh polisi setempat. 

Bahkan, situs web tiketnya telah diserang, terutama dalam menjelang pertunjukan terkemuka di kota-kota seperti New York seperti diungkapkan oleh Leeshai Lemish.

Semakin banyak upaya rezim Komunis Tiongkok telah bergeser ke online.  Leeshai Lemish menguraikan, ada upaya yang sangat strategis dan terpadu untuk mencemarkan nama baik Shenyun dengan cara apa pun yang mungkin, terutama di media dan online.

Dia mengatakan para agitator internet berusaha untuk menghasilkan publisitas negatif tentang Shen Yun, yang mana berperingkat lebih tinggi di pencarian internet daripada ulasan yang menguntungkan dari kinerja Shen Yun.

Lemish kepada  NTD, mencatat bahwa tiga ulasan yang muncul pada halaman pertama hasil dari pencarian Google” Shen Yun “adalah negatif. Ia mengatakan, tak peduli berapa banyak ulasan positif. Tapi tetap saja, di bagian paling atas peringkat Google adalah artikel-artikel negatif tersebut. 

Mengingat sebagian besar orang tidak menavigasi melewati halaman pertama hasil pencarian Google, troll tersebut “benar-benar bekerja sangat keras untuk mendapatkan ruang yang sama negatifnya dengan yang lain.

Selain kumpulan ulasan yang baik tentang kinerja yang ditemukan dalam liputan khusus The Epoch Times tentang Shen Yun, perusahaan tari itu telah menerima banyak surat selamat datang atau proklamasi oleh pejabat federal, negara bagian dan kota di Amerika Serikat serta negara-negara lainnya.

Dikenal sebagai “Tentara 50 sen atau wǔmáo dǎng, buzzer komentator troll internet Komunis Tiongkok dibiayai oleh rezim Komunis Tiongkok. Diduga dibayar 50 sen  untuk setiap postingan. Isinya postingan tersebut untuk menyiarkan propaganda atau membungkam perbedaan pandangan secara online, baik di dalam maupun di luar Tiongkok.

Sebuah studi pada tahun 2017 silam, yang diterbitkan oleh American Political Science Review  bahwa rezim Komunis Tiongkok telah mempekerjakan sebanyak 2 juta troll internet. Mereka memposting sekitar 488 juta pesan misinformasi dan disinformasi setiap tahun.

Lemish mengatakan, bahwa buzzer tersebut berupaya meningkatkan peringkat hasil pencarian publisitas negatif dengan mengomentari artikel-artikel itu. Mereka juga menautkannya dan mempostingnya di media sosial.

Misalnya, artikel tentang Shen Yun di situs web kedutaan dan konsulat Tiongkok muncul di beberapa halaman pertama hasil pencarian. Laporan tersebut bukan tampil di situs web yang sangat populer yang tak melakukan bisnis dan tidak memiliki pembaruan berita. Akan tetapi, peringkatnya sangat tinggi di Google. 

Pembawa acara itu menambahkan, “Anda pikir, siapa yang sebenarnya sangat termotivasi, dan memiliki waktu dan energi, siapa yang tidak digaji, untuk benar-benar  melakukan ini dalam skala besar?

Buzzer troll internet tersebut juga membanjiri media sosial dengan komentar negatif tentang Shen Yun termasuk di aplikasi Yelp, Facebook, YouTube, dan Instagram.

Hal demikian adalah taktik yang sangat umum. Selain itu, banyak komentar dalam “Chinglish,” mengacu pada bahasa Inggris yang terputus-putus yang digunakan oleh beberapa penutur asli Tiongkok.

Alexander M. Kehoe, pakar optimisasi mesin pencari dan co-founder dan direktur operasi di Caveni Digital Solutions, sebuah perusahaan SEO dan pemasaran digital, mengatakan kepada The Epoch Times, bahwa operasi troll Komunis Tiongkok di media sosial adalah berbeda karena para pengguna “memiliki masalah bertindak seperti orang Barat”

Kehoe mengatakan, Troll Komunis Tiongkok di media sosial sangat mencolok. Dikarenakan, mereka benar-benar mengikuti garis Partai dari Tiongkok. Selain itu,  Tidak ada orang seperti di Amerika yang benar-benar mengatakan sesuatu seperti yang mereka sebarkan. 

Kehoe mengatakan, Pemerintah Komunis Tiongkok akhirnya mengejar metode yang digunakan oleh Rusia dalam hal efektivitas.

Dia mengatakan buzzer yang didukung negara, menggunakan media sosial untuk mendorong konten naik dan turun dalam hasil mesin pencari. Misalnya, memposting komentar negatif atau kontroversial, tidak menyukai atau melaporkan postingan media sosial dapat menekan sebuah artikel. 

Menurut Kehoe, pada dasarnya apa yang dilakukan rezim Komunis Tiongkok untuk mendorong hal-hal di media sosial yang tidak mereka sukai di luar negeri. Dikarenakan mereka memiliki sumber daya untuk melakukannya.

Catatan Kehoe menyebutkan, sebuah Konten dapat bergerak lebih tinggi dalam hasil pencarian Google jika dihubungkan oleh banyak sumber otoritatif. Ketentuan tersebut dapat dimanipulasi oleh aktor negara dan orang lain yang ingin secara buatan meningkatkan hasil pencarian.

Kehoe menjelaskan, aktor negara  memiliki sumber daya untuk membuat situs palsu atau membuat begitu banyak situs web lainnya yang menautkannya sehingga tampaknya berwibawa. Meskipun hal demikian hanya rekayasa  yang bertentangan secara organik.

Dia mengatakan, rezim Komunis Tiongkok baru-baru ini mengadopsi metode seperti itu, sementara eksekusi tidak sebagus propaganda Rusia. 

Selain kampanye media sosial melawan perusahaan Shenyun, halaman Wikipedia Shen Yun menjadi sasaran pengubahan “setiap hari” untuk memasukkan materi negatif. 

Metode terkenal lainnya yang digunakan oleh rezim Komunis Tiongkok adalah melumuri kritiknya secara online.Tujuannya, menurut Lemish, adalah untuk mengubah persepsi publik tentang Shen Yun.

Lemish mengatakan, hal demikian membuat pihaknya bekerja lebih keras, karena hanya dengan cara yang lumrah orang menemukan sesuatu pada hari ini dengan  Google dan mendengarnya serta di media sosial. 

Lemish memaparkan, Pihak Komunis Tiongkok benar-benar berusaha keras untuk tidak mengizinkan mereka menggunakan saluran-saluran tersebut. Kemudian, menciptakan kesan negatif pada orang-orang untuk mempersulit penjualan tiket Shen Yun. 

Mempengaruhi Opini Secara Global

Taktik yang digunakan terhadap Shen Yun menyatu dengan upaya rezim Komunis Tiongkok yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya untuk membentuk persepsi di seluruh dunia melalui operasi pengaruh global di media online dan media sosial. 

Awal tahun ini, Twitter, Facebook, dan YouTube menangguhkan ratusan akun yang dikaitkan dengan operasi informasi rezim Komunis Tiongkok yang berusaha untuk merusak gerakan aksi protes Hong Kong.

Sebelumnya, Sonny Lo, seorang profesor ilmu politik di Universitas Hong Kong kepada The Epoch Times mengatakan, rezim Komunis Tiongkok telah memanfaatkan media sosial Barat dengan klaim “memenangkan hati dan pikiran” orang-orang di luar daratan Tiongkok.

Penyelidikan pada bulan Oktober lalu oleh The Wall Street Journal menemukan bahwa “pasukan akun troll pro-Komunis Tiongkok” menyerang manajer umum Klub NBA Houston Rockets, Daryl Morey. Itu dilakukan setelah ia mencuit pada 4 Oktober untuk mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong.

Laporan tersebut menganalisa hampir 170.000 cuitan yang diarahkan ke Morey dalam seminggu setelah tweet awalnya. Laporan menemukan bahwa 22 persen berasal dari akun tanpa pengikut dan 50 persen berasal dari akun dengan kurang dari 13 pengikut. Tentunya, suatu sifat yang cenderung mengindikasikan operasi yang berafiliasi dengan sebuah negara. 

“Serangan troll” dimaksudkan untuk “memanipulasi pembicaraan tentang protes Hong Kong,” demikian bunyi laporan The Wall Street Journal .

Pekan lalu, seorang pria yang mengaku sebagai mata-mata Komunis Tiongkok, Wang Liqiang membelot dan langsung suaka ke Australia. Ia mengungkapkan bahwa dirinya terlibat dalam kampanye online untuk menyerang partai yang berkuasa di Taiwan. Cara itu dilakukan menjelang pemilu Taiwan  dalam sebuah upaya untuk mendukung partai pro Komunis Tiongkok.

Wang mengatakan kampanye itu memiliki lebih dari 200.000 akun media sosial. Sedangkan banyak halaman penggemar lainnya untuk mendukung upaya tersebut.

Serangan online yang diarahkan terhadap Shen Yun, mencerminkan keprihatinan yang lebih luas tentang penindasan rezim Komunis Tiongkok terhadap kebebasan berbicara di Barat.

Lemish mengatakan, jika seseorang online untuk meneliti apa yang ingin mereka tonton, dan apa yang mereka lihat secara online, maka “condong karena apa yang dapat dilakukan oleh Komunis Tiongkok, dengan triliunan dolar mereka. Komunis Tiongkok benar-benar memaksakan tentang apa yang bisa dan tidak bisa ditonton. 

Lemish bertanya : “Apakah kita memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin kita tonton?,” (asr)

Seni Pertunjukan Shen Yun di Jones Hall for the Performing Arts, di Houston, pada 22 Desember 2017. (Larry Dye / The Epoch Times)