Dimulai Investigasi atas Tewasnya 400.000 Korban Warga dalam 20 Tahun Akibat Opioid

Liang Yan

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat telah mulai melakukan penyelidikan untuk mengungkap apakah produsen obat-obatan jenis opioid, fentanil dengan sengaja menyebabkan pasien menyalahgunakan atau menggunakan obat penghilang rasa sakit secara berlebihan. 

Menurut data yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat, setidaknya 400.000 orang warga Amerika telah meninggal karena overdosis opioid dalam 20 tahun terakhir.

Wall Street Journal mengutip laporan sumber menyebutkan bahwa jika hasil investigasi mengarah ke tuntutan pidana terhadap perusahaan farmasi, hal itu akan menjadi gugatan terburuk terhadap produsen opioid dalam sejarah Amerika Serikat.

Ketika perusahaan farmasi itu diselidiki di seluruh Amerika Serikat, mereka sudah terlibat dalam biaya litigasi sipil yang jumlahnya mencapai miliaran dolar.

Sekarang setidaknya terdapat 4 perusahaan farmasi dan 2 perusahaan distribusi yang menerima panggilan pengadilan dari jaksa federal di Distrik Timur New York. Mereka termasuk Perusahaan farmasi : Teva Pharmaceutical Industries Ltd., Mallinckrodt, Johnson & Johnson, Amneal Pharmaceuticals Inc dan Perusahaan distribusi : Amerisource Bergen Corp. dan McKesson Corp.

Ketika perusahaan-perusahaan itu menerima tuntutan hukum dan investigasi pengadilan negara bagian dan lokal, mereka menyangkal bertanggung jawab atas krisis opioid.

Perusahaan itu mengatakan  bahwa mereka tidak melanggar hukum dalam produksi dan penjualan obat resep obat penghilang rasa sakit.

Laporan menyebutkan bahwa penyelidikan kriminal dari perusahaan farmasi dan penjualan di atas baru saja dimulai, dan dalam beberapa bulan ke depan, produsen obat lain dapat juga menerima panggilan pengadilan dari kementerian kehakiman.

Menurut undang-undang Amerika Serikat terhadap zat yang dikendalikan (Controlled Substances Act), perusahaan farmasi memiliki tanggung jawab untuk memantau kemungkinan terhadap penyalahgunaan obat-obatan produksi mereka oleh masyarakat, termasuk melaporkan pesanan obat yang mencurigakan dari apotek atau individu ke pihak berwenang terkait.

Jika tidak dilaporkan setelah ada penemuan, maka menurut undang-undang itu eksekutif perusahaan atau orang yang bertanggung jawab dapat menghadapi tuntutan hukum pemerintah. Jika hakim mendapatkan bukti bahwa pihak farmasi secara sengaja tidak melaporkan, maka perusahaan farmasi juga menghadapi resiko terkena tuntutan pidana.

Menurut data pemerintah Amerika Serikat, sejak tahun 1999, setidaknya 400.000 orang warga Amerika telah meninggal karena menggunakan opioid yang berlebihan melalui jalur legal atau ilegal. 

Oleh karena itu, banyak agen pemerintah kota, kabupaten, negara bagian, dan federal telah mengajukan tuntutan hukum terhadap pabrik farmasi, distributor, dan apotek dalam beberapa tahun terakhir untuk meminta pertanggungjawaban mereka.

Tuntutan hukum telah menyebabkan beberapa pabrik farmasi bangkrut. Salah satunya adalah Purdue Pharma LP. Perusahaan itu menghadapi penyelidikan dari pengadilan di New Jersey, Vermont dan Connecticut.

Dalam pengendalian obat-obatan sebelumnya, pengadilan Amerika Serikat hanya melakukan investigasi, menjatuhkan tuntutan hukuman terhadap pengguna dan pengedar narkoba.

Geoffrey Berman, seorang jaksa federal di Manhattan, New York sebelumnya pernah mengatakan : “Ini sama saja dengan mengatakan bahwa perilaku eksekutif perusahaan farmasi dan perusahaan distribusi sama dengan gembong narkoba”. (sin)

FOTO : Kementerian Kehakiman AS telah memulai penyelidikan untuk mengungkap apakah produsen obat-obatan jenis opioid, fentanil dengan sengaja menyebabkan pasien menyalahgunakan atau menggunakan obat penghilang rasa sakit secara berlebihan. (Canadian Press)