Rekor Terbaru! Perusahaan Tiongkok Gagal Bayar Lebih dari Setara Rp 260 Triliun, Pejabat Tiongkok : Tahun depan Lebih Sulit Lagi

 CITIC Group Corporation Ltd juga telah gagal bayar pada tujuh obligasi tahun 2019 ini, dengan total kumulatif lebih dari 17 miliar yuan. 

Rasio aset-liabilitas CITIC Group pada akhir kuartal ketiga tahun 2019 adalah 87,88%. Perusahaan lain yang juga telah berulang kali gagal bayar termasuk China Minsheng Investment Co, Ltd, K-bird Group, Dongxu Optoelectronic Technology Co Ltd, dan perusahaan lainnya.

Pejabat bank sentral Tiongkok mengakui, risiko gagal bayar tahun depan akan lebih sulit di paruh kedua 2020.

Zou Lan, Direktur Pasar Keuangan Bank Sentral Tiongkok, mengakui bahwa pasar obligasi di daratan Tiongkok akan semakin “parah” tahun depan. Selanjutnya, akan terus mengalami default, dan risiko gagal bayar akan lebih tinggi pada paruh kedua tahun 2020. Jika terjadi default secara terpusat akan berdampak pada kepercayan pasar keuangan, dan menyebabkan cross-default atau gagal silang (gagal bayar atas utang lainnya).

Zou secara khusus menyebutkan bahwa “perusahaan swasta berkualitas rendah, perusahaan real estate yang sangat bergantung pada pembiayaan dari saluran informal. Termasuk, platform pembiayaan lokal” adalah perusahaan berisiko tinggi yang mengalami default tahun depan.

Menurut data Bloomberg, hingga 20 Desember 2019, ada lebih dari 140 miliar yuan obligasi dengan coupon rate lebih dari 10% di pasar domestik daratan Tiongkok. Di mana sekitar 100 miliar yuan akan jatuh tempo tahun depan; jika obligasi dengan tingkat kupon lebih dari 8% dihitung. Maka jumlahnya mencapai lebih dari satu triliun yuan. Di mana lebih dari 190 miliar yuan akan jatuh tempo tahun depan.

Menanggapi masalah utang industri real estate, Monica Hsiao, kepala hedge fund Triada Capital yang berbasis di Hong Kong dikutip Blomberg, mengatakan bahwa industri real estate daratan Tiongkok tidak akan kebal dari default/gagal bayar.

Begitu lingkungan pembiayaan terus mengetat, dan jika tidak ada latar belakang politik yang kuat. Maka pengembang real estate skala kecil yang terlalu banyak memanipulasi leverage keuangan kemungkinan besar akan  mengalami default. (jon/asr)