Saat Media Komunis Tiongkok Mempromosikan Pembalasan Iran Terhadap AS Setelah Serangan Udara

Dalam sebuah artikel tanggal 5 Januari 2020, Xinhua melaporkan bahwa Wang Yi, Menteri Luar Negeri Tiongkok, memanggil Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan mengatakan kepadanya bahwa pembunuhan Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat memperburuk ketegangan dan keresahan di Timur Tengah.

Sementara itu, Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, menyatakan di Twitter bahwa serangan Amerika Serikat akan mendorong Korea Utara untuk menggenggam senjata nuklirnya dengan lebih ketat: “Amerika Serikat yang mempermalukan Iran dengan cara ini mengirim pesan semacam itu ke Korea Utara: Jika bukan karena senjata nuklir yang anda milik, kami akan lebih brutal kepada anda. Kini orang Korea Utara mungkin berpikir: Kita dapat kehilangan apa saja, tetapi tidak kehilangan senjata nuklir.”

Dalam tweet lain, Hu Xijin menyatakan bahwa perang habis-habisan sudah dekat.

“Mungkin perang tidak terlalu jauh dari Amerika Serikat. Kini apakah itu Iran atau pasukan yang berusaha menyamar sebagai Iran, menyerang target Amerika Serikat akan memicu serangan lebih ganas dari Amerika Serikat. Jadi kekuatan yang membenci Amerika Serikat atau membenci Iran semuanya kemungkinan akan terpancing.”

Minat Beijing

Rezim Komunis Tiongkok adalah salah satu mitra ekonomi dan militer Iran.

Menurut Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok, Tiongkok mengimpor barang dari Iran sebesar 54,5 miliar dolar AS pada tahun 2018, di mana 24,7 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017 yakni  43,7 miliar dolar AS.

Dan, Komunis Tiongkok terus mengimpor minyak mentah Iran dengan mengabaikan sanksi Amerika Serikat yang berakhir pada  bulan Juni 2019.

Pejabat senior pemerintahan Donald  Trump memperkirakan bahwa 50–70 persen ekspor minyak Iran mengalir ke Tiongkok.

Rezim Komunis Tiongkok juga melakukan investasi besar di Iran dalam beberapa dekade terakhir.

Sistem metro Teheran, sebagian besar jalan raya Iran, dan penyempurnaan gas dan infrastruktur minyak Iran dibangun oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok. 

Pada tahun 2018, CITIC Group milik BUMN Tiongkok menetapkan batas kredit 10 miliar dolar AS untuk Iran. China Development Bank yang dikelola pemerintah Tiongkok juga menjanjikan 15 miliar dolar AS untuk Iran tahun 2018.

Pada tanggal 8 Januari, setelah Iran menembakkan lebih dari selusin rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak, harga saham hampir semua 180 produsen senjata Tiongkok  — yang kebanyakan terdaftar di bursa Tiongkok — meningkat.

Harga saham untuk Lingyun, anak perusahaan pabrikan militer terbesar Tiongkok, China North Industries Group Corporation, meningkat lebih dari 10 persen.

Saat ini ada embargo senjata internasional terhadap Iran yang akan berakhir pada akhir tahun, tetapi kepercayaan investor menunjukkan minat yang kuat pada perdagangan Iran-Tiongkok.

Pada briefing berita harian, Geng Shuang ditanya oleh seorang reporter apakah kenaikan harga saham disebabkan oleh kontribusi “pertahanan” Tiongkok ke kawasan Timur Tengah. Ia menolak untuk menjawab pertanyaan itu.

Tujuan Komunis Tiongkok

“Beberapa pejabat  Komunis Tiongkok benar-benar ingin Amerika Serikat bertarung dengan Iran. Kemudian, rezim Komunis Tiongkok akan memiliki lima hingga sepuluh tahun lagi untuk memperkuat kekuatannya tanpa disadari oleh Amerika Serikat,” kata Wang Youqun, komentator urusan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat menulis dalam The Epoch Times berbahasa Tionghoa pada tanggal 7 Januari.

Namun, Wang Youqun memperkirakan rezim Komunis Tiongkok pada akhirnya tidak ingin terlibat dalam konflik Amerika Serikat -Iran.

“Komunis Tiongkok membutuhkan minyak mentah dari Iran dan negara musuh Iran, yaitu Arab Saudi,” kata Wang Youqun. 

Ia menjelaskan bahwa jika Amerika Serikat dan Iran memasuki konflik, maka Iran tidak akan mampu  mengekspor minyak. Sementara itu, Arab Saudi akan marah jika Komunis Tiongkok mendukung Iran dalam konflik tersebut.

Joseph Bosco, konsultan keamanan nasional Amerika Serikat, mengatakan kepada NTD, afiliasi The Epoch Times, bahwa rezim Beijing cenderung memanfaatkan masalah Iran untuk mengalihkan perhatian Washington terhadap ancaman Tiongkok kepada masyarakat Amerika Serikat. Jika rezim Komunis Tiongkok berhasil memicu konflik antara kedua negara tersebut, maka hal itu juga akan membagi-bagi sumber daya Amerika Serikat yang ditujukan untuk mengatasi ancaman Komunis Tiongkok. (Vv/asr)

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Geng Shuang menjawab pertanyaan saat briefing di Beijing pada 28 November 2019. (WANG ZHAO / AFP via Getty Images)