Perjanjian Perdagangan Bukan Obat Mujarab untuk Meredakan Hubungan AS – Tiongkok

Wu Ying – Epochtimes.com

Pada Rabu (15/1/2020), Presiden Trump dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He menandatangani sebuah perjanjian yang bersejarah di hadapan lebih dari 200 orang tamu undangan di Aula Timur Gedung Putih. Dengan demikian, untuk sementara waktu perang dagang yang telah berlangsung hampir 2 tahun berakhir. Lalu apakah perjanjian tersebut bakal mengakhiri ketegangan perang dagang?

Kemudian, Presiden Trump pada Kamis (16/1/2020) menyampaikan 2 pesan melalui Twitter, menyebutkan : “Ini adalah salah satu kesepakatan terbesar yang pernah ada ! Ini juga baik bagi hubungan jangka panjang Tiongkok dan Amerika Serikat. Dana sebesar USD. 250 miliar akan kembali ke negara kita, dan kita sekarang sedang berada pada posisi yang menguntungkan dalam perjalanan menuju (negosiasi) tahap kedua. Ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Amerika Serikat ! Dan USMCA (Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Kanada-Meksiko) adalah yang berikutnya!”

Pesan Tweet Trump yang lain menyebutkan : Chuck Schumer membisiki kami bahwa perjanjian perdagangan ini membuat orang tidak percaya. Memang benar, tetapi di depan umum, ia dengan penuh semangat terus menyerang perjanjian ini. Ini adalah politik, tetapi bagi negara kita yang besar ini, sungguh sayang sekali !

Perjanjian ekonomi dan perdagangan Tiongkok – AS memiliki 8 bab secara total, yaitu kesepakatan yang menyangkut hak kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, layanan keuangan, mata uang, ekspansi perdagangan, penyelesaian sengketa, dan klausula final.

Isi utamanya adalah meminta komunis Tiongkok untuk memberikan usulan tentang rencana melakukan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual, menghentikan pemaksaan terhadap perusahaan AS untuk mentransfer teknologi dan menghilangkan hambatan dalam perdagangan produk pertanian. Lainnya lagi adalah membuka pasar untuk industri jasa keuangan, menghentikan depresiasi RMB yang tidak wajar demi persaingan, dan berjanji membeli produk pertanian sebanyak USD. 200 miliar dalam 2 tahun. 

Namun, dunia luar lebih peduli terhadap apakah negosiasi tahap kedua nanti dapat menyelesaikan masalah yang lebih sulit, termasuk subsidi komunis Tiongkok kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok demi persaingan global, kebijakan ekonomi yang bersifat menjarah kepentingan negara lain, lokalisasi data, kontrol perdagangan digital dan lainnya.

Perjanjian perdagangan AS – Tiongkok Bukan obat mujarab

Para pakar berpendapat bahwa perjanjian perdagangan AS – Tiongkok bukanlah obat mujarab untuk meredakan hubungan kedua negara tersebut.

Bates Gill, seorang pakar kebijakan keamanan Tiongkok di Universitas Macquarie di Sydney mengatakan bahwa, ketegangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok tidak akan berubah drastis setelah penandatanganan perjanjian itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, selain menentang praktik-praktik perdagangan tidak adil komunis Tiongkok, Amerika Serikat telah memberikan perhatian yang lebih dekat terhadap  ekspansi militer negara komunis itu. Termasuk terhadap penganiayaan hak asasi manusia, spionase, termasuk militerisasi di Laut Tiongkok Selatan dan ancaman kekerasan terhadap Taiwan. Lebih parah lagi, terkait penindasan terhadap demokrasi Hongkong dan hak asasi manusia dari etnis minoritas serta agama di Tiongkok. Serta mengharuskan produsen peralatan telekomunikasi seperti Huawei untuk terlibat dalam tindak spionase di luar negeri demi kepentingan komunis Tiongkok.

Bulan Mei tahun lalu pemerintah Trump memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam kontrol ekspor karena mengancam keamanan nasional AS. Huawei dilarang membeli bahan baku dan teknologi dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah AS. Selain itu, Amerika Serikat juga telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi ekspor perangkat lunak kecerdasan buatan.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin kepada CNBC pada Rabu lalu mengatakan, bahwa selain isu di bidang perdagangan, Amerika Serikat juga prihatin dengan masalah lain yang terkait dengan komunis Tiongkok, tetapi masalah ini harus ditangani secara terpisah.

“Perlu untuk membahas isu yang berbeda pada kesempatan yang berbeda,” kata Mnuchin. (sin/asr)

FOTO : Pada 15 Januari 2020, Presiden Trump bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He sebelum acara penandatanganan perjanjian perdagangan tahap pertama. (Foto resmi dari Gedung Putih oleh Shealah Craighead)