Asal Usul Virus Novel Corona Wuhan yang Masih Misterius

 Apakah Ada Pusat Penyebaran Lain Selain Pasar Makanan Laut Huanan?

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok memang merilis data dari sampel lingkungan dari Pasar Makanan Laut Huanan. Lembaga itu menyatakan bahwa “sampel itu berasal dari hewan liar dengan spesies yang tidak pasti.”

Sebuah tim yang mencakup Dr. Feng dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok menerbitkan laporan berjudul “Dinamika Penularan Dini Pneumonia yang Disebabkan novel Coronavirus  di Wuhan, Tiongkok,” dalam New England Journal of Medicine pada tanggal 29 Januari 2020. 

Makalah tersebut menyatakan bahwa “Meskipun sebagian besar kasus paling awal terkait dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan dan pasien dapat terinfeksi melalui paparan zoonosis atau lingkungan…mayoritas kasus yang paling awal termasuk paparan yang dilaporkan ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, tetapi ada eksponensial peningkatan jumlah kasus tidak terkait yang dimulai pada akhir bulan Desember.”

Kemungkinan 2019-nCoV Berasal dari Coronavirus Mirip-SARS yang Terdapat Pada Kelelawar (Bat-SL-CoV)

Satu laporan Lancet baru-baru ini pada tanggal 29 Januari 2020, berjudul “Karakterisasi genom dan epidemiologi jenis Coronavirus baru tahun 2019: implikasi untuk asal virus dan pengikatan reseptor,” menyatakan bahwa “Pencarian besar-besaran genom 2019 novel Coronavirus  yang lengkap mengungkapkan bahwa virus terkait yang paling dekat tersedia di GenBank adalah bat-SL-CoV-ZC45 atau identitas urutan 87,99%; cakupan permintaan 99% dan betacoronavirus mirip-SARS yang berasal dari kelelawar, bat-SL-CoV-ZXC21 atau nomor tambahan MG772934; 23 87,23%;”

“Khususnya, strain 2019-nCov  secara genetik kurang mirip dengan Coronavirus-SARS (sekitar 79%) dan Coronavirus-MERS (sekitar 50%).”

Pesan ini mungkin menafsirkan 2019-nCov  yang secara biologis lebih dekat terkait dengan betacoronavirus mirip-SARS, yang mana berasal dari kelelawar dan kelelawar mungkin merupakan pejamu asli virus ini. Namun demikian, penulis  tidak mengklaim bahwa satu-satunya pejamu untuk novel Coronavirus  2019 adalah kelelawar.

Makalah itu menyatakan bahwa “Namun, terlepas dari pentingnya kelelawar, beberapa fakta menunjukkan bahwa hewan lain bertindak sebagai pejamu perantara antara kelelawar dengan manusia.

Pertama, wabah pertama kali dilaporkan pada akhir bulan Desember 2019, saat sebagian besar spesies kelelawar di Wuhan berhibernasi. 

Kedua, tidak ada kelelawar yang dijual atau ditemukan di Pasar Makanan Laut Huanan, sedangkan berbagai hewan non-akuatik (termasuk mamalia) tersedia untuk dibeli. 

Ketiga, identitas urutan antara 2019-nCov  dengan kerabat dekatnya bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21 adalah kurang dari 90%, yang tercermin dalam cabang yang relatif panjang di antara mereka.Oleh karena itu, bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21 bukanlah nenek moyang langsung dari  2019-nCov . 

Keempat, untuk Coronavirus-SARS dan Coronavirus-MERS, kelelawar bertindak sebagai reservoir alami, di mana hewan lain atau musang kelapabertindak sebagai reservoir alami untuk SARS-CoV35 dan unta  bertindak sebagai reservoir alami untuk Coronavirus-MERS) yang bertindak sebagai pejamu perantara, di mana manusia sebagai pejamu akhir. 

Oleh karena itu, berdasarkan data saat ini, kemungkinan 2019-nCov  yang menyebabkan wabah Wuhan mungkin juga pada awalnya berada dalam tubuh kelelawar. Mungkin juga ditularkan ke manusia melalui hewan liar yang saat ini tidak diketahui yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan.” 

Mereka menyebutkan bahwa sebagian besar kelelawar di Wuhan berhibernasi dan tidak ada kelelawar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan. Dengan demikian, kemungkinan kontak fisik dari kelelawar untuk menyebarkan virus tersebut ke manusia atau hewan di Wuhan adalah sangat tidak mungkin.

 Penelitian Institut Virologi Wuhan Terhadap Coronavirus Mirip-SARS Pada Kelelawar

Dr. Zheng-Li Shi dan beberapa peneliti lain di Institut Virologi Wuhan menerbitkan sebuah artikel di Nature pada tahun 2013 berjudul “Isolasi dan karakterisasi Coronavirus mirip-SARS pada kelelawar yang menggunakan reseptor enzim pengubah-angiotensin 2.”

Dalam penelitian tersebut, tim peneliti memanen dari sampel apus anus atau sampel tinja dari kelelawar. Hasilnya menemukan 2 strain urutan dari Coronavirus mirip-SARS pada kelelawar yang disebut sebagai RsSHC014 dan Rs3367. Mereka memproses 95% identitas urutan nukleotida dengan strain Tor2 Coronavirus mirip-SARS pada manusia.

Isolasi suatu virus baru pada kelelawar dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Virology pada tanggal 30 Desember 2015, berjudul “Isolasi dan Karakterisasi Jenis Coronavirus Baru pada Kelelawar yang Berhubungan erat dengan Progenitor Langsung dari Sindrom Pernapasan Akut Parah yang Disebabkan oleh Coronavirus.” Penelitian itu menemukan bahwa virus tersebut, bernama SL-CoV-WIV1, hampir identik dengan Rs3367 dengan 99,9% identitas urutan genom. 

Para peneliti mengidentifikasi bahwa WIV1 dapat menggunakan enzim pengubah-angiotensin 2 pada manusia sebagai reseptor entri dan berpotensi menginfeksi sel manusia dalam penelitian ini. 

Selanjutnya, kelompok penelitian yang sama mengisolasi virus lain pada kelelawar yang dapat menggunakan enzim pengubah-angiotensin 2 dan menginfeksi  sel manusia di laboratorium pada tahun 2015.

Selain itu, kelompok Dr. Zheng-Li Shi melakukan penelitian lain pada tahun 2018 untuk menjawab pertanyaan apakah beberapa virus pada kelelawar dapat menginfeksi manusia melalui penggunaan enzim pengubah-angiotensin 2 manusia, tanpa memerlukan pejamu perantara. Tetapi sampai akhir penelitian mereka, “telah dilaporkan tidak ada penularan langsung Coronavirus mirip-SARS dari kelelawar ke manusia.”

Mereka mengumpulkan serum dari 218 penduduk yang tinggal dekat gua kelelawar pembawa virus tersebut. Gua-gua itu adalah tempat di mana kelompok Dr. Zheng-Li Shi mengumpulkan sampel virus. Kemudian dilakukan uji ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap Coronavirus mirip-SARS kelelawar.  Karena keberadaan antibodi akan menyatakan adanya paparan sebelumnya terhadap Coronavirus mirip-SARS kelelawar. Mereka menemukan bahwa hanya 6 dari 218 atau 2,7% subjek yang menunjukkan seropositif, yang menyatakan kemungkinan menderita infeksi Coronavirus mirip-SARS kelelawar atau virus terkait. Tidak ada gejala klinis yang muncul pada 6 orang yang seropositif dalam 12 bulan terakhir. Sebagai kontrol, mereka mengumpulkan 240 sampel dari donor darah acak di Wuhan, 1.000 kilo meter dari Yunnan, tidak ada sampel darah Wuhan yang menunjukkan positif terhadap Coronavirus mirip-SARS kelelawar.

Data ini menunjukkan bahwa kemungkinan virus kelelawar menginfeksi manusia adalah sangat rendah, <2,9% jika memungkinkan, dan tanpa gejala yang jelas pada manusia yang hidup sangat dekat dengan gua kelelawar. Tidak ada infeksi dari kelelawar ke manusia telah dilaporkan di Wuhan pada 2018.