Dekat dengan Pemukiman, Warga Hong Kong Tolak Klinik Karantina dan Marah Karena Perbatasan dengan Tiongkok Tetap Dibuka

Frank Fang – The Epochtimes

Ratusan warga Hong Kong dan beberapa anggota anggota parlemen pro-demokrasi melakukan pawai di Distrik Kwai Chung pada Minggu (16/2/2020). Mereka dalam aksinya memprotes rencana pemerintah Hong Kong menunjuk Klinik Rawat Jalan Umum Klub Joki Kwai Chung Chung Selatan sebagai salah satu dari 18 klinik untuk merawat pasien virus corona COVID-19.

Penduduk setempat yang ikut serta dalam pawai itu meneriakkan slogan-slogan seperti: “Ketidakmampuan pemerintah Hong Kong membunuh rakyat Hong Kong,” dan: “Tidak ada ‘perusuh,’ yang ada hanyalah rezim tirani,” demikian menurut laporan media Hong Kong.

Untuk mengekspresikan kemarahannya atas rencana pemerintah Hong Kong tersebut dan kebijakan pemerintah Hong Kong untuk tetap membuka perbatasan dengan Tiongkok, pengunjuk rasa juga terlihat menginjak potret beberapa pejabat pemerintah Hong Kong. Termasuk pemimpin Hong Kong Carrie Lam, pejabat kesehatan sekretaris Sophia Chan, dan sekretaris keamanan John Lee.

Anggota parlemen pro-demokrasi Andrew Wan Siu-kin mengatakan, Klinik Rawat Jalan Umum Klub Joki Kwai Chung Chung Selatan adalah tidak pantas karena jaraknya kurang dari 20 meter dari daerah perumahan setempat seperti dilaporkan RTHK, media Hong Kong.

Wan Siu-kin menambahkan bahwa pemerintah Hong Kong menolak sarannya untuk membangun klinik sementara di taman yang tidak digunakan di Kwai Chung.

Masih ada perbedaan pendapat masyarakat yang alot di Hong Kong atas penolakan Carrie Lam untuk menutup semua perbatasan Hong Kong dengan Tiongkok. 

Pada saat penulisan artikel ini, Hong Kong memiliki 56 kasus jenis virus corona yang diketahui— di mana Hong Kong berada di urutan kedua tertinggi untuk kasus virus corona di luar Tiongkok Daratan. Singapura berada di urutan pertama dengan 72 kasus.

Pekan lalu, Otoritas Rumah Sakit Hong Kong menunjuk 18 klinik sebagai pusat pengobatan dugaan kasus COVID-19, terutama pasien dengan ringan gejala pneumonia. Pengumuman itu langsung ditolak oleh masyarakat Hong Kong.

Pada hari Rabu 12 Februari, Hong Kong Free Press (HKFP), media Hong Kong melaporkan bahwa 5.000 warga Hong Kong menandatangani sebuah petisi kepada Departemen Kesehatan Hong Kong untuk menentang penunjukan Klinik Rawat Jalan Umum Klub Joki Kennedy Town sebagai pusat perawatan COVID-19.

Anggota dewan distrik Cherry Wong berpendapat bahwa pasien yang dicurigai menderita virus corona harus bepergian melalui area perumahan yang ramai sebelum mencapai klinik tersebut, membuat klinik tersebut tidak layak untuk menampung wabah virus corona, seperti dilaporkan HKFP.

Anggota dewan distrik lainnya, Fergus Leung, mengkritik pemerintah Carrie Lam karena gagal berkonsultasi dengan penghuni setempat atau dewan distrik sebelum melaksanakan rencana tersebut, menurut laporan HKFP.

Pada Sabtu 15 Februari, unjuk rasa di jalanan terjadi di Kennedy Town, Tai Po, Aberdeen, dan Tin Shui Wai untuk menentang klinik yang diusulkan di wilayah mereka.

Di Tin Shui Wai, ratusan orang mengambil bagian dalam pawai menentang rencana pemerintah Hong Kong, sambil meneriakkan slogan-slogan seperti: “Warga Tin Shui Wai menolak.”

Setelah pawai, sekelompok orang dilaporkan membuang tong sampah ke rel kereta ringan daerah setempat. Media setempat melaporkan bahwa polisi anti huru-hara dipanggil, menembak semprotan merica pada sejumlah orang di tempat kejadian, termasuk wartawan.

Menurut RTHK, polisi menangkap total 33 orang setelah insiden itu.

Sementara itu, di Tai Po, Otoritas Rumah Sakit Hong Kong mengatakan dalam pernyataan pada hari Sabtu itu, bahwa telah terjadi tindakan vandalisme terhadap Klinik Rawat Jalan Umum Klub Joki Tai Po di pagi hari.

 Chan Mei-lin, seorang warga yang kecewa di Tin Shui Wai, mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu itu bahwa Pemerintah Hong Kong tidak mendengarkan tuntutan masyarakat untuk menutup semua perbatasan dengan Tiongkok.  Kini pemerintah Hong Kong ingin mendirikan klinik epidemi di 18 distrik,”

“Melakukan hal tersebut seperti menciptakan lebih banyak luka daripada berusaha menghentikannya darah yang mengalir dari satu luka,” kata warga itu.  (Vv)

FOTO : Warga mengenakan masker pelindung bepergian dengan trem di Hong Kong pada 9 Februari 2020. (Dale De La Rey / AFP via Getty Images)

Video Rekomendasi :