Reporters Without Borders Serukan Beijing untuk Menghentikan Penyensoran Informasi Mengenai Wabah Virus Corona

Frank Fang

Reporters Without Borders, pembela nirlaba untuk kebebasan pers, mendesak Beijing untuk membebaskan wartawan dan komentator politik serta berhenti menyensor informasi wabah virus corona baru di Tiongkok.

Reporters Without Borders menunjuk dua jurnalis warga, Chen Qiushi dan Fang Bin, serta dua komentator politik, Guo Quan dan Xu Zhiyong, yang ditangkap di awal bulan Februari  2020 lalu, sehubungan dengan postingan media sosial mereka mengenai wabah virus corona. Pernyataan itu diterbitkan pada tanggal 24 Februari 2020.

 “Sensor adalah jelas kontra-produktif dalam perang melawan epidemi dan hanya memperburuknya atau bahkan membantu mengubah epidemi menjadi pandemi,” kata Cédric Alviani, kepala biro Reporters Without Borders Asia Timur.

Menurut Cédric Alviani, hanya transparansi yang sempurna yang memungkinkan Tiongkok meminimalkan penyebaran desas-desus palsu dan meyakinkan penduduknya untuk mengikuti kesehatan dan keselamatan instruksi yang dianjurkan untuk mengendalikan epidemi.

Baik Chen Qiushi maupun Fang Bin  mendokumentasikan situasi di Wuhan, pusat wabah virus corona di Tiongkok, sebelum hilang. Salah satu video yang diambil Fang Bin yang menjadi viral di Tiongkok adalah video yang menunjukkan van rumah duka membawa delapan mayat. Teman-temannya mengatakan polisi menerobos masuk rumah Fang Bin dan menciduknya pada tanggal 10 Februari.

Chen Qiushi, seorang pengacara berusia 34 tahun yang menjadi blogger video, menerbitkan lebih dari 100 posting media sosial dari Wuhan dalam rentang waktu sekitar dua minggu, sebelum ibunya meminta bantuan untuk menemukannya setelah ia hilang pada tanggal 7 Februari.

Pada hari yang sama, teman Chen Qiushi seorang seniman bela diri bernama Xu Xiaodong mengatakan di video YouTube bahwa Chen Qiushi dikarantina secara paksa selama 14 hari, meskipun ia tidak memiliki gejala virus corona.

Guo Quan, seorang aktivis hak asasi manusia dan mantan asisten profesor di Universitas Normal Nanjing, ditangkap pada tanggal 31 Januari setelah ia memposting mengenai virus corona. Menurut Radio Free Asia, Guo Quan kemudian ditahan di pusat penahanan di Nanjing, ibukota Provinsi Jiangsu di timur Tiongkok.

Sementara itu, Xu Zhiyong, mantan dosen di Universitas Pos dan Telekomunikasi Beijing, diciduk oleh polisi di Guangzhou, selatan Tiongkok pada tanggal 15 Februari, setelah ia menulis esai yang menyalahkan pemimpin Tiongkok salah menangani respons wabah virus corona, menurut The Guardian.

Reporters Without Borders mengecam pihak berwenang karena “secara bermakna memperketat cengkeramannya terhadap media sosial dan grup diskusi tempat wartawan dan blogger tertentu berani memposting laporan independen.”

Sensor Tiongkok juga meningkatkan upaya propaganda, mencakup mempekerjakan troll internet untuk menulis posting media sosial yang memuji pemerintah Tiongkok dalam upaya penanggulangan virus corona.

Zhang Xiaoguo, direktur biro berita di Departemen Propaganda, mengumumkan selama program berita pada tanggal 3 Februari bahwa mempublikasikan propaganda mengenai kendali Tiongkok dan langkah-langkah pencegahan adalah prioritas utama Departemen Propaganda.

Pada tanggal 4 Februari, portal berita Tiongkok Sina melaporkan bahwa Departemen Propaganda pusat Tiongkok berencana mengirim lebih dari 300 wartawan ke Wuhan dan Provinsi Hubei untuk menutupi berita penyakit itu.

Reporters Without Borders mengkritik upaya rezim Tiongkok: “Dalam beberapa minggu terakhir, Beijing juga menginstruksikan media untuk meliput kepahlawanan para responden daripada meliput menderita penduduk atau kekurangan tindakan yang diambil olehpemerintah Tiongkok.”

Beijing juga menyensor peringatan medis awal mengenai wabah virus corona. 

Li Wenliang, seorang dokter mata, adalah satu dari delapan pelapor pelanggaran  yang pertama kali mempublikasikan informasi mengenai wabah “pneumonia yang tidak diketahui,” di media sosial Tiongkok pada tanggal 30 Desember 2019. Empat hari kemudian, ia dipanggil ke kantor polisi setempat di mana ia ditegur karena “menyebarkan desas-desus.”

Li Wenliang meninggal karena terinfeksi Coronavirus di Wuhan pada pagi hari tanggal 7 Februari akibat tertular virus corona saat merawat seorang pasien. (vv)

Video Rekomendasi :