China Beige Book : Ekonomi Tiongkok Dapat Turun 10% Akibat Dampak Virus Komunis Tiongkok pada Kuartal Pertama

Rahul Vaidyanath – The Epochtimes

Gelombang deglobalisasi akan mengurangi ketergantungan terhadap Tiongkok, saat dunia bergulat dengan dampak sosial dari virus Komunis Tiongkok, yang umumnya dikenal sebagai novel Coronavirus. Korban ekonomi di Tiongkok telah menyebabkan hasil terburuk dalam sejarah China Beige Book.

Data untuk kuartal pertama 2020 dikumpulkan oleh China Beige Book, layanan penelitian yang menggunakan data lebih dari 3.300 perusahaan untuk melacak kinerja ekonomi Tiongkok di lintas sektor utama, industri, dan kawasan, berada di wilayah yang belum dipetakan.

“Untuk kuartal pertama secara keseluruhan, kontraksi Produk Domestik Bruto 10–11 persen adalah tidak masuk akal,” menurut Tinjauan Dini untuk Kuartal Pertama Tahun 2020 oleh China Beige Book, yang dirilis pada tanggal 23 Maret 2020.

Seiring menurunnya permintaan global, perekonomian terpuruk  — tetapi ketergantungan terhadap Tiongkok tampaknya terus menurun. Gelombang deglobalisasi dapat meningkat karena rantai pasokan hengkang menyebar jauh dari Tiongkok.

“Jika anda berada dalam strategi perusahaan, anda harus benar-benar mulai memikirkan bagaimana anda mengurangi ketergantungan anda pada pabrik-pabrik Tiongkok, sejauh berbagai bagian rantai pasokan anda adalah memprihatinkan. Dan sampai sejauh mana anda mengurangi ketergantungan anda pada pabrik-pabrik Tiongkok?” kata Direktur Pelaksana Internasional China Beige Book, Shehzad Qazi kepada The Epoch Times.

Dalam jangka pendek, Shehzad Qazi tidak mengharapkan rantai pasokan hengkang besar-besaran dari Tiongkok, tetapi ia mengatakan hal tersebut benar-benar terjadi secara bertahap.

Amerika Serikat mendorong peralihan dari Tiongkok untuk industri penting  seperti obat-obatan. Namun, industri lain, seperti suku cadang mobil, manufaktur tekstil tertentu, dan komponen teknologi mungkin tidak dapat hengkang kapan saja dalam waktu dekat, kata Shehzad Qazi.

“Dari sudut pandang strategi perusahaan, sudut pandang operasi, saya pikir kita memang harus mencari cara agar perusahaan semakin mengurangi ketergantungannya pada Tiongkok,” kata Shehzad Qazi.

Terpuruk

Ini adalah pertama kalinya dalam hampir satu dekade melacak ekonomi Tiongkok di mana metrik judul China Beige Book, seperti pendapatan dan laba tenggelam dalam wilayah kontraksi.

“Setiap sektor individu juga melihat hasil yang memburuk sejak bulan Februari,” kata China Beige Book.

Data tersebut terlihat suram untuk sektor layanan, yang menunjukkan persentase tertinggi yakni 49 persen, perusahaan dengan penurunan lebih besar dari 10 persen di volume penjualan kuartal ke kuartal.

Tetapi agar situasinya membaik, pemulihan Tiongkok tergantung pada faktor-faktor di luar kendalinya.

Shehzad Qazi mengatakan, bahwa potensi dinamika adalah bahwa pabrik-pabrik Tiongkok mungkin kembali berproduksi pada bulan April dan Mei, dengan permintaan domestik meningkat. Akan tetapi data bulan Juni  untuk laporan kuartal kedua, akan menunjukkan bahwa permintaan ekspor telah anjlok karena seluruh dunia masih mengkarantina diri.

“Selalu ada kecederungan bahwa kini anda mendapatkan sisi kejutan permintaan yang ceritanya sedang gencar di pabrik Tiongkok,” kata Shehzad Qazi.

Masalah kekurangan pasokan saat ini karena pabrik-pabrik Tiongkok ditutup akan beralih ke kelebihan pasokan dari Tiongkok, kata China Beige Book.

Hal tersebut memperingatkan, investor supaya lebih baik tidak menilai secara berlebihan sejauh mana Tiongkok mampu memperlunak efek penurunan global. 

Bagi pihak berwenang Tiongkok untuk mengakui kuartal pertama yang mengerikan adalah, subjek yang sensitif. Dikarenakan, Tiongkok mungkin harus mengakui kuartal kedua yang buruk. Karena Eropa dan Amerika Serikat secara efektif masih mengkarantina diri.

Dan berapa banyak permintaan yang sedang berlangsung, akan kembali adalah masih dipertanyakan. Dikarenakan, perusahaan disarankan untuk tidak terlalu bergantung pada Tiongkok. Oleh karena itu, ekonomi Tiongkok kurang mempengaruhi Produk Domestik Bruto global di masa depan.

Faktor tambahan yang mempercepat pemisahan ekonomi Amerika Serikat  dengan Tiongkok adalah kesadaran yang tumbuh dari kesalahan Komunis Tiongkok. Tak lain, dalam menangani wabah Coronavirus, tulis Sean Speer, rekan senior di Macdonald-Laurier Institute Munk pada tajuk rencana  National Post tanggal 20 Maret 2020.

“Ada kemungkinan bagus bahwa kita pada akhirnya akan melihat kembali beberapa minggu yang lalu sebagai akhir globalisasi seperti yang kita ketahui,” tulis Sean Speer.

The Epoch Times merujuk Coronavirus baru, yang menyebabkan penyakit COVID-19 sebagai virus  Komunis Tiongkok. Dikarenakan Komunis Tiongkok telah merahasiakan dan salah menatalaksana wabah, sehingga memungkinkan virus  Komunis Tiongkok menyebar ke seluruh Tiongkok dan mengakibatkan pandemi global. (Vv)

Suasana kota Wuhan saat Lockdown (Foto: Getty Images)