Virus Komunis Tiongkok Ancam Hancurkan OBOR Tiongkok Senilai USD 3,8 Triliun

Theepochtimes.com- Pemimpin Tiongkok Xi Jinping menyatakan bahwa ia menarik inspirasi Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok yang juga dikenal sebagai One Belt, One Road – OBOR dari Jalur Sutra yang didirikan 2.000 tahun lalu selama Dinasti Han untuk menghubungkan Tiongkok dengan Mediterania. 

‘Sabuk  Ekonomi Jalur Sutra’ menghubungkan Tiongkok melalui darat dengan Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Rusia. Tetapi ‘Jalur Sutra Maritim Abad 21’ menutupi rute perdagangan abad ke-19 Kekaisaran Inggris yang menghubungkan 138 negara, termasuk 38 negara Afrika sub-Sahara, dan 18 negara di Karibia dan Amerika Latin.

Menurut sebuah penelitian oleh Institut Kiel Jerman, Tiongkok menjadi kreditor bilateral terbesar di dunia, dengan adanya proyek-proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok yang menawarkan akses pembiayaan dari bank kebijakan milik pemerintah Tiongkok dan dana khusus. 

Penelitian tersebut mendokumentasikan bahwa gabungan utang ke Tiongkok oleh sekelompok 50 negara-negara berkembang telah tumbuh dari rata-rata 1 persen Produk Domestik Bruto pada tahun 2015 hingga lebih dari 15 persen Produk Domestik Bruto pada tahun 2017.

Tidak seperti lembaga multilateral seperti Bank Dunia, bank kebijakan Tiongkok meminjamkan uang dengan bunga komersial dan dijamin dengan agunan, seperti minyak atau komoditas. 

Mirip dengan pekerjaan infrastruktur kolonial di bawah Kekaisaran Inggris, Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok memberikan proyek kepada kontraktor, pekerja dan pemasok Tiongkok, daripada membutuhkan penawaran kompetitif.

Meskipun sepenuhnya sadar pada pertengahan Januari 2020 lalu bahwa virus  Komunis Tiongkok, satu jenis Coronavirus baru, menjadi epidemi di seluruh Tiongkok. Tiongkok  menandatangani 33 perjanjian bilateral Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok untuk mempercepat Koridor Ekonomi Tiongkok-Myanmar. 

Proyek-proyek baru mencakup jalur kereta api dan pelabuhan laut dalam di Kyaukpyu untuk memungkinkan akses langsung ke Tiongkok Barat Daya agar terhubung ke Lautan India.

Perusahaan riset Oxford Business Group menyoroti bahwa saat virus  Komunis Tiongkok menjadi pandemi global, Tiongkok menutup industri penting, dan meminta warga untuk tinggal di rumah. 

“Pembatasan pada aliran pekerja dan pasokan konstruksi Tiongkok dikutip sebagai faktor penangguhan atau perlambatan proyek di Pakistan, Kamboja, Indonesia, Myanmar, dan Malaysia,” sebut laporan itu.

Menurut Chris Devonshire-Ellis, konsultan pajak dan akuntansi Dezan Shira & Associates, beberapa negara miskin menunda pengeluaran untuk proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok di mana dana diprioritaskan pada kebutuhan bantuan perawatan medis dan kesehatan. 

“Karena virus  Komunis Tiongkok menyebabkan depresi ekonomi global, proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok yang mempekerjakan sejumlah besar pekerja konstruksi Tiongkok kini menjadi masalah yang sangat diperdebatkan oleh negara tuan rumah,” kata Chris Devonshire-Ellis.

Oxford Business Group menyatakan bahwa Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok telah menjadi pendorong utama perkembangan infrastruktur tiket-besar yang disebut “irisan kuning” dari kue ekonomi global yang menyumbang 21 persen populasi global, tetapi hanya 10 persen Produk Domestik Bruto global. 

Ahli ekonomi memperkirakan bahwa 35 negara berkembang dapat tumbuh dua kali lipat secepat negara maju, tetapi memperingatkan bahwa berinvestasi di negara-negara ini mewakili peluang risiko-tinggi pengembalian-tinggi.

Contohnya termasuk Mesir yang diperingkat dalam Database Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok Refinitiv sebagai negara dengan jumlah proyek terkait-Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok terbesar kedua berdasarkan volume, kedua setelah Rusia. 

Sebagai negara “irisan kuning” dengan Produk Domestik Bruto usd 250 miliar, Mesir memiliki 109 usaha Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok yang sedang dibangun, dengan nilai kumulatif usd 100 miliar. 

Arab Saudi dengan 106 proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok berada di peringkat keempat tertinggi berdasarkan volume, tetapi Arab Saudi adalah tertinggi kedua berdasarkan nilai yaitu USD 195,7 miliar. 

Myanmar, Indonesia, dan Uni Emirat Arab juga masuk dalam peringkat 10 besar untuk proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok berdasarkan volume maupun nilai.

Banyak usaha Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok tertekan secara keuangan sebelum pandemi virus  Komunis Tiongkok. Saat Sri Lanka gagal membayar utang Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok sebesar USD 1,3 miliar pada bulan Desember 2017, Sri Lanka menyerahkan lebih dari 70 persen Pelabuhan Hambantota yang strategis di Samudera Hindia ke sebuah perusahaan milik negara Tiongkok untuk masa sewa 99 tahun. 

Tetapi saat Myanmar tidak mampu membayar utang Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok sebesar USD 7,3 miliar pada tahun 2018 untuk proyek Kyaukpyu, Tiongkok terpaksa menegosiasikan kembali pinjamannya menjadi USD 1,3 miliar.

Oxford Business Group berpendapat bahwa perlambatan ekonomi yang dipicu oleh  Komunis Tiongkok mengancam meningkatkan utang yang membebani ekonomi yang berkembang, dan menempatkan Tiongkok sendiri di bawah penambahan tekanan fiskal.

Rezim Komunis Tiongkok menegosiasikan kembali gagal bayar Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok secara pribadi berbasis pemerintah-ke-pemerintah. Tetapi karena skala pinjamannya, Beijing terpaksa bergabung dengan Perjanjian G-20 pada tanggal 15 April 2020 lalu untuk moratorium pembayaran utang bilateral bagi negara-negara yang paling terbelakang. 

Keterangan Gambar: Para pekerja memeriksa rel kereta api, yang berfungsi sebagai bagian dari rute kereta api angkutan Belt and Road Initiative yang menghubungkan Chongqing ke Duisburg, di stasiun kereta Dazhou di Provinsi Sichuan, Cina, pada 14 Maret 2019. (Reuters)

vivi / rp 

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=tJrFpq86v7k