Dapur Kosong, Toko Tutup, Perusahaan Kecil Tiongkok Berjuang Atasi Kejatuhan Akibat Epidemi

Theepochtimes.com- Upaya untuk mengendalikan penyebaran virus Partai Komunis Tiongkok, umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, meninggalkan restoran yang sebelumnya ramai kini sepi dan mal tutup atau kosong. Penjualan ritel pada bulan Maret 2020, saat banyak orang Tiongkok mulai kembali bekerja, masih turun hampir 16 persen yoy (year over year).

Meskipun banyak orang kembali ke jalan-jalan dan Beijing meluncurkan  sejumlah besar langkah-langkah dukungan, berjanji mengurangi beban atau mengecualikan perusahaan kecil membayar biaya asuransi sosial dan mendorong bank untuk meminjamkan uangnya kepada perusahaan kecil, namun  banyak toko kini masih tutup akibat tekanan membayar sewa dan gaji.

Sekitar 70 persen bisnis Ma Xinli berasal dari turis, tetapi sebagian besar pengunjung ibukota di Tiongkok masih harus menghabiskan dua minggu di karantina pada saat kedatangan, menghalangi semua orang bepergian kecuali perjalanan penting.

Menurut Ma Xinli yang sudah  berkecimpung di industri pakaian selama satu dekade, pemasok yang sebelumnya mengizinkannya menunda pembayaran untuk stok baru tidak akan melakukannya tahun ini, karena pemasok khawatir ia tidak mampu membayar.

“Saya hanya dapat berdoa agar saya tidak rugi terlalu banyak. Saya tidak melihat peluang lain untuk bebas dari masalah ini, kecuali untuk berjuang keras sampai akhir,” kata Ma Xinli dikutip Reuters. 

‘Tidak Ada yang Dapat Saya Lakukan’

Beijing terkenal dengan bebek panggangnya yang renyah, tetapi seorang pemilik restoran, bermarga Li, mengatakan ia tidak dapat memasak  karena pekerja yang ia butuhkan untuk menjaga kompor gas sedang dikarantina.

“Saya bahkan tidak menutup restoran selama SARS,” kata Li, yang sudah berkecimpung dalam bisnis itu selama dua puluh tahun, mengacu pada wabah virus pada tahun 2003.

“Kami bahkan menghasilkan keuntungan selama waktu itu,” tambah Li. 

Andai Li dapat menutup bisnisnya, Li akan melakukannya. Akan tetapi Li telah menandatangani sewa selama dua tahun pada bulan Desember tahun lalu. Li percaya pemulihan akan memakan waktu, dan orang-orang akan secara perlahan-lahan mulai keluar dan makan bersama.

“Saya hampir ingin menangis. Tidak ada yang dapat saya lakukan,” kata Li. 

‘Sampah Tidak Ada Harganya’

Toko kue Zhang Jun dibuka tiga tahun yang lalu dan selamat dari putaran “pembersihan,” saat banyak kedai makanan di Beijing dipaksa tutup oleh pemerintah Beijing.

Tetapi epidemi berkata lain. Zhang Jun mengembalikan kunci-kunci kepada pemilik tanah dan mencari nafkah dengan mengumpulkan sampah daur-ulang untuk dijual.

“Sampah tidak ada harganya,” katanya.

Zhang Jun menghasilkan 42 yuan atau setara USD 5,94 pada hari ia berbicara dengan Reuters, sekitar setengahnya biaya sewa rumahnya yaitu 80 yuan atau USD 11,32 sehari.

Beijing perlahan-lahan mengembalikan kehidupan di sekitarnya, meskipun Zhang tidak berencana kembali untuk melihat toko lamanya, yang kini kosong, karena hal tersebut sangat menyedihkan hatinya.

“Ada lebih banyak mobil di jalan. Sepertinya hidup akan kembali normal,” kata Zhang. 

‘Tidak Ada Pelanggan Sama Sekali’

Pengusaha lain, juga bermarga Li, mengatakan ia rugi 3 juta yuan atau USD 424.526 tahun ini dan harus mencari pekerjaan baru di mal milik negara.

Tokonya, yang menampung koleksi stan yang menjual pakaian dan yang disewanya 4 juta yuan atau USD 566.035 setahun, harus ditutup untuk tiga bulan pertama karena adanya pembatasan.

“Akhirnya toko dibuka pada bulan April. Kemudian saya menerima panggilan telepon dari pemilik stan, lusinan dari mereka, menangis, mengatakan tidak ada pelanggan sama sekali,” kata Li. 

Toko pakaian lain yang dikelola Li terputus aliran listriknya oleh pemiliknya setelah ia tidak mampu membayar sewa.

Beijing perlahan-lahan mengurangi pembatasan pergerakan, tetapi banyak trotoar tetap kosong.

“Jika pemerintah mengumumkan bahwa virus telah terkendali dan orang-orang didorong untuk keluar, segalanya pasti akan berubah,” kata Li.

Keterangan Gambar: Seorang pria yang mengenakan topeng wajah terlihat di depan sebuah toko yang ditutup di sebuah jalan, setelah pecahnya COVID-19, di Beijing, Cina, pada 16 April 2020. (Tingshu Wang / Reuters)

vivi/rp

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=v7mgnD4axR0&t=2s