Setidaknya 27 Pengikut Falun Gong Meninggal Dunia karena Penganiayaan di Paruh Pertama Tahun 2020

Li Jingsi

Zhang Zhiwen, seorang warga dari Provinsi Henan, Tiongkok, diculik oleh polisi dan ditahan di Pusat Penahanan Kota Xuchang.  Zhang, berusia 60-an, ia meninggal dunia tiga hari kemudian.

Hu Lin, seorang engineering di kota Shenyang, disiksa hingga tewas di penjara Kangjiashan.

Sedangkan Zhou Xiuzhen dari kota Tangshan diculik dan dikirim ke penjara. Dia meninggal dunia karena penyakit yang disebabkan oleh penganiayaan.

Catatan di atas adalah beberapa praktisi Falun Gong yang meninggal dunia akibat dianiaya oleh otoritas komunis Tiongkok.

Falun Gong juga dikenal sebagai Falun Dafa, Falun Gong adalah disiplin meditasi tradisional Tiongkok dengan ajaran moral berdasarkan pada prinsip-prinsip inti dari Sejati-Baik-Sabar. Latihan itu dibelenggu pada Juli 1999 atas perintah pemimpin Partai Komunis Tiongkok, Jiang Zemin.

Menurut peneliti hak asasi manusia, jutaan praktisi Falun Gong  ditangkap dan dilempar ke pusat penahanan, kamp kerja paksa, dan pusat pencucian otak, di mana mereka secara rutin disiksa dan menjadi sasaran penindasan lainnya.

Pengikut Falun Gong dijadikan sumber utama organ-organ terkait industri transplantasi nirlaba yang direstui negara pemerintahan Komunis Tiongkok, demikian yang disumpulan oleh Tribunal Tiongkok.

Menurut data yang dihimpun oleh Minghui.org, sebuah situs informasi dan statistik tentang kampanye penganiayaan Falun Gong oleh rezim komunis Tiongkok, setidaknya 27 praktisi Falun Gong dianiaya hingga tak bernyawa antara Januari dan Mei tahun ini.

Sepuluh dari mereka meninggal dunia selama penahanan di kantor polisi atau penjara setempat. Dikarenakan pandemi virus Komunis Tiongkok, penjara di Tiongkok di-lockdown dan kunjungan keluarga tidak diizinkan. Meski demikian, warga yang tak bersalah terus dipenjara dan dianiaya karena keyakinan mereka.

Praktisi Falun Gong dari Henan Meninggal Dunia di Pusat Penahanan

Sekitar pukul 9 pagi pada tanggal 13 Mei 2020, Luo Dongjun dan Wang Xiaowei dari Divisi Keamanan Domestik Kota Yuzhou, bersama dengan petugas polisi lainnya dari kantor polisi Nancheng, menculik dua orang wanita pengikut Falun Gong yang bernama Zhang Zhiwen dan Qiao Shuhong. Zhang dikirim ke pusat penahanan kota Xuchang, Provinsi Henan.

Keesokan harinya, keluarga Zhang menanyakan keberadaannya dan mengirim pakaian serta obat-obatan untuk diabetesnya. Pusat Penahanan menolaknya dengan mengklaim bahwa ada segala macam obat yang tersedia di penahanan itu.

Anggota keluarga berulang kali mengingatkan kepada pusat penahanan bahwa ia harus minum obat setiap hari.

Pada pagi hari 17 Mei 2020, keluarga Zhang menelepon pusat penahanan untuk bertanya tentang situasinya. Wang Xiaowei menyampaikan kepada kerabatnya bahwa Zhang meninggal dunia.

 Pengalaman Tragis dari Sebuah Keluarga

Gao Yan, 49, tinggal di Beijing. Dia memperoleh manfaat dari berlatih Falun Gong baik secara mental maupun fisik sejak dia berlatih pada tahun 1998. Dikarenakan kampanye penganiayaan rezim Komunis Tiongkok, dia dan suaminya Yang Yuliang menjadi tunawisma selama 10 tahun.

Kemudian, dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara di kamp kerja paksa. Selama penahanannya, Yang menderita disfungsi sejumlah organ, dan Gao menderita hipertensi, menstruasi tidak teratur, dan gangguan endokrin atau penyakit yang terkait dengan jaringan kelenjar.  

Setelah mereka berdua dibebaskan pada tahun 2013, Gao tidak pernah mendapatkan kembali kesehatannya. Tetapi polisi setempat terus mengganggu pasutri itu. Aparat sering mendatangi rumah mereka.

Pada dini hari 17 April 2020, Gao menderita pendarahan otak secara mendadak. Dia meninggal dunia sekitar pukul delapan malam pada tanggal 22 April 2020.

Sebelum ini, ayah mertuanya juga meninggal dunia pada 7 April 2020.

Pada tanggal 27 April, ketika pihak keluarga mengadakan pengaturan pemakaman, beberapa petugas kepolisian yang mengaku berasal dari cabang Shunyi masuk dan menggeledah rumah. Mereka secara paksa menciduk Yang Yuliang dan putri mereka, Yang Dandan.

Mereka dipindahkan ke kantor polisi Mulin dan kemudian ke pusat penahanan Shunyi dengan alasan bahwa mereka perlu mengambil tes asam nukleat untuk virus Komunis Tiongkok. Biaya tes lebih dari 1.000 yuan .

Setelah itu, seorang anggota keluarga diberitahu untuk menjemput mereka. Tetangga keluarga mengeluh tentang perlakuan tak manusiawi yang diterima Yang dan putrinya dari aparat kepolisian.

Seorang Wanita Meninggal Dunia Dianiaya karena Mengungkap Perlakuan Secara Brutal Dialami Suaminya di Penjara

Bian Lichao dan istrinya Zhou Xiuzhen tinggal di kota Tangshan, Provinsi Hebei.

Bian adalah seorang guru di Sekolah Menengah ke-10 Kailuan, kota Tangshan. Dia menderita penyakit jantung primer dan tekanan darah tinggi. Tetapi kesehatannya membaik setelah berlatih Falun Gong pada tahun 1997.

Bian diculik dari rumahnya pada 25 Februari 2012 karena berlatih Falun Gong. Barang-barang pribadinya dan uang ratusan ribu yuan disita. Dia dijatuhi hukuman 12 tahun di penjara Baoding.

Pada awal Tahun 2013, Bian secara diam-diam dipindahkan ke penjara Shijiazhuang. Dia disiksa dengan dipaksa duduk di bangku kecil dalam waktu yang lama.

Penyakit jantungnya kambuh. Dokter memperingatkan bahwa ia bisa mati secara mendadak kapan saja. Sebagai upaya untuk menyelamatkan Bian, istrinya Zhou dan putrinya berulang kali mengungkap metode penyiksaan dari otoritas Tangshan.

Pada 12 Maret 2014, putrinya dan seorang praktisi Falun Gong lainnya, Chen Yinghua, diculik ketika mereka pergi mengunjungi Bian di penjara. Zhou juga diculik dari rumah pada hari berikutnya.

Pada April 2015, Bian dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara, dan Chen dijatuhi hukuman empat tahun. Pada bulan Mei di tahun yang sama, Zhou Xiuzhen dihukum empat tahun. Chen dan Zhou diseret ke penjara wanita di Provinsi Hebei.

Zhou disiksa dengan parah di penjara. Dia menderita kerusakan pada hatinya dan timbul asites atau cairan menumpuk di rongga perut. Dia harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis.

Setelah Zhou dibebaskan dari penjara, polisi terus menindasnya. Akibatnya, kesehatannya terus memburuk. Zhou meninggal dunia pada 19 April tahun ini.

Engineering Penerbangan Dianiaya Hingga Meninggal Dunia

Hu Lin, 47 Tahun, adalah engineering penerbangan dan praktisi Falun Gong yang tinggal di kota Shenyang, Provinsi Liaoning. Dia diculik oleh polisi pada 23 Mei 2019 karena membagikan pamflet yang berisi informasi tentang Falun Gong.

Dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Pada 16 Februari 2020, dia disiksa hingga tewas di penjara Kanjiashan, kota Shenyang.

Sebelum itu, Hu  diculik, ditahan, dan dikirim ke kamp kerja paksa secara berkali-kali. Setiap kali dia ditahan karena keyakinannya, dia dipukuli secara habis-habisan. Dia juga menderita penyiksaan seperti diborgol dari belakang, dipaksa mengenakan sabuk pengaman, disetrum dengan tongkat listrik, dilarang tidur, dan diperintahkan melakukan kerja paksa.

Menurut laporan yang dihimpun oleh Minghui.org, aparat menggunakan tongkat listrik untuk menyetrum lutut, ujung jari, kaki, dan alat kelamin Hu untuk waktu yang lama. Selain itu, aparat melukai matanya dengan  bawang putih dan asap rokok. (asr) 

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=7iCKfG30NkA