Kesepakatan Dagang Fase Satu Sudah Tamat — Apa Selanjutnya?

James Gorrie – Penulis Buku ‘The China Crisis’

Kesepakatan dagang Presiden Donald Trump dengan Tiongkok sudah tamat. Dipuji sebagai langkah pertama yang baik saat ditandatangani pada tanggal 15 Januar 2020, fase pertama kesepakatan dagang lebih berupa sikap daripada pembelian. 

Namun demikian, seperti yang kita ketahui, banyak yang telah terjadi sejak saat itu fase pertama kesepakatan dagang sulit untuk diwujudkan dengan membayangkan Beijing menghormati kuota impor Amerika Serikat dalam kesepakatan tersebut.

Kesepakatan yang Tak Dapat Ditolak oleh Siapa pun?

Fase satu kesepakatan dagang menyerukan Tiongkok untuk membeli barang-barang dan layanan Amerika Serikat senilai usd 200 miliar selama dua tahun ke depan. Bandingkanlah dengan nilai usd 186 miliar yang dibeli oleh Tiongkok pada tahun 2017.

Fase satu kesepakatan dagang juga menyerukan Tiongkok untuk membeli produksi barang senilai usd 77 miliar lagi pada tahun 2020–2021, di mana peningkatan ekspor Amerika Serikat ke Tiongkok tahun ini sekitar usd 33 miliar, dan peningkatan ekspor Amerika Serikat ke Tiongkok naik sekitar usd 45 miliar tahun depan. Pembelian energi akan meningkat menjadi lebih dari usd 52 miliar pada tahun 2020 dari baseline usd 9,1 miliar pada tahun 2017.

Sama pentingnya, fase satu kesepakatan dagang mengharuskan Tiongkok untuk menindaklanjuti janji sebelumnya untuk menghentikan transfer teknologi paksa dan menargetkan perusahaan Amerika Serikat untuk mencuri kekayaan intelektual. Kedua aktivitas tersebut adalah urat nadi dari pertumbuhan dan inovasi sektor teknologi Tiongkok. Beijing juga setuju untuk menahan diri dari manipulasi mata uang dan memotong 25 persen tarif pembalasan pada mobil Amerika Serikat.

Untuk bagiannya, Amerika Serikat menurunkan tarif hingga setengahnya, menjadi 7,5 persen, terhadap barang-barang Tiongkok senilai usd 120 miliar dan untuk menangguhkan tarif pada telepon seluler, komputer laptop, mainan, dan pakaian Tiongkok.

Boleh dikatakan, membuat Beijing berjanji untuk memenuhi janji sebelumnya seharusnya menjadi peringatan bahaya bagi negosiator Amerika Serikat.

Tidak Ada Kejutan

Pada minggu pertama bulan Juni, tidak ada yang mengejutkan, Beijing mengingkari fase satu kesepakatan dagang dengan memesan perusahaan milik negara untuk membatalkan rencana untuk membeli kedelai Amerika Serikat, yang merupakan bagian produk Amerika Serikat senilai usd 200 miliar.

Pada kenyataannya, fase satu kesepakatan dagang tidak pernah benar-benar merupakan suatu kesepakatan yang solid. Fase satu kesepakatan dagang dipenuhi janji-janji kosong yang diyakini sedikit orang akan benar-benar terjadi. Tujuannya sangat tinggi dan tidak realistis di saat-saat terbaik. Kondisi ekonomi dan diplomatik dunia sekarang adalah sangat berbeda dengan kondisi saat kesepakatan dagang ditandatangani baru lima bulan yang lalu.

Namun demikian, fase satu kesepakatan dagang lebih dari isyarat penyelamatan wajah untuk sisi maupun dasar, minimal, untuk melakukan negosiasi di masa depan. Tetapi kesepakatan tersebut sudah berakhir sebelum dimulai.

Acara dan Tindakan Mengeruhkan Perdagangan

Pandemi virus Komunis Tiongkok dan karantina yang menyertai, telah melumpuhkan ekonomi seluruh dunia dan meningkatkan ketegangan dengan Washington. Pernyataan dan tindakan Beijing yang menipu seputar patogen sama saja merusak seluruh dunia karena itu Beijing tidak dapat dimaafkan — dari menyangkal asal-usul virus tersebut dan kemampuan virus untuk menular dari manusia ke manusia. Yang mana, memungkinkan warga yang terinfeksi untuk bepergian ke luar negeri sambil memberlakukan pembatasan perjalanan dalam negeri Tiongkok dan tindakan lainnya.

Kemudian, dengan undang-undang hasutan baru menyapu para pengunjuk rasa demokrasi di Hong Kong, rezim Komunis Tiongkok secara efektif menaklukkan Hong Kong yang pernah menjadi kota yang otonom yang merupakan pusat keuangan paling dinamis di Asia.

Tanggapan Amerika Serikat dapat diprediksi. Terbentuknya undang-undang baru dari Beijing, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menangguhkan perlakuan perdagangan khusus yang diberikan kepada Hong Kong saat kembali ke pangkuan Tiongkok pada tahun 1997 sebagai entitas yang terpisah dari Tiongkok. Amerika Serikat juga dapat menerapkan sanksi dan hukuman ekonomi lainnya terhadap Tiongkok dan Hong Kong.

Namun demikian, perilaku Tiongkok jauh lebih maju daripada penyerapannya terhadap Hong Kong.

Sementara Angkatan Laut Amerika Serikat menangani infeksi virus Komunis Tiongkok di armada kapal Pasifik, Tiongkok mengklaim dan melakukan militerisasi pulau-pulau yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan. Kemudian melakukan manuver militer di dekat Taiwan, dan melakukan pertempuran pura-pura di jalur laut yang kritis.

Terlebih lagi, sementara Angkatan Laut Amerika Serikat sedang dikarantina di Guam. Dikarenakan virus Komunis Tiongkok, Angkatan Udara Tiongkok meningkatkan pelecehan terhadap pesawat militer Amerika Serikat di Laut Tiongkok Selatan.

Ke Arah Mana Hubungan Amerika Serikat-Tiongkok Setelah Ini?

Sementara permintaan global untuk barang-barang Tiongkok adalah tetap rendah, seperti halnya konsumsi domestik Tiongkok. Selain itu, gelombang kedua virus Komunis Tiongkok yang berkembang, serta meningkatnya wabah di Belahan Bumi Selatan, mungkin juga berarti bahwa kelesuan ekonomi Tiongkok dapat semakin dalam. 

Dan, tentu saja, kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat maupun di Tiongkok membuat kerja sama menjadi lebih sulit.

Jelas, Beijing memainkan permainan yang berbeda sekarang dibandingkan pada tahun 2019. 

Jika propaganda domestik dan retorika diplomatik yang ditargetkan di Jepang dan Taiwan adalah indikasi niat Beijing, akan tampak bahwa Tiongkok terang-terangan menantang jaminan keamanan oleh Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik.

Peningkatan militer Beijing telah terlihat selama beberapa tahun, namun demikian menerima desakan mundur minimal dari pemerintah Amerika Serikat sebelumnya. Adalah mungkin bahwa Beijing menerapkan harapannya dari pemerintahan Obama ke pemerintahan yang sekarang juga.

Jika demikian, meningkatkan risiko salah perhitungan di kedua sisi, tetapi khususnya, dengan Tiongkok. Beijing tidak akan menyerah dengan apa yang diperolehnya di Laut Tiongkok Selatan atau dari tindakannya yang sedang berlangsung di Hong Kong.

Beijing juga tidak dapat secara politis membiayai keberlangsungan Taiwan. Dengan sistem politik republik yang relatif liberal dan ikatan militernya yang dalam dengan Amerika Serikat, Taiwan merupakan alternatif nyata bagi rakyat Tiongkok, yang mengancam legitimasi Partai Komunis Tiongkok.

Ini adalah masalah yang sedang berlangsung dan sangat serius bagi Partai Komunis Tiongkok, yang menghabiskan lebih banyak uang untuk menindas rakyatnya daripada yang dilakukannya untuk pertahanan eksternal.

Namun demikian, reaksi cepat dari pemerintahan Donald Trump memang menimbulkan dilema untuk Beijing. Keputusan Washington untuk mengirim tiga kapal induk ke kawasan Pasifik adalah tanggapan yang jelas dan perlu, tetapi terutama agar Tiongkok juga harus bereaksi.

Dengan kata lain, peningkatan militer di wilayah tersebut sedang berlangsung, membuat konfrontasi militer langsung antara Amerika Serikat dengan Tiongkok lebih cenderung terjadi daripada sebelumnya.

Adapun masa depan perdagangan Amerika Serikat–Tiongkok, perkembangan saat ini cenderung melemahkan potensi kesepakatan dagang yang berarti antara keduanya dalam waktu dekat. Amerika Serikat dan Tiongkok cenderung akan memperluas jurang diplomatik yang ada.

Atau mungkin Amerika Serikat dan Tiongkok hanya memaparkan kesenjangan yang lebar antara tujuan Tiongkok dan tujuan Amerika Serikat yang sudah ada. (Vv)

FOTO : Wakil Perdana Menteri Liu He (kiri) dan Presiden Donald Trump selama penandatanganan perjanjian perdagangan fase satu, dikelilingi oleh pejabat, di Ruang Timur Gedung Putih pada 15 Januari 2020. (Charlotte Cuthbertson / The Epoch Times)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=m2sguXfCYuQ