Ahli Epidemiologi Ungkap Penularan di Jawa Timur Paling Banyak Transmisi Lokal

ETIndonesia- Ahli Epidemiologi mengungkapkan kasus penularan di Jawa Timur paling banyak terjadi transimisi lokal. Untuk diketahui, secara total laporan per 15 Juli 2020 menunjukkan kasus positif corona di Jawa Timur mencatatkan 17.395 kasus dengan jumlah kasus spesimen 2 kali negatif 7.482. Sedangkan angka kematian mencatatkan 1.275 kasus.

“Ini paling banyak transimisi lokal yaitu sekelompok orang dalam satu wilayah sama tiba-tiba positif secara tiba-tiba namun tidak ada riwayat berpergian, ada yang positif akhirnya tertular sekeliling wilayah itu,” kata Ahli Epidemiologi dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (15/07/2020) dalam channel Youtube BNPB.

Ia merinci terdapat 141 klaster di Jawa Timur  dengan 2.004 kasus di Jawa Timur per tanggal 7 Juli 2020. Rinicannya 31 klaster pasar/TPI, 20 klaster tempat kerja, 1 klaster pesantren, 2 klaster tempat ibadah, 34 klaster transimisi lokal, 26 klaster rumah sakit, 1 klaster mall dan 2 klaster seminar.

Menurut Dewi, klaster lain yang harus menjadi perhatian dan diwaspadai adalah pasar. Dewi menjelaskan meskipun kasusnya lebih rendah dibandingkan dengan klaster transmisi lokal, pasar memiliki potensi yang tinggi menjadi tempat penularan COVID-19. “Pasar ini adalah potensi luar biasa,” ujar Dewi.

Dewi menjelaskan, Jawa Timur terdapat banyak kabupaten/kota dengan angka tertingginya  di Kota Surabaya dengan 7.538 kasus, kemudian Sidoarjo 1.280 kasus dan Kabupaten Gresik 1.154 kasus. Adapun jumlah kasus terendah terdapat di Blitar 18 kasus, Kota Madiun 25 kasus dan Kabupaten Bondowoso 32 kasus.

Menurut Dewi, jika dilihat berdasarkan laju insidensi kota Surabaya masih berada pada tingkat pertama. Kota Surabaya dengan 251 (kasus) per 100.000 penduduk dibandingkan kota Depok 45 kasus.  Angka itu menunjukkan terjadinya percepatan penularan di Surabaya.

Tak hanya penularan, kasus kematian juga tinggi di Surabaya. Dibandingkan dengan kematian di Kota Depok 1,78 (kasus) maka  Kota Surabaya 22 (kasus) per 100.000 penduduk kota Surabaya.

“Akhirnya ini yang kita lihat dari angka yang menunjukkan angka tinggi, laju penularan tinggi, kasus fatalitas tinggi,” tambahnya.

Terakhir, Dewi mengingatkan bahwa penerapan protokol kesehatan sangat penting dengan tetap memperhatikan titik-titik kritis yang kadang masih sering terlupakan oleh masyarakat guna menekan potensi penularan COVID-19 dan mencegah lonjakan kasus positif yang tinggi.

Dia mengatakan. penerapan protokol kesehatan tapi juga perhatikan titik-titik kritis yang  kadang dilupakan. Misalnya ketika makan harus membuka masker, maka usahakan makan dengan tetap menjaga jarak dan jangan berinteraksi karena dapat menjadi ruang perpindahan droplet.

“Jika menggunakan transportasi umum harus pastikan ketika sudah sampai harus mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer serta pastikan untuk jaga jarak karena bisa saja terinfeksi atau tertularnya saat perjalanan,” simpulnya. (asr)

Keterangan Foto : Ahli Epidemiologi dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah (Dok BNPB)