Beijing Gencar Gunakan Facebook untuk Propaganda Taiwan Milik Tiongkok

Theepochtimes.com- Beijing mengklaim pulau Taiwan yang diperintah sendiri itu sebagai bagian wilayah Tiongkok, meskipun Taiwan memiliki militer sendiri, pemerintah sendiri yang dipilih secara demokratis, dan mata uang sendiri.

Para peneliti dan pihak berwenang Taiwan sebelumnya telah menyoroti upaya tidak langsung untuk mempengaruhi pemilih Taiwan guna memilih kandidat politik pro-Beijing untuk menang,  upaya yang selaras dengan tujuan Beijing untuk meyakinkan rakyat Taiwan menerima penyatuan dengan Tiongkok Daratan.

Dokumen yang bocor yang diperoleh The Epoch Times menyebutkan bahwa upaya Komunis Tiongkok itu, termasuk dengan menyebarkan informasi sesat di sosial media Facebook. Upaya keras itu  sulit  dilacak secara langsung terkait dengan rezim Komunis Tiongkok.

Kini, dokumen dari pemerintah kota Beijing, tertanggal awal Juni 2020 lalu dan disajikan sebagai laporan kepada atasan untuk memuji “prestasi mereka,” memberikan bukti bahwa rezim Komunis Tiongkok menggunakan berbagai proksi halaman Facebook. Di Facebook, mereka mempromosikan klaim kedaulatan rezim Komunis Tiongkok dan gagasan serangan militer ke Taiwan.

Dokumen-dokumen tersebut adalah dokumen yang pertama untuk memastikan keterlibatan langsung Beijing dalam menciptakan dan menyebarkan propaganda semacam itu di Facebook, yakni  menghembuskan sentimen pro-penyatuan.

Dari tanggal 25 Mei hingga 8 Juni, setidaknya ada 74 postingan di empat halaman Facebook yang dirancang untuk menyerang kelompok pro-kemerdekaan Taiwan. Kecuali itu juga untuk menggambarkan kontrasnya penanganan wabah antara Tiongkok, Amerika Serikat, dan Taiwan. Singkatnya untuk mendemonstrasikan, propaganda  keunggulan sistem mereka.

Istilah “pro-kemerdekaan” menjadi tuduhan basa-basi bagi Beijing untuk membingkai individu dan tindakan-tindakan yang menunjukkan kebanggaan atau solidaritas untuk identitas Taiwan, seperti mengibarkan bendera Taiwan.

Halaman-halaman Facebook itu memiliki nama yang tidak jelas. Jumlah pengikut yang minim, hanya beberapa ratus hingga lebih dari 8.000 pengikut. 

Menurut dokumen itu, usaha tersebut terbukti berdampak. Ada lima video dengan performa terbaik dari satu halaman menerima lebih dari 30.000 suka, bagikan, komentar, dan klik selama periode dua minggu. 

Provokasi Militer

Pada video teratas, menunjukkan serangan militer hipotetis di Taiwan, menarik lebih dari 137.000 reaksi pengguna selama rentang 13 hari dan disaksikan 1,02 juta kali dalam periode itu. Video itu mengklaim tentara Tiongkok tidak terkalahkan dan bahwa Taiwan “harus bersatu” dengan Tiongkok Daratan.

Judul video berbunyi, “Jika pecah perang  besok, inilah jawaban dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.”

Hingga beberapa lama, video itu memiliki sekitar 800 komentar dan hampir 2.000 suka.  Menurut dokumen itu, video tersebut menelan biaya sekitar usd 400 untuk meningkatkan interaksi.

Video lain, diunggah tanggal 1 Juni, yang menyatakan bahwa torpedo canggih yang dijual Amerika Serikat kepada Taiwan pada bulan Mei adalah “sampah” dan bukan tandingan bagi militer Tiongkok.

Secara terpisah, Hu Guangqu, seorang editor dan reporter yang berfokus pada Taiwan, situs berita yang berafiliasi dengan negara Huaxia Jingwei sampai akhir tahun 2019, mempresentasikan sebuah ringkasan pekerjaan promosi khusus Facebook pada sebuah dokumen pada tanggal 7 Juni lalu. 

Menurut Hu Guangqu, video-video itu memberi dampak yang bermakna, dan menarik perhatian luas dari netizen luar negeri sampai membakar diskusi yang bersemangat.

Namun, Hu Guangqu mengakui, sebagian besar dari netizen luar negeri berpikir Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok tidak berani menggunakan kekuatan militer melawan Taiwan. Hu Guangqu juga menemukan bahwa dalam komentar Facebook, banyak orang Taiwan mengatakan bahwa Amerika Serikat juga akan datang membantu Taiwan jika ada serangan militer.

Hu Guangqu menilai pandangan itu mewakili mayoritas anak muda Taiwan yang memiliki identifikasi yang luar biasa rendah dengan ibu pertiwi. Hu Guangqu, menggambarkan para pemuda semacam itu sebagai kekuatan radikal.

“Hanya sejumlah kecil pengguna internet Taiwan yang memiliki kesadaran introspeksi,” kata Hu Guangqu. 

Ikatan Negara

Huaxia Jingwei, situs web yang didirikan di Beijing, berperan aktif dalam memproyeksikan narasi yang didukung rezim Komunis Tiongkok mengenai Taiwan.

Huaxia Jingwei menggambarkan dirinya menerima minat yang kuat dan dukungan yang kuat dari Kantor Urusan Taiwan dan Kantor Dewan Informasi Negara. Keduanya merupakan organ kerja pemerintah pusat Tiongkok.

Huaxia Jingwei juga membanggakan karena terdaftar sebagai proyek utama pemerintah pada tahun 2006 sebagai bagian rencana lima tahun rezim Tiongkok. Wang Daohan, mantan Presiden Asosiasi untuk Lintas Hubungan Selat Taiwan yang pro-penyatuan yang dikelola pemerintah, menulis nama situs webnya sendiri.

Zhu Ming, seorang komentator urusan Tiongkok yang bermarkas di New York, menyebut Huaxia Jingwei sebagai front depan propaganda pro-penyatuan milik Beijing, yang beroperasi melalui beberapa proksi.

Zhu Ming mencatat bahwa halaman web tersebut menggunakan karakter Mandarin tradisional, bukannya menggunakan karakter Mandarin yang disederhanakan. Karakter standar Mandarin di Tiongkok Daratan, menyatakan pemirsa yang ditargetkan adalah pembaca yang bukan berasal dari Tiongkok Daratan. Warga Taiwan dan Hong Kong sebagian besar menggunakan karakter Mandarin tradisional.

Playbook Propaganda

Rezim Komunis Tiongkok, melalui penyensoran internet yang semakin ketat, telah lama memblokir pengguna Tiongkok Daratan dalam mengakses Facebook, Twitter, dan YouTube.

Semua outlet media pemerintah Tiongkok membuka akun di Twitter dan Facebook. Beberapa, seperti China News Service dan China Central Television, menginvestasikan ratusan ribu dolar untuk meningkatkan kehadiran media sosial mereka di luar negeri.

Dalam sebuah dokumen tender publik mengenai situs web pemerintah pusat Tiongkok tertanggal 16 Agustus 2019, yang sejak itu dihapus, China News Service meminta 1,25 juta yuan (usd 176.461) dari pemerintah untuk meningkatkan Twitternya diikuti oleh 580.000 pengguna, dan 1,2 juta yuan (usd 169.403) menuju penambahan 670.000 pengikut Facebook.

Freedom House, pengawas hak asasi manusia yang berbasis di Amerika Serikat menemukan bahwa akun media pemerintah Tiongkok termasuk di antara empat dari lima halaman media yang tumbuh tercepat di Facebook dari pertengahan bulan November tahun lalu hingga pertengahan bulan Desember 2019 lalu. 

Dengan masing-masing memiliki puluhan juta pengikut, akun-akun tersebut memiliki kehadiran online yang tangguh, sebagai tiga dari 10 akun media terbesar di Facebook pada tahun 2019.

Pengaruh terselubung semacam itu menyebabkan Twitter, Facebook, dan YouTube menangguhkan total lebih dari 1.000 akun pada bulan Agustus 2019 dalam upaya membongkar kampanye informasi sesat yang didukung Beijing yang menjelek-jelekkan pengunjuk rasa Hong Kong. 

Sebuah penelitian bulan Maret oleh situs berita investigasi ProPublica juga melacak lebih dari 10.000 akun Twitter palsu atau dibajak yang ditangguhkan ke rezim Komunis Tiongkok, yang melakukan propaganda terkoordinasi seputar tanggapan Beijing terhadap wabah virus.

Reporters Without Borders organisasi nirlaba internasional, dalam  laporan  bulan Maret 2019, berjudul “Pengejaran Tiongkok Terhadap Tatanan Media Dunia Baru,” menyebutkan bahwa rezim Komunis Tiongkok telah menggelontorkan sebanyak 10 miliar yuan (usd 1,5 miliar) setahun dalam mempromosikan citranya secara global. 

Keterangan Gambar: Logo jejaring sosial Facebook pada layar ponsel yang rusak pada 16 Mei 2018. (Joel Saget / AFP via Getty Images)

vivi/rp 

Video Rekomendasi