AS, Jepang, India, dan Australia Ciptakan ‘Busur Demokrasi’ Indo-Pasifik untuk Melawan Ekspansi Komunis Tiongkok

oleh Zhang Ting

Amerika Serikat menggelar latihan militer dengan sekutu-sekutunya yang demokratis dan mitra Australia dan Jepang di Pasifik dan Samudra Hindia. Hal sama juga dilakukan atas latihan militer dengan India pada minggu yang sama sebagaimana dikutip dari Asia Times dalam laporannya 27 Juli 2020.

Keempat negara ini membentuk kerja sama pertahanan aliansi “kuartet”, yaitu membangun  ‘arc of democracy’ atau ‘busur demokrasi’ Asia di sekitar Komunis Tiongkok otokratis. Latihan militer pekan lalu digelar setelah Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan kebijakan utama tentang masalah Laut Cina Selatan. 

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dalam pernyataannya: “Kami membuat pernyataan yang jelas: klaim Beijing tentang sumber daya maritim di sebagian besar Laut Cina Selatan benar-benar ilegal, dan begitu juga tindakan intimidasi untuk mengendalikan sumber daya ini.”

Sekarang, Amerika Serikat secara aktif berupaya agar India menjadi pilar yang lebih solid dari aliansi “kuartet”. India diundang untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam KTT G7 yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat. Negara-negara G7 adalah Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.

Presiden Trump mengumumkan bahwa ia bermaksud untuk memperluas KTT G7 menjadi KTT 11 negara, termasuk Rusia, Korea Selatan, Australia, dan India. langkah ini bertujuan untuk menghadapi Komunis Tiongkok.

Konflik terburuk dalam beberapa dekade antara India dan Beijing di wilayah perbatasan Himalaya mempercepat pemanasan hubungan strategis AS-India. Faktor lain yang mempercepat peningkatan tensi adalah bahwa mereka juga meningkatkan operasi angkatan laut bersama dengan Jepang dan Australia di wilayah Pasifik dan Samudra Hindia. Situasi saat ini memberi keempat negara peluang baru untuk membentuk aliansi. 

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pernah mengusulkan visi strategis Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan India untuk menciptakan “berlian keamanan demokratis” di kawasan Indo-Pasifik. Abe adalah salah satu perancang penting aliansi baru ini. 

Sejak pertengahan tahun 2000-an, Abe telah secara aktif mempromosikan penguatan kerja sama strategis antara India dan Amerika Serikat, Jepang dan Australia.

Konsep aliansi kuartet dapat ditelusuri kembali ke tahun 2007, tetapi karena berbagai faktor, belum terbentuk selama bertahun-tahun: India dan Australia terutama ingin mempertahankan hubungan perdagangan dengan Beijing, Amerika Serikat sibuk dengan kontra-terorisme, dan pemerintahan Obama terutama untuk menerapkan Kebijakan kontak dengan Tiongkok.

Akan tetapi, kebangkitan para pemimpin yang lebih konservatif di India, Australia, dan Amerika Serikat, ditambah dengan ketegangan geopolitik yang meningkat dengan Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir, memberi vitalitas pada strategi baru dan berpotensi kunci dari aliansi “kuartet”.

Tidak seperti pemerintahan Obama, pemerintahan Trump sepenuhnya mendukung pembentukan aliansi “kuartet” sebagai benteng melawan Komunis Tiongkok. 

Dalam pidato baru-baru ini, Amerika Serikat juga mengklarifikasi gagasan tentang Perang Dingin baru yang memisahkan antara demokrasi dan otoriterisme. Aliansi Kuartet milik kubu demokrasi, sedangkan Komunis Tiongkok milik kubu otoriter.

Pada 24 Juli, Menlu AS Pompeo menyampaikan pidato di US-India Business Council’s India Ideas Summit. Ia mengatakan tentang kebangkitan Aliansi Kuartet. Pompeo juga menyatakan bahwa AS diperkirakan akan memasuki era baru yang ambisius dalam hubungan dengan India.

Pompeo juga mengatakan setelah konflik Tiongkok-India: “Penting bagi negara-negara demokratis seperti kita untuk bekerja sama, terutama karena kita telah melihat ruang lingkup sebenarnya dari tantangan yang ditimbulkan oleh Komunis Tiongkok dengan lebih jelas daripada sebelumnya.” Pada kesempatan itu, Pompeo memuji larangan India menggunakan 59 aplikasi buatan Tiongkok.

“Asia Times” melaporkan bahwa Beijing percaya bahwa aliansi “kuartet ini didirikan untuk melingkari dan menahan ambisi global dan maritimnya yang meningkat. Angkatan Laut AS adalah titik tumpu dari kerja sama untuk aliansi yang baru muncul ini.

Australia kembali ke latihan angkatan laut Tahunan Malabar 

Kapal induk USS “Nimitz” dikirim ke Laut Cina Selatan sebanyak dua kali pada bulan ini untuk melakukan latihan dengan kapal induk “Reagan” di Samudra Hindia dengan Angkatan Laut India. Minggu lalu, kelompok “Reagan” USS juga bergabung dengan angkatan laut Jepang dan Australia. Latihan gabungan digelar di Laut Filipina di Pasifik Barat.

Latihan militer koalisi “kuartet” juga akan berlangsung tahun ini. Australia akan kembali ke latihan angkatan laut tahunan Malabar yang diadakan oleh India dengan Amerika Serikat dan Jepang, untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Ini adalah sinyal terbaru dari pendalaman kerja sama militer melawan Komunis Tiongkok.

Beijing sudah membujuk Australia untuk tidak berpartisipasi dalam latihan militer ini selama bertahun-tahun. Akan tetapi, sikap Australia terhadap Komunis Tiongkok menjadi semakin sulit, dan hubungan dengan Beijing menjadi semakin tegang. 

Australia mengumumkan pembangunan pertahanan nasional berskala besar. Langkah itu sebagai tanggapan terhadap ancaman yang meningkat dari Komunis Tiongkok di Pasifik Barat dan Selatan.

Akhir pekan lalu, Australia mengikuti Amerika Serikat dan menyatakan bahwa klaim Komunis Tiongkok di Laut China Selatan adalah “ilegal.” Negara Kangguru itu mengajukan pernyataan kepada PBB untuk tidak mengakui kedaulatan Komunis Tiongkok atas Laut Cina Selatan. (Hui/asr)

Editor yang bertanggung jawab: Li Yuan #

Video Rekomendasi