Produk Rambut Manusia yang Disita dari Xinjiang Memberikan Bukti Adanya Penganiayaan

Theepochtimes.com- Dalam sebuah langkah yang dapat membantu memberikan wawasan mengenai pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok, US Custom and Border Protection (CBP) menyita 13 ton produk rambut manusia yang berasal dari bagian barat Provinsi Xinjiang pada minggu pertama bulan Juli 2020. Pada tanggal 20 Juli lalu, Kementerian Perdagangan AS menjatuhkan sanksi kepada sebuah perusahaan aksesori rambut Tiongkok. 

Keterangan Foto : Produk-produk rambut yang dikirim oleh sebuah kapal Tiongkok disita oleh US Custom and Border Protection (CBP) pada tanggal 1 Juli 2020. (Atas perkenan CBP)

Para Korban, penyelidik, dan kelompok aktivis Uighur mengatakan bahwa rambut-rambut yang disita itu, berasal dari para wanita yang menghuni dalam berbagai kamp konsentrasi dan kamp kerja paksa di Xinjiang. 

Untuk pertama kalinya, pihak berwenang Amerika Serikat memiliki sepotong bukti yang kuat untuk penyelidikan lebih lanjut terhadap penganiayaan terhadap kelompok minoritas Muslim.

Jurnalis investigasi Ethan Gutmann mengungkapkan, “Perkiraan kasar saya adalah bahwa pengiriman melalui kapal ini mewakili rambut dari sekitar 90.000 wanita, dipenjara di ‘kamp pendidikan-ulang’.Meskipun panjangnya bervariasi, rambut cokelat tua yang eksotis, dengan highlight berwarna merah – biasanya diidentifikasi dalam katalog Tiongkok dengan eufemisme ‘Mongolia’, rambut dicukur dari kepala wanita Uyghur, Kazakh, Kyrgyzstan dan Hui.” 

Ethan Gutmann mengunjungi banyak sekali korban yang selamat dari kamp tersebut, yang kini berada di Turki dan Kazakhstan. Pernyataan itu disampaikannya baru-baru ini kepada The Epoch Times dalam sebuah email.

Pemerintah AS melakukan serangkaian tindakan untuk menanggapi penindasan di Xinjiang

Baru-baru ini, pada tanggal 20 Juli, Kementerian Perdagangan AS menambahkan 11 perusahaan Tiongkok yang terlibat dalam pelanggaran di Xinjiang. Larangan itu  mencakup Hetian Haolin Hair Accessories Co. Ltd., ke daftar entitasnya. 

Daftar ini adalah alat untuk membatasi ekspor, ekspor-ulang, dan transfer produk yang tunduk pada peraturan ekspor oleh orang-orang atau perusahaan yang terlibat dalam kegiatan mengancam keamanan nasional atau kepentingan kebijakan luar negeri AS.

Pada tanggal 31 Juli 2020, Kantor Kendali Aset Asing Kementerian Keuangan AS, menjatuhkan sanksi terhadap satu entitas pemerintah Tiongkok dan dua pejabat pemerintah Tiongkok saat ini atau mantan pejabat pemerintah Tiongkok pada tanggal 31 Juli, untuk pelanggaran HAM berupa penahanan sewenang-wenang secara massal dan penganiayaan fisik yang berat.

Di Dalam Kamp Konsentrasi

Gulbahar Jelilova, seorang warganegara Kazakhstan dan yang selamat dari kamp konsentrasi Xinjiang, adalah seorang pedagang dan sering mengunjungi Urumqi, ibukota Daerah Otonomi Xinjiang, untuk membeli pakaian. 

Ia ditangkap pada tahun 2017 saat berada di hotel tempat ia menginap, karena apa yang ditulis pihak berwenang Komunis Tiongkok dalam  dokumen persidangan untuk dirinya sebagai “bersekongkol dengan kegiatan teroris.”

Keterangan Foto : Gulbahar Jelilova sebelum berada di kamp konsentrasi di Xinjiang. (Atas perkenan Gulbahar Jelilova)

Seorang ibu dari empat anak, Gulbahar Jelilova ditempatkan di dalam sebuah ruang ukuran enam meter persegi, selama 465 hari dengan banyak wanita lain yang setiap hari diberikan obat-obat yang tidak diketahui. 

Salah satu hal pertama yang dilakukan pihak berwenang kamp saat para wanita tiba di kamp tersebut, adalah memotong rambut para wanita itu, yang dilakukan secara teratur pada para wanita yang tinggal di kamp tersebut untuk waktu yang lama.

Gulbahar Jelilova baru-baru ini berbicara dengan The Epoch Times melalui telepon. Ia bertemu dengan jurnalis investigasi Ethan Gutmann di Istanbul di Turki pada bulan Oktober 2019. 

Kepada Ethan Gutmann, Gulbahar Jelilova memerankan bagaimana para narapidana akan dibawa ke sebuah lubang di dinding penjara – tangan mereka diborgol di depan – sementara seseorang yang tidak terlihat akan memotong rambut mereka dari sisi lain dinding tersebut.

Ethan Gutmann menggambarkan, apa yang dikatakan oleh para korban yang selamat yang ia temui memberitahunya apa yang terjadi saat mereka tiba di kamp tersebut.

“Itu adalah sebenarnya universal. Memasuki kamp, ​​para wanita dipaksa berbaris di depan sebuah lubang di dinding. Saat  giliran anda, anda dipaksa untuk menempelkan kepala anda melalui lubang tersebut sementara tangan yang tidak terlihat mencukur kepala anda dengan clipper – seperti yang dikatakan seorang wanita, mirip seperti binatang,” kata Ethan Gutmann.

Rambut panjang dianggap sebagai masalah kehormatan bagi wanita dalam budaya asli Uyghur.

Mihrigul Tursun, 30 tahun, yang selamat dari kamp konsentrasi lain, yang bersaksi sebelum Kongres Amerika Serikat pada bulan November 2018 dan tiga kali berada dalam tahanan, di mana satu kali ditahan di sebuah penjara dan dua kali ditahan di sebuah kamp konsentrasi. 

Dengan total 11 bulan yang terentang selama dua tahun dari tahun 2015 hingga 2017. Hal demikian dikatakan Mihrigul kepada The Epoch Times melalui telepon. Ia mengatakan bahwa tiga hari setelah ia tiba di penjara untuk pertama kali, rambut semua 50 narapidana di sel yang dihuninya dipotong — hampir semuanya  berambut panjang dan dikepang.

Keterangan Foto : Gulbahar Jelilova mendemonstrasikan “lubang di pintu” di mana kepalanya dicukur, di Istanbul pada bulan Oktober, 2019. (Ethan Gutmann)

“Semua orang merasa depresi, kaget secara emosional. Mereka merasa tidak berdaya dan putus asa. Mereka merasa tidak terhormat. Bahkan walaupun hal tersebut tidak melukai mereka secara fisik, namun mereka merasa menyakitkan secara mental, emosional, dan spiritual,” kata Mihrigul Tursun, menambahkan bahwa ia memiliki rambut panjang sepinggang saat ia memasuki penjara.

Mihrigul Tursun memiliki kenangan indah akan ibunya yang mengepang rambutnya yang panjang sampai ia berusia 15 tahun. Ia ingat banyak kompetisi rambut panjang di sekolahnya. Ia mengatakan ada 12-15 jenis kepang dan banyak aksesoris rambut yang digunakan wanita Uyghur.

Elfidar Hanim, Sekretaris Asosiasi Uighur Amerika Serikat mengatakan kepada The Epoch Times melalui telepon, bahwa kepentingan yang diberikan untuk memanjangkan rambut adalah berguna bagi pihak berwenang Tiongkok yang memanfaatkan rambut dari para narapidana di kamp kerja paksa dan kamp konsentrasi untuk menghasilkan uang.

Pengiriman melalui kapal 13 ton rambut yang diproduksi oleh  Lop County Meixin Hair Product Co. Ltd. yang disita bea cukai Amerika Serikat pada tanggal 1 Juli, bernilai  800.000 dolar amerika seirkat.

Elfidar Hanim mengatakan bisnis ini telah terjadi selama bertahun-tahun.

“Tiongkok melakukan bisnis ini untuk sementara waktu tetapi produk rambut ini tidak pernah tertangkap. Kali ini terjadi karena ada lebih banyak kesadaran akan masalah ini dan juga karena Radio Free Asia baru-baru ini melaporkan masalah ini,” kata Elfidar Hanim.

Radio Free Asia menerbitkan laporan “Industri Produk Rambut yang Terkait dengan Warga Uyghur di Kamp Kerja Paksa di Kabupaten Lop Xinjiang Adalah Sangat Laku” pada tanggal 28 Mei oleh reporter Gulchehra Hoja. 

Radio Free Asia memastikan The Epoch Times melalui email, bahwa pelaporan awal mereka memainkan peran penting dalam membantu US Custom and Border Protection untuk menyita  pengiriman produk rambut itu melalui kapal pada tanggal 1 Juli 2020.

Puncak Gunung Es

Ethan Gutmann dan Elfidar Hanim mengatakan, produk rambut hanyalah bukti dari satu aspek dari serangkaian luas pelanggaran hak asasi manusia yang serius.

“Namun ini hanyalah puncak gunung es. Masuk lebih dalam dan anda akan menemukan bukti adanya kerja paksa, perbudakan seksual, dan sterilisasi paksa. Jumlah korban terbesar – saya perkirakan lebih dari 10.000 wanita per tahun, setidaknya – hilang akibat panen organ hidup-hidup. Saat wanita Barat menggunakan produk kecantikan Tiongkok

mengandung kolagen, wanita Barat secara tidak sengaja menggosok sisa-sisa produk kecantikan Tiongkok pada wajah mereka,” tulis Ethan Gutmann.

Elfidar Hanim mengatakan para wanita Uyghur di dalam kamp konsentrasi ini, menjadi sasaran panen organ secara ilegal, sterilisasi paksa, dan digunakan sebagai “kelinci percobaan” untuk pengujian medis. 

“Tidak hanya itu, kini mereka menggunakan para wanita Uyghur sepotong demi sepotong bagian untuk menghasilkan uang darinya, pemasaran apa pun yang dapat mereka peroleh,” kata Elfidar Hanim yang membandingkan cerita-cerita ini dengan cerita-cerita yang berasal dari kamp konsentrasi Nazi.

Mantan narapidana Mihrigul Tursun dan Gulbahar Jelilova berbicara mengenai narapidana dikenakan uji darah dan uji kehamilan. Wanita hamil terpaksa menggugurkan kandungannya. Mereka juga menceritakan pemberian obat-obatan yang tidak diketahui setiap hari.

Mereka mengatakan obat ini menghentikan menstruasi pada wanita muda. Gulbahar Jelilova mengatakan obat-obatan diberikan kepada mereka untuk membuat mereka tetap diam. Mereka tidak merasakan nyeri atau kelaparan.

Gambar terbaru Gulbahar Jelilova di Istanbul, Turki. (Atas perkenan Gulbahar Jelilova)

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada tanggal 28 Juli 2020, the Uyghur Human Rights Project (UHRP) mengatakan bahwa rezim Tiongkok melakukan “upaya tanpa henti” untuk menutupi kejahatan terhadap populasi minoritas Muslim di Xinjiang. 

Setelah dihadapkan pada tinjauan bulan Agustus 2018 oleh Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Menghilangkan Diskriminasi Ras, rezim Tiongkok berusaha untuk membenarkan keberadaan kamp konsentrasi sebagai upaya untuk mendidik “ekstremis” dan sebagai “pusat pendidikan kejuruan.”

“Kemudian, pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa tahanan telah ‘lulus,’ sejak pemerintah Tiongkok meluncurkan skema besar kerja paksa di pabrik dan menjebloskan orang ke dalam penjara untuk jangka panjang tanpa pengadilan,” kata the Uyghur Human Rights Project (UHRP) dalam sebuah rilis.

Pengujian DNA

Ethan Gutmann dan Elfidar Hanim mengatakan bahwa penyitaan rambut manusia dari Xinjiang oleh Bea Cukai Amerika Serikat, memberi AS kesempatan untuk menyelidiki masalah ini lebih jauh karena kini Amerika Serikat memiliki bukti nyata.

“Bea Cukai Amerika Serikat tampaknya akan menguji DNA, mungkin untuk menetapkan bahwa rambut itu berasal dari suku Uyghur atau Kazakh, dan bukan dari suku Han Tiongkok. Tetapi hal ini belum cukup. Beijing tanpa disadari telah memberi kita bukti kejahatan fisik,” kata Ethan Gutmann.

Elfidar Hanim mengatakan bahwa itu adalah bukti yang sulit untuk dibuat, karena adalah lebih mudah melakukan uji DNA jika akar rambut masih utuh. Akan tetapi produk-produk rambut ini tidak memiliki akar rambut yang masih utuh. Namun, Elfidar Hanim mengatakan US Custom and Border Protection seharusnya tidak mengembalikan kiriman ini ke Tiongkok jika bukti tidak ditetapkan. 

Keterangan Foto ; Orang-orang dari Atajurt, Organisasi Hak Asasi Manusia Kazak dengan jurnalis investigasi Ethan Gutmann di Almaty, Kazakhstan, bulan Januari 2020. (Josephine De Haan-Montes)

Elfidar Hanim berkata : “Kami ingin mereka menghancurkan rambut atau menjaganya daripada mengirimnya kembali ke Tiongkok, karena rambut tersebut akan dijual kembali ke negara lain, rambut tersebut akan dijual kembali ke negara-negara miskin. Dan juga Tiongkok akan menemukan cara untuk memasarkan ulang, di masa depan, Tiongkok mungkin memberikan nama yang berbeda dan dapat mentransfer untuk daerah yang berbeda atau bahkan melabeli rambut tersebut sebagai rambut orang India.”

Elfidar Hanim mengatakan, Amerika Serikat harus melakukan advokasi ke negara-negara Barat lainnya untuk tidak membeli produk yang berasal dari kerja paksa atau dari kamp konsentrasi dari Xinjiang.

Keterangan gambar: Bangunan di Pusat Layanan Pelatihan Pendidikan Kejuruan Kota Artux, diyakini sebagai kamp pendidikan ulang di mana sebagian besar etnis minoritas Muslim ditahan, di utara Kashgar di wilayah Xinjiang barat laut China, pada 2 Juni 2019. (Greg Baker / AFP via Getty Images)

(Vv/asr)

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=I0w-Cn3OJY4