PM India Menyinggung ‘Ekspansionisme’ Tiongkok Saat Pidato Hari Kemerdekaan India

Venus Upadhayaya

Para ahli mengatakan pidato Perdana Menteri India, Narendra Modi menyoroti “posisi kekuatan” India dalam berurusan dengan hegemoni Tiongkok. Modi juga menyelaraskan dengan kekuatan yang sepaham seperti Amerika Serikat.

“Baik itu terorisme atau pun ekspansionisme, India berperang melawannya dengan gagah berani,” kata Narendra Modi, saat pidato kenegaraan dari New Delhi pada Hari Kemerdekaan India ke-74. Pidato Hari Kemerdekaan, setidaknya secara simbolis, adalah pidato terpenting yang diberikan setiap tahun oleh Perdana Menteri India.

Terjadi bentrok berdarah antara tentara India  dengan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok pada tanggal 15 Juni 2020. Insiden itu  menewaskan 20 tentara India dan sejumlah tentara Tiongkok yang tidak diketahui jumlahnya di dataran tinggi Galwan, yang tidak ramah di wilayah Ladakh, utara India. Narendra Modi menyinggung hal itu dalam pidatonya.

“Terlepas dari kesulitan baru-baru ini, ada bencana di sepanjang perbatasan yang memberikan tantangan bagi negara. Tetapi siapapun yang berupaya mengancam kedaulatan negara kita langsung dari LoC [garis kendali] ke LAC [garis kendali aktual, di perbatasan yang disengketakan dengan Tiongkok], tentara India, tentara India yang berani telah memberikan balasan yang sesuai,” kata Narendra Modi.

Narendra Modi memuji keberanian tentara India di Ladakh. “Dunia telah melihat apa yang mampu dilakukan Jawans [tentara] India yang berani kita di Ladakh, apa yang dapat dilakukan negara untuk mempertahankan tekadnya,” kata Narendra Modi.

Sejak bentrokan di Galwan, hubungan bilateral antara India dan Tiongkok memburuk. India mulai meninjau Institut Konfusius milik Tiongkok di  universitas-universitas India. 

Baru-baru ini melarang 59 aplikasi Tiongkok, yang mencakup TikTok, WeShare, WeChat, dan Helo. Otoritas India mengatakan, bahwa aplikasi Tiongkok tersebut mengancam “kedaulatan dan keamanan” India.

‘Konsesi Di Luar Perundingan’

Para ahli mengatakan pidato Narendra Modi menyoroti bahwa India tidak akan menyerah pada penindasan Tiongkok, dan karena hubungan bilateral dengan Tiongkok sedang memburuk, maka hubungan Indo–Amerika Serikat adalah prioritas bagi Narendra Modi.

Harsh Pant, Kepala Program Studi Strategis di Observer Research Foundation,  kepada The Epoch Times selama platform obrolan dari New Delhi berkata : “Komentar Narendra Modi adalah sinyal yang jelas bahwa India tidak melihat normalisasi hubungan dengan Tiongkok dalam waktu dekat dan India akan memperkuat hubungan dengan negara lainnya yang sepaham”. 

Harsh Pant mengatakan, bahwa dalam pidatonya Narendra Modi menjelaskan kepada Tiongkok, bahwa India akan tetap mempertahankan wilayahnya, dan Tiongkok tidak dapat lepas dari agresivitasnya di perbatasan tersebut.

“Jadi adalah jelas, hubungan Sino-India sedang membeku, sementara hubungan India dengan Amerika Serikat akan menjadi prioritas,” kata Harsh Pant.

James Carafano, wakil presiden untuk keamanan nasional dan kebijakan luar negeri di Heritage Foundation yang berbasis di Washington, mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah email, bahwa pidato Narendra Modi menunjukkan bahwa India tidak akan meningkatkan situasi atau mengakui agresi Tiongkok.

“Saya pikir India jauh lebih percaya diri dari sebelumnya, di mana India berniat untuk berurusan dengan Tiongkok dari posisi yang kuat, menunjukkan pemerintah India bersedia melindungi kepentingannya dan bermitra dengan negara-negara yang sepaham untuk mengambil sikap yang lebih demonstratif melawan penindasan dari Beijing,” kata James Carafano.

Bibhu Prasad Routray, seorang analis strategis India dan direktur Mantraya, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Goa, mengatakan kepada The Epoch Times melalui telepon, bahwa India ingin menggunakan hubungannya dengan Amerika Serikat untuk melawan Beijing.

Bibhu Prasad Routray mengatakan, India dan Amerika Serikat akan bekerja sama untuk melawan Tiongkok dengan “meningkatkan kerjasama militer dan intelijen, kerjasama di Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan juga dalam aliansi seperti QUAD.” QUAD adalah dialog keamanan segiempat antara India, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.

“Dalam beberapa hari mendatang, kita mungkin mengharapkan tumbuhnya kerjasama militer dan intelijen Indo–Amerika Serikat. India mungkin bersedia memperjuangkan kebijakan Amerika Serikat di Indo-Pasifik, dan ada sinergi yang lebih besar dalam kebijakan terkait ke Laut Tiongkok Selatan,” kata Bibhu Prasad Routray. 

Ia menambahkan bahwa Narendra Modi memprioritaskan hubungan india–Amerika Serikat, yang telah diputuskan di lingkaran kebijakan tertinggi di New Delhi. Badan pembuat keputusan tertinggi, yaitu PMO atau Kantor Perdana Menteri India dan NSC atau Dewan Keamanan Nasional India.

Dewan  Keamanan Nasional India adalah lembaga pemerintah yang memberikan nasihat kepada Narendra Modi mengenai masalah keamanan dan strategis. 

Keterangan Gambar:Perdana Menteri India Narendra Modi melambai ketika dia pergi dengan mobil setelah pidatonya kepada bangsa itu dalam upacara untuk merayakan Hari Kemerdekaan ke-74 India, yang menandai berakhirnya pemerintahan kolonial Inggris, di Benteng Merah di New Delhi pada 15 Agustus 2020 Perdana Menteri India Narendra Modi mengeluarkan peringatan baru kepada China atas ketegangan perbatasan yang mematikan pada 15 Agustus, menggunakan pidatonya yang paling penting tahun ini untuk berjanji untuk membangun militer yang lebih kuat. (PRAKASH SINGH / AFP melalui Getty Images)

(Vv/asr)

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=NH9yShTWCwc