Pemisahan Ekonomi AS dari Beijing Mungkin Menguat Setelah Pemilu

Emel Akan

Gangguan rantai pasokan yang parah disebabkan oleh pandemi dan citra rezim Tiongkok yang memburuk dengan cepat, karena kesalahan penanganan virus Komunis Tiongkok, telah memaksa Amerika Serikat untuk memikirkan kembali kebijakannya selama beberapa dekade terakhir terhadap Beijing.

Menjelang pemilihan presiden, kedua calon, Presiden Donald Trump maupun mantan Wakil Presiden Joe Biden, telah berjanji untuk mewujudkan dukungan rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan pada Tiongkok, sebagai pabrikan yang terbesar di dunia.

Dalam wawancara baru-baru ini, Donald Trump mengangkat kemungkinan pemisahan yang sempurna dari Tiongkok selama masa jabatannya yang kedua, berarti memutuskan hubungan ekonomi karena alasan nasional dan strategis.

“Yah, jika mereka tidak memperlakukan kita dengan benar, tentu saja, saya pasti akan melakukan itu,” kata Donald Trump kepada Fox News pada tanggal 23 Agustus 2020.

Dalam upaya mengurangi ketergantungan obat-obatan yang kritis pada Tiongkok, Donald Trump  menandatangani perintah eksekutif pada tanggal 6 Agustus,  untuk memastikan bahwa obat-obatan, persediaan medis, dan peralatan yang penting dibuat di Amerika Serikat.

Kampanye Donald Trump juga merilis pada tanggal 23 Agustus, sebuah daftar “prioritas inti” untuk masa jabatannya yang kedua. Salah satu topik utama kebijakan luar negeri adalah untuk “mengakhiri ketergantungan Amerika Serikat pada Tiongkok,” menurut pengumuman itu yang mencakup tujuan mengembalikan 1 juta pekerjaan manufaktur. 

Trump mengusulkan pemberian kredit pajak dan mengizinkan “pengeluaran 100 persen pemotongan untuk industri penting seperti farmasi dan robotika”, untuk memberi insentif kepada perusahaan untuk berproduksi di Amerika Serikat.

Joe Biden, calon dari Partai Demokrat, juga berjanji untuk “membawa kembali rantai pasokan yang kritis”di bawah proposalnya “Supply America.” Rencana Joe Biden yang lebih luas adalah “untuk meningkatkan kekuatan industri dan teknologi Amerika Serikat dan memastikan masa depan ‘dibuat di seluruh Amerika’ oleh semua pekerja Amerika Serikat.”

Hengkang dari Tiongkok

Krisis pandemi mengungkap betapa bergantungnya Amerika Serikat pada Tiongkok, dan pelajaran yang didapat dapat mengakhiri peran Amerika Serikat sebagai pusat manufaktur dunia. 

Menanggapi meningkatnya persaingan global, perusahaan Amerika Serikat telah melakukan outsourcing selama beberapa dekade untuk operasi manufakturnya, terutama ke Tiongkok, untuk mengurangi biaya, tetapi masa-masa itu sudah berakhir, menurut Willy Shih, Profesor Harvard Business School dan rekan penulis buku berjudul, “Memproduksi Kemakmuran: Mengapa Amerika Serikat Membutuhkan Renaissance Manufaktur.”

“Masalahnya adalah, saat anda kehilangan manufaktur, maka anda kehilangan basis keterampilan dan industri yang umum,” kata Willy Shih kepada The Epoch Times, mengacu pada berbagi pengetahuan dan kemampuan dalam berbagai sektor.

Willy Shih mengatakan, hal Itu adalah yang utama, jadi jika anda ingin mengembalikannya, anda harus mempelajarinya kembali. Sambil mencatat bahwa mungkin perlu beberapa dekade untuk mengembalikan manufaktur karena kehilangan keterampilan.

Butuh waktu 30 tahun bagi Tiongkok dan Taiwan, misalnya, untuk mempelajari keterampilan dan memposisikan diri untuk kepemimpinan di industri tertentu.

Untuk merevitalisasi atau memperkuat manufaktur Amerika Serikat, Willy Shih percaya, pemerintah Amerika Serikat perlu menginspirasi kaum muda dan memberi kaum muda alasan untuk ingin masuk ke bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang kritis.

Sebelum pandemi, penelitian menunjukkan bahwa manufaktur Amerika Serikat menghadapi kesenjangan keterampilan yang semakin besar, hingga dapat membuat jutaan posisi tidak terisi dalam dekade berikutnya.

Pendekatan Regional

Selain membawa kembali manufaktur ke Amerika Serikat, gagasan mengenai lebih banyak manufaktur regional juga muncul, yang dapat menguntungkan Meksiko dan Kanada. Pakta perdagangan baru, Perjanjian Amerika Serikat – Meksiko – Kanada, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli, dapat mendorong bisnis untuk membawa produksi mereka ke Amerika Utara. Selanjutnya, memajukan ekonomi setelah memisahkan diri dari Tiongkok.

Willy Shih yakin manufaktur  padat karya adalah sangat dekat dengan Meksiko, karena tingkat tenaga kerja di Meksiko “kini cukup bersaing dengan Tiongkok.”

Selain itu, perusahaan-perusahaan ingin memindahkan rantai pasokannya dari Tiongkok ke negara-negara seperti Taiwan, Thailand, dan Malaysia.

Survei Gartner yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret, di antara 260 perusahaan yang merupakan pemimpin rantai pasokan global menemukan bahwa 33 persen responden sudah beralih aktivitas sumber dan manufaktur keluar dari Tiongkok atau berencana, untuk melakukannya dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Rupert Hammond-Chambers, Presiden Dewan Bisnis Amerika Serikat–Taiwan percaya, bahwa Taiwan dapat membantu Amerika Serikat secara komersial memisahkan diri dari Tiongkok. Taiwan berada pada posisi yang tepat untuk peran tersebut karena Taiwan adalah produsen peralatan asli untuk banyak perusahaan Amerika Serikat, termasuk Apple dan HP, katanya kepada The Epoch Times.

Taiwan merupakan tujuan utama manufaktur semikonduktor, dan oleh karena itu otonomi dan stabilitas Taiwan adalah penting bagi pemerintah Amerika Serikat. 

Rupert  Hammond-Chambers menuturkan, meskipun tidak ada pakta bilateral, perdagangan dua arah Taiwan dengan Amerika Serikat melonjak 34 persen antara tahun 2016 hingga 2019, yang merupakan hasil pemindahan manufaktur dari Tiongkok ke Taiwan yang mengambil kesempatan.

Rupert  Hammond-Chambers menguraikan, Kebijakan pemerintahan Donald Trump untuk memisahkan dan menggeser rantai pasokan, telah sejalan dengan minat pemerintah Taiwan untuk mengurangi keterpaparan Taiwan ke Tiongkok. Hal demikian mengakibatkan masuknya aliran investasi secara signifikan ke Taiwan dari perusahaan-perusahaan Taiwan. (vv)

Keterangan Foto : Karyawan memproduksi mantel bulu di sebuah pabrik untuk perusahaan pakaian Bosideng di Nantong, di Provinsi Jiangsu timur Tiongkok pada 24 September 2019. (STR / AFP melalui Getty Images)