Serial Kisah Jenderal Washington : Pemuda Penunggang Kuda, Menggambar Alam

SONG WEIWEI

George Washington sejak masa kanak- kanak telah menunjukkan sifat yang berbelas kasih, berada di tengah hubungan yang rumit, dengan bijaksana menjaga hubungan akrab antar anggota  keluarga di dalam keluarga besarnya.

George Washington adalah putra sulung dari pernikahan kedua ayahnya, istri pertama ayahnya telah meninggal dunia dengan meninggalkan dua orang putra dan seorang putri, ayah Washington dan ibunya memiliki 7-8 anak.

Cerita yang diwariskan pada generasi mendatang yang dikenal luas oleh masyarakat adalah di masa kanak-kanaknya, di suatu kejadian, Washington menebang pohon cherry ayahnya, akhirnya, setelah mengalahkan rasa takut akan dihukum, ia mengakui kesalahannya pada sang ayah, sang ayah memuji perilaku tersebut. Ini menunjukkan di dalam sanu- bari anak ini, memiliki bakat untuk melindungi kebaikan hati nurani.

George  kecil  telah menunjukkan sifat penuh belas kasihnya sejak kecil, berada di tengah hubungan yang rumit, dengan bijaksana ia menjaga hubungan akrab antar anggota keluarga di tengah keluarga besarnya.

George kecil sangat akrab dengan kakak tirinya  yang berbeda ibu yakni Lawrence Washington. Waktu itu keluarga yang besar di masa kolonial, putra keluarga akan dikirim kembali ke negara leluhur / kekuasaan raja untuk bersekolah, tidak terkecuali juga Lawrence, kakak yang kembali seusai studi sempat mengabdi di kemiliteran Inggris, kemudian pernah menjadi anggota  legislatif negara bagian, sebelum meninggal sempat menjabat sebagai pemimpin pasukan pertahanan sipil negara bagian, masa mudanya sangat berprestasi, merupakan salah seorang elit  di masa kolonial tersebut.

Di mata sang kakak yang berwawasan luas, George kecil  yang  masih belia adalah anak kecil yang lugu dan menggemaskan, yang secara polos selalu mengikutinya, lalu bertanya ribuan kali mengapa, dan selalu menuruti ajaran sang kakak.

Washington yang berusia 16 tahun menjadi seorang surveyor tanah. Dia pergi jauh ke dalam lembah sungai yang bergolak dan pegunungan yang dalam dan hutan tua, mengamati dan merekam gunung, sungai, air terjun, hutan belantara yang kaya dan vegetasi. Gambar itu menunjukkan Washington di masa mudanya. (domain publik)

Walaupun selisih umurnya sangat jauh, kedua kakak beradik itu sama sekali tidak terhalang usia, ini tentu saja karena kebaikan dan toleransi kakak terhadap adiknya, Lawrence pernah menyimpulkan dengan gurauan, dirinya adalah teman bermain George kecil, teman sekelas yang semeja serta pendamping setia yang ibarat bayangan diri baginya. Bisa dilihat, betapa besar kasih sayang Lawrence terhadap George kecil.

Ketika George berusia sekitar 14 tahun, ia mendapatkan seekor kuda kecil dan seorang budak hitam kecil yang melayaninya, ia menunggang kuda kecil ini, naik ke gunung turun ke sungai, berkelana kemana-mana. Memiliki seekor kuda bagi seorang bocah lelaki, adalah semacam ritual yang sangat penting.

Sejak saat itu, hingga akhir hayatnya, George Washington adalah seorang penunggang kuda, seorang pria yang selalu berada di punggung kuda, ia maju ke medan perang dengan berkuda, menerjang ke sana kemari; saat menerima jabatan ia menunggang kuda ke New York, menjadi presiden pertama Amerika yang terpilih dengan suara bulat; setelah pensiun ia kembali ke Peternakan Vernon, tetap menjaga kebiasaan sebagai penunggang kuda, memacu kuda di antara gunung dan sungai, hingga akhir hayatnya, setiap hari ia menunggang kuda berpatroli di lahan peternakannya. Bisa dikatakan, George Washington menghabiskan seumur hidupnya di atas punggung kuda.

Juga pada sekitar usia 14 tahun, dari sebuah buku pedoman perilaku yang diajarkan Gereja Prancis pada abad ke-16 George merangkumnya, dan menulis ulang sebanyak 110 persyaratan etika menjadi sebuah buku, menetapkan bagi dirinya sediri harus memiliki aturan perilaku sebagai seorang pria sejati (gentleman). Contohnya, menghormati orang lain, mendengarkan dengan seksama, tidak menyela saat orang lain berbicara, tidak sembarangan meninggalkan tempat, tidak boleh menguap; di saat ada orang lain berdiri di samping, jangan duduk seorang diri; posisi duduk harus tegak, jangan mengangkat kaki, jangan menyilangkan kaki; jangan marah di meja makan; jangan bicara saat mulut penuh dengan makanan; jangan bersin di hadapan orang lain, jangan membuka mulut saat berjalan; pada saat berbicara dengan orang lain, jaga jarak yang membuat orang merasa nyaman dan lain sebagainya.

Semua peraturan etika itu telah memperlihatkan tuntutan Washington kecil terhadap dirinya sendiri, dan menaruh rasa hormat pada orang lain, dan di saat yang sama, seumur hidupnya ia menerapkan seluruh etika itu.

Washington adalah seorang pria tampan yang karismatik, selalu berpakaian rapi; menyukai musik, dan berdansa; selalu sopan memperlakukan orang lain, bahkan di medan perang, dia selalu memperlakukan wanita dan anak-anak dari pihak musuh dengan penuh pengampunan. Kata-katanya dikenang generasi penerus, terutama belas kasih dan penampilan mulianya, para sejarawan generasi mendatang menilai, Washington telah membentuk Amerika, telah membentuk semangat Amerika. Tentu saja, juga termasuk perhatiannya terhadap pendidikan diri, serta perilaku dan penampilan, salah satu keka- yaan mentalitas yang diwariskannya bagi generasi penerus

Kesetiaan antar saudara

Masa kanak-kanak George kecil sangat tragis, belum beranjak dewasa, ayahnya telah meninggal dunia, usianya belum 50 tahun. Tak lama setelah itu, sang kakak Lawrence menikah dan bersama istrinya menetap di Peternakan Vernon.

Sebagai pengikut setianya George kecil acap kali bertamu ke Peternakan Vernon, hampir bisa dikatakan telah ikut menetap di kediaman baru sang kakak. Lawrence dan istri telah kehilangan empat orang anak, di tengah kepedihan seperti itulah, kasih sayang pasangan suami istri tersebut sebagai orang tua, semua dicurahkan kepada remaja ini.

Mertua Lawrence adalah keluarga terpandang di negara kekuasaan rajanya, merupakan kaum terpandang di Virginia, sama seperti Lawrence, mertuanya juga sangat menyukai George yang berkepribadian tenang, tidak banyak bicara dan jujur, mertua Lawrence pernah menuliskan surat kepada ibu George, memuji anak yang cerdas itu, masih berusia muda sudah mampu membawa diri, dan mampu mengenda- likan emosi.

Setelah ayahnya meninggal, sang ibu selain harus merawat sekumpulan anak- anak yang masih kecil, juga harus seorang diri menjalankan pekerjaan di pertanian, keuangan keluarga sangat sulit. Dan George kecil tidak bisa seperti kakak-kakaknya pergi sekolah di Inggris, melainkan sejak sangat dini ikut mengemban tanggung jawab untuk ikut menafkahi keluarga.

Di usia 16 tahun Washington telah menjadi surveyor tanah di Virginia, ikut dalam barisan eksplorasi surveyor, masuk ke  tengah hutan dan rimba,  ikut  mensurvei  dan mencatat gunung, sungai, air terjun, dan padang yang kaya serta vegetasinya, pengukuran membutuhkan angka  akurat, ia menggunakan cara pengukuran  gambar yang diciptakannya sendiri, menggabungkan dua sistem yang tadinya tidak saling kompatibel, yang satu adalah sistem pengukuran lahan tradisional di Inggris berdasarkan angka 4, yang satu lagi adalah sistem desimal Prancis berdasarkan angka 10:10. Dan peta yang dilukis sendiri oleh Washington, hingga kini masih eksis.

Virginia di abad ke-18, dipenuhi dengan sungai dan hutan rimba yang masih perawan, mungkin jejak kaki dan kuda mereka adalah jejak kaki manusia yang pertama di wilayah tersebut.

Di dalam buku hariannya George Washington mencatat dirinya duduk di kano yang hanyut mengikuti aliran sungai di tengah hujan mengguyur, mengarungi sepanjang aliran sungai, berburu menembak ayam kalkun.

Dibandingkan harus bermalam di atas tumpukan jerami di rumah petani yang tendanya mudah terbakar oleh api unggun yang dinyalakan untuk menghangatkan diri, dia lebih memilih tidur beratap langit. Pernah suatu malam angin bertiup kencang dan menerbangkan tenda milik tim surveyor, pernah juga terjadi api menyambar jerami di kaki mereka sehingga mengejutkan mereka di tengah malam.

Maka George kecil sangat suka tidur di udara terbuka, diselimuti dengan selimut kulit beruang yang hangat, menatap bintang di langit, menyelonjorkan tubuhnya yang tergembleng seharian. Bayangkan suasana seperti itu, langit sebagai layar, bumi sebagai tikar, bulan penuh dan bersinar, bintang dan awan bergerak. Washington yang berusia 16 tahun, mengadah menatap langit dan bintang, satu orang menghadapi langit bumi dan bintang, betapa luas suasana hatinya.

Setelah sang ayah, sang kakak Lawrence sayangnya telah mengidap TBC, Washington sempat mendampingi sang kakak pergi ke hotel sauna di barat Virginia yang lebih hangat untuk merawat kesehatannya.

Washington sempat terjangkit penyakit yang tidak bisa diobati di masa itu yakni cacar, namun bisa sembuh total, hanya saja meninggalkan bekas di hidung; sementara sang kakak tidak terhindar dari maut, meninggal di usia muda seperti ayah mereka.

Lawrence menyerahkan keluarganya dan seluruh kekayaannya kepada adiknya, termasuk Peternakan Vernon, George pun mewarisi jabatan pemimpin pasukan pertahanan sipil negara bagian, dan kemudian seperti sang kakak, ia pun mengabdi pada kemiliteran kolonial di negara kekuasaan raja.

Hubungan dekat George kecil dengan kakak yang beda ibu, serta pengalamannya dengan tim surveyor, membuatnya mengalami dunia lelaki, lelaki yang berani, ulet, dan keras; kesetiaan, tanggung jawab, dan kejujuran lelaki… semua pengalaman itu bisa dikatakan merupakan pondasi emosional George Washington, “Brotherhood” (persaudaraan).

Seumur hidupnya, ia sangat mementingkan “persaudaraan”, kesetiaan dengan saudara, kesetiaan dan kepercayaan antar sesama pria, tanggung jawab dan kewajiban yang lebih bernilai dari emas. Jika dijelaskan, seperti kebu- dayaan tradisional Tiongkok, ibarat kisah persaudaraan dalam legenda Sam Kok, kesetiaan dan kepercayaan antar pria dimana, janji lebih berharga daripada emas, ditebus dengan nyawa.

Dalam pidatonya di sebuah universitas, Presiden Reagan merangkum penekanan Washington pada Iman, moralitas, dan persaudaraan:

「 Presiden pertama kami, George Washington,    Bapak    Negara    kami,  pembentuk Konstitusi, dan benar-benar orang yang bijak, percaya bahwa agama, moralitas, dan persaudaraan adalah pilar penting masyarakat, dan ia berkata Anda tidak dapat memiliki    moralitas tanpa dasar  agama.

( 「 Our first President, George Washington,  Father  of  our  Country,  shaper  of the Constitution, and truly a wise man, believed that religion, morality, and brotherhood were the essential pillars of society, and he said you couldn’t have mowithout the basis of religion.」) (sud)

Keterangan Foto : Para sejarawan generasi baru menilai, Washington telah membentuk Amerika, telah membentuk seman-gat Amerika. Foto adalah sebagian dari lukisan dinding di kota tua Alexandria, Virginia. (Flickr)