Pemilik Restoran Mengizinkan Siswa yang Tidak Mampu untuk Makan Gratis, Mereka Menggantinya dengan Mencuci Piring Selama Tiga Puluh Menit

Beberapa orang beruntung terlahir dalam keluarga yang mampu, dan ada pula yang kurang beruntung. Bagi siswa dari keluarga sederhana, ada hari-hari yang cukup menantang karena mereka hanya mendapat tunjangan dari orangtuanya yang tidak seberapa. Ada situasi di mana anggaran yang terlalu minim tidak mampu untuk membeli makan.

(Foto: Sin Chew)

Di Jepang ada pemilik restoran yang dikenal sebagai “Raja Pangsit” di Demachi, Kyoto telah mengizinkan siswa yang tidak mempunyai uang untuk makan di restorannya, namun mereka harus menggatinya dengan mencuci piring selama 30 menit.

Puluhan tahun telah berlalu, dan hingga sekarang, dia telah melayani lebih dari 30.000 makanan gratis untuk siswa yang kurang mampu. Pemilik restoran tersebut kini telah berusia 70 tahun, dan menurut kabar, restoran tersebut akan tutup pada akhir bulan ini.

Sankei Shimbun melaporkan bahwa restoran “The King of Dumplings” terletak dekat dengan Universitas Kyoto dan Universitas Doshisha. Di restoran tersebut, terdapat poster yang dipasang di pintu yang bertuliskan, “Mereka yang tidak punya uang bisa makan gratis”.

(Foto: Sin Chew)

Pemilik restoran, Touhiro Inoue lahir di Fushimi-ku, Kyoto. Pada usia 20 tahun, keluarganya meninggalkan dia karena mereka menentang pernikahannya dengan istrinya.

Setelah menikah, dia pindah ke Osaka, tetapi menjalani kehidupan yang sulit, dan mereka tidak mampu membeli makanan.

Inoue kemudian kembali ke Kyoto untuk bekerja di sebuah restoran bernama, “The King of Dumplings.” Pada tahun 1982, ketika dia dipromosikan menjadi manajer restoran, dia ingat bahwa dia sangat menderita saat masih muda, dan sekarang saatnya dia membantu orang lain yang mengalami kesulitan yang sama seperti dia.

Jadi, dia mendapat ide untuk membiarkan siswa yang kurang mampu untuk makan gratis dan sebagai gantinya mereka diharuskan mencuci piring selama 30 menit.

Setelah Inoue menjadi pemilik restoran pangsit di Demachi itu pada tahun 1995, dia melanjutkan ide tersebut, dan kebetulan disukai oleh mahasiswa setempat.

(Foto: Sin Chew)

Hingga saat ini, dia telah melayani lebih dari 30.000 makanan secara gratis. Meski dua tahun lalu, seorang siswa tidak lagi diizinkan mencuci piring karena alasan higienis. Namun, dia tetap memberikan makanan gratis bagi siswa yang tidak punya uang untuk makan.

Inoue mengatakan hal yang paling menghangatkan hati adalah beberapa siswa yang telah lulus kembali mengunjungi restorannya. Pernah ada seorang mahasiswa laki-laki dari Universitas Doshisha yang datang ke Tokyo untuk memulai bisnis setelah dia lulus.

Setelah menikah dan memiliki anak, dia membawa anak-anaknya mengunjungi Inoue. Dia berkata bahwa karena Inoue, dia bisa menikah dan memiliki anak. Inoue memeluk bocah itu dan menangis kegirangan.

(Foto: Sin Chew)

Inoue kini telah mencapai usia senja. Karena tidak ada yang akan mewarisi restoran tersebut, dia memutuskan untuk menutup restoran tersebut. Rupanya, ia mengkhawatirkan nasib para pelajar, apalagi sekarang dunia sedang dilanda pandemi COVID-19.

Orang-orang yang mendengar berita penutupan restoran mulai berdatangan kembali dan mengunjungi restoran tersebut. Banyak dari mereka adalah mantan mahasiswa yang pernah makan di sana secara gratis.

Sebagian besar siswa yang datang berkunjung sudah dewasa, dan tak lama kemudian restoran itu dipenuhi oleh pelanggan lama dan baru.

Banyak dari mereka ingin berterima kasih kepada Inoue atas layanan dan restorannya, di mana mereka merasa diterima untuk mendapatkan makanan enak secara gratis. (yn)

Sumber: goodtimes

Video Rekomendasi: