Direktur Nasional Intelijen AS : Komunis Tiongkok Bangun Pasukan Biologis, Ancaman Terbesar bagi Dunia

Director of National Intelligence (DNI) atau Direktur Nasional Intelijen Amerika Serikat John Ratcliffe menerbitkan komentar di Wall Street Journal pada Kamis 3 Desember 2020. Ratcliffe  mengatakan bahwa intelijen Amerika Serikat  menuding Partai Komunis Tiongkok tengah melakukan uji coba pada pasukan militer negaranya agar memiliki kekuatan super dengan melakukan pengembangan secara biologis

Botanwang.com

Direktur Nasional Intleijen Amerika Serikat John Ratcliffe menilai ambisi Komunis Tiongkok terhadap kekuatan militernya tidak memiliki batasan moral dan etika. Hal itu terkait tudingan bahwa Partai Komunis Tiongkok tengah melakukan uji coba pada pasukan militer negaranya agar memiliki kekuatan super dengan melakukan pengembangan secara biologis. 

Sebagai pejabat intelijen tertinggi Amerika Serikat, Ratcliffe memiliki hak untuk mengakses lebih banyak intelijen daripada pejabat pemerintah lainnya, kecuali presiden. 

Menurutnya, sebagai Director of National Intelligence, Ratcliffe mengawasi badan intelijen, dan membuat Briefing Harian Presiden yang merinci ancaman yang dihadapi negara. Ratcliffe menilai Partai Komunis Tiongkok merupakan ancaman terbesar bagi Amerika Serikat dan ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di dunia sejak Perang Dunia Kedua. 

“Intelijennya jelas, Beijing bermaksud mendominasi Amerika Serikat dan seluruh dunia secara ekonomi, militer, dan teknologi,” kata Ratcliffe.

Ratcliffe menyatakan banyak inisiatif publik Tiongkok dan perusahaan terkemuka hanya kamuflase dari aktivitas Partai Komunis Tiongkok. Selain itu, Komunis Tiongkok mencuri hak kekayaan intelektual perusahaan Amerika, mereplikasi teknologi korporasi besar Amerika, dan kemudian menyingkirkan perusahaan asal Amerika Serikat di pasar global. 

“Saya menyebut taktik spionase ekonomi mereka ‘merampok, menyalin, dan mengganti’,” tulis Ratcliffe.

Menurut Ratcliffe FBI semakin sering menangkap warga Tiongkok atas tuduhan mencuri hasil riset Amerika Serikat. Diperkirakan kerugian pencurian kekayaan intelektual Amerika oleh Tiongkok mencapai US $ 500 miliar per tahun, setara dengan kerugian US $ 4.000 hingga US $ 6.000 per keluarga Amerika. 

Ratcliffe menilai Komunis Tiongkok telah mencuri teknologi pertahanan sensitif Amerika, untuk mempromosikan rencana ambisius Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping untuk menjadikan Partai Komunis Tiongkok sebagai kekuatan militer utama di dunia.

Ratcliffe mengatakan bahwa Tiongkok harus menjadi perhatian utama keamanan nasional Amerika di masa depan. Washington harus bersiap-siap. Para pemimpin Amerika perlu memahami ancaman ini dan mengambil tindakan untuk mengatasinya.

Ratcliffe menyebutkan dalam editorialnya bahwa intelijen Amerika menunjukkan, Partai Komunis Tiongkok bahkan telah melakukan pengujian manusia pada tentara Pembebasan Rakyat – PLA, agar memiliki kekuatan super dengan melakukan pengembangan secara biologis. 

Ambisi Beijing terhadap kekuatan militer tidak memiliki batasan moral dan etika. Meskipun berita tentang perkembangan tentara biologis Partai Komunis Tiongkok cukup mengejutkan, tapi bukannya tanpa celah.

Dalam tesis PhD “Evaluasi dan Penelitian Teknologi Peningkatan Efektivitas Manusia” tahun 2016 oleh Akademi Militer Tiongkok, menyatakan bahwa CRISPR, teknologi baru untuk pengeditan gen menjadi salah satu dari tiga “teknologi peningkatan kinerja manusia”. 

Ini dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas tempur personel militer. Editorial tersebut menyarankan, Partai Komunis Tiongkok harus “mengambil inisiatif” mengingat potensi subversif dari teknologi peningkatan efektivitas manusia untuk mengubah nilai aturan perang. 

Saat ini, Partai Komunis Tiongkok secara aktif menjajaki tiga bidang baru teknologi interdisipliner biologis, salah satunya adalah teknologi kolaborasi manusia-komputer. Orang pertama di Tiongkok yang secara terbuka mendukung pengembangan integrasi manusia-mesin adalah Guo Jiwei, seorang profesor di Universitas Kedokteran Militer Ketiga Partai Komunis Tiongkok, yang menulis buku “War for Biological Dominance.”

Menurut Guo Jiwei untuk meraih kemenangan di medan perang masa depan, perlu diwujudkan “War for Biological Dominance” dan fokus pada medan pertempuran baru di “wilayah biologis”. Dalam arti sempit, wilayah biologis mengacu pada informasi super mikroba, seperti gen dan protein dan informasi karakteristik ras serta sumber daya genetik populasi. Dalam arti luas, mengacu pada informasi supermikroba yang mencakup semua sumber daya domain kehidupan dengan karakteristik nasional (regional).

Guo Jiwei pernah mengatakan bahwa bioteknologi modern tidak hanya berperan dalam memajukan perekonomian nasional dan banyak aspek lainnya, tetapi juga memiliki nilai penting di bidang kemiliteran. 

Bioteknologi memposisikan medan perang pada tubuh manusia itu sendiri, dapat menyerang sebagian fisik manusia dan seakurat pada kondisi biologis tertentu.

Dalam buku “War for Biological Dominance”, Guo Jiwei menyarankan biosensor atau pengontrol dapat ditanamkan di dalam atau di luar tubuh manusia, sehingga komandan dapat mengetahui posisi tempur, status kesehatan, kemampuan tempur, respons emosional, dan informasi lain dari pasukannya untuk benar-benar mengenal potensi diri atau musuh.

“Jika bioteknologi militer memungkinkan untuk ditingkatkan dan meningkatkan kemampuan manusia, itu dapat mengatasi celah kecerdasan fisik tentara itu sendiri dan menjadi ‘prajurit serba bisa,” jelas Guo Jiwei. (jon/rp)

Keterangan Foto : John Ratcliffe (R-Texas) berbicara kepada media sementara penasihat tim pembela pemakzulan lainnya di Capitol di Washington pada 27 Januari 2020. (Charlotte Cuthbertson / The Epoch Times)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=SL65l4CYSCo