Komunis Tiongkok Gunakan APP dan Teknologi ‘Artificial Intelligence’ untuk Menyedot Data Pribadi Warga AS

Jinghao Su

Mantan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan, Komunis Tiongkok menggunakan teknologi dan bahasa Mandarin aplikasi yang dibuat untuk mendapatkan data pribadi warga Amerika, lalu menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memilah data dan menggunakannya sebagai senjata melawan Amerika Serikat. 

Hal demikian disampaikannya dalam wawancara dengan TV AS, Fox News yang disiarkan pada Kamis (4/2/2021).

Pompeo mendesak pemerintahan presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk mempertahankan sanksi administrasi mantan presiden Donald Trump terhadap perusahaan teknologi Tiongkok. Pompeo  menekankan bahwa sanksi ini untuk melindungi orang Amerika dari Komunis Tiongkok.

Pompeo  menegaskan bahwa  Komunis Tiongkok akan menggunakan informasi itu untuk mengumpulkan data. 

“Kemudian mereka akan berbalik dan memberi tahu kami bahwa jika kami tidak bertindak sesuai dengan persyaratan Komunis Tiongkok, kami akan menyebabkan kerugian nyata bagi Amerika Serikat,” kata Pompeo  kepada pembawa acara Fox News, Maria Bartiromo. 

Mengenai apakah pemerintahan Biden saat ini harus terus menerapkan sanksi dan pembatasan lain yang diberlakukan oleh mantan Presiden Donald Trump pada perusahaan-perusahaan Tiongkok, Pompeo mengatakan: “Teknologi (Tiongkok) ini telah menembus ke Amerika Serikat dan ke Eropa. Digunakan oleh anak-anak kita, digunakan oleh kita, di mobil, di TV, di ponsel dan telepon.”

Pompeo menjelaskan bahwa informasi itu termasuk informasi Amerika, apakah itu informasi pribadi, Informasi kehidupan tentang lingkungan serta informasi tentang kondisi medis dan informasi DNA. Semua itu bisa dikirim ke departemen keamanan nasional Komunis Tiongkok.

Menurut Pompeo semua  informasi tersebut dapat digunakan untuk pemerasan.

“Informasi Amerika ini akan digunakan untuk niat buruk. Ini akan digunakan untuk merugikan Amerika Serikat, dan sanksi ini diterapkan oleh pemerintah kami untuk melindungi rakyat Amerika dari cambuk ganda ini,” kata Pompeo.

Pemerintahan Trump memberlakukan pembatasan ekspor dan sanksi terkait pada sejumlah perusahaan teknologi Tiongkok, termasuk raksasa telekomunikasi Huawei dan ZTE. Pada (5/1), Presiden Trump juga menandatangani perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan delapan aplikasi Tiongkok (APP) termasuk Ant Group Alipay dan WeChat Pay Tencent.

Dalam perintah eksekutif, Trump mengatakan bahwa aplikasi itu memudahkan pengguna untuk mengakses informasi pribadi. Trump mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok dapat menggunakan informasi ini untuk melacak lokasi karyawan federal dan kontraktor serta membuat file informasi pribadi.

Pompeo menambahkan dalam wawancara bahwa dia memperingatkan sekutu Amerika Serikat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh Komunis Tiongkok. Menurut Pompeo, rezim Komunis Tiongkok telah melanggar janjinya selama dua dekade terakhir dan harus mengadopsi kebijakan “ketidakpercayaan dan verifikasi dulu” dalam berurusan dengan Komunis Tiongkok.

“Saya menghabiskan banyak waktu berkeliling dunia, berbicara dengan para pemimpin dari Eropa, Asia, dan Amerika Selatan, mengingatkan mereka bahwa meskipun Komunis Tiongkok mungkin menggunakan uang sebagai umpan, tujuan di baliknya adalah untuk menciptakan pengaruh dan kekuasaan,” kata Pompeo.

Selama masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri, Pompeo telah memperingatkan semua tingkat pemerintahan di Amerika Serikat bahwa Komunis Tiongkok telah menyusup ke Amerika Serikat dan sedang bekerja keras untuk mempengaruhi kendali kekuasaan dari lokal ke Washington.

Pompeo  menulis dalam tweet pada (3/2/2021) menyebutkan, “Komunis Tiongkok tidak hanya menghancurkan jutaan pekerjaan Amerika, tetapi juga disembunyikan dalam kegelapan. Mereka melobi anggota Kongres. Mereka bekerja sama dengan komite sekolah dan dewan kota. Berusaha mengubah cara hidup kita . ” Pompeo  menegaskan, ancaman Komunis Tiongkok itu harus ditanggapi dengan serius. (hui)

Keterangan Foto : mantan Menteri Luar Negeri AS, diambil pada 4 Januari 2021. (Charlotte Cuthbertson / The Epoch Times)

https://www.youtube.com/watch?v=F2Z7ZuLh3JU