Represi di Myanmar Meningkat Menjadi 80 Kematian, Seluruh Desa Dikabarkan akan Dibakar

Zheng Gusheng

Baru-baru ini ada adegan  tragis peristiwa di Myanmar yang  beredar di Internet, termasuk dugaan pembakaran militer di seluruh desa, membuat warga desa kehilangan tempat tinggal.

Setelah militer Myanmar melancarkan kudeta bulan lalu, protes terus berlanjut di seluruh negeri. Menurut laporan media Myanmar, pengunjuk rasa berdemonstrasi di depan kantor polisi di Yangon, pusat ekonomi Myanmar, pada 12 Maret menuntut pembebasan orang yang ditangkap. Polisi melepaskan tembakan dan menekan setidaknya dua pengunjuk rasa.

Selain itu, kelompok advokasi hak asasi manusia nirlaba “Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik” (AAPP) menunjukkan bahwa di Myaing, sebuah kota kecil di Myanmar tengah, polisi menembak dan menewaskan sedikitnya delapan pengunjuk rasa. 

AAPP juga melaporkan bahwa lebih dari 2.000 orang Myanmar telah ditahan secara sewenang-wenang oleh pemerintah militer dan kehilangan kontak dengan mereka. Dunia luar tidak dapat mengetahui status mereka setelah penangkapan.

Utusan Khusus PBB di Myanmar, Tom Andrews, menyatakan bahwa militer Myanmar secara sistematis membunuh, memenjarakan, dan menganiaya warga Myanmar, yang mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB menunjukkan bahwa sejak penindasan militer oleh militer, setidaknya 80 orang telah tewas dan ratusan lainnya terluka di Myanmar. Namun, statistik spontan warganet lokal di Myanmar jauh lebih tinggi dari angka resmi. Disebutkan ada 23 orang tewas dalam waktu kurang dari 24 jam.

Di balik sosok dingin ini adalah tragedi setiap keluarga. Video dan foto yang dibagikan oleh netizen Myanmar beredar di media sosial, menggambarkan pengalaman tragis orang-orang Myanmar dan kisah-kisah menyentuh yang muncul dalam perjuangan tersebut. (hui)

Keterangan Foto : Februari, di Naypyidaw, ibu kota Myanmar, polisi melepaskan tembakan untuk menekan para demonstran. (STR / AFP melalui Getty Images)