Fotografer Mengabadikan Foto Sebelum dan Sesudah dari Mantan Pekerja Anak yang Sekarang Sudah Bersekolah

Louise Bevan

Selama lebih dari dua dekade, seorang fotografer pemenang penghargaan, GMB Akash disibukkan bersama kehidupan orang-orang yang terpinggirkan di negara asalnya, Bangladesh.

Akash  menghabiskan waktu dalam kurun selama 17 tahun mendokumentasikan penderitaan para pekerja anak. Karyanya mencapai puncaknya dalam serangkaian foto sebelum dan sesudah yang menyayat hati. Foto-foto itu  menggambarkan kondisi anak-anak yang sekarang sudah dapat bersekolah.

Setelah menyaksikan wajah cilik yang sama berkali-kali, perwakilan dari empat juta anak Bangladesh yang dipaksa bekerja untuk menghidupi keluarga mereka,  Akash turun tangan.

Dia mulai membantu keluarga miskin membangun bisnis kecil yang menguntungkan, mengeluarkan anak-anak mereka dari angkatan kerja dan bersekolah.

(Courtesy of GMB Akash)

Foto-fotonya menceritakan kisah itu. Dari transformasi anak-anak yang sungguh menakjubkan.

Tumbuh kembang di samping distrik lampu merah terbesar di Bangladesh, Akash, 44, mendengarkan tangisan wanita setiap malam.

(Courtesy of GMB Akash)

“Saya ingin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan para wanita yang tinggal di dalam tembok itu,” dia menjelaskan kepada My Modern Met.

(Courtesy of GMB Akash)
(Courtesy of GMB Akash)

Dia juga menghabiskan “malam-malam tanpa tidur” memikirkan tentang Dalit — orang-orang yang termasuk dari kasta terendah di India — dikucilkan oleh semua orang kecuali komunitas mereka sendiri.

(Courtesy of GMB Akash)

“Kamera menjadi paspor saya untuk pergi ke tempat-tempat yang tak pernah saya kunjungi sebelumnya,” Akash menjelaskan bahwa kita semua adalah manusia,  tidak ada yang memilih demi hidup terpinggirkan.

(Courtesy of GMB Akash)

Membangun relasi dengan subjeknya dari waktu ke waktu, menjadi sangat penting bagi seorang fotografer. Berkat hubungan baiknya, tak lama kemudian Akash menyadari bahwa kehidupan para pekerja anak tetap tak berubah.

“Untuk mengeluarkan anak-anak dari pabrik dan tempat pembuatan batu bara, saya membutuhkan orangtua mereka untuk menghasilkan uang yang cukup demi menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anak mereka,” jelasnya.

(Courtesy of GMB Akash)

Akash mulai menggunakan penghasilan dan donasinya untuk memberikan para keluarga Dalit peluang bisnis kecil-kecilan dari sapi untuk diperah, taksi tuk tuk (Semacam angkutan umum transporatsi lokal) dan membuka kios sayuran di pasar — ​​ditambah pelatihan tentang seminar kiat sukses berbisnis  dan berkelanjutan. Hingga saat ini, ia telah mendirikan 150 bisnis berbeda untuk 150 keluarga.

Terlepas dari ilegalitas pekerja anak di Bangladesh, beberapa orangtua membujuk agar anak-anak mereka bersekolah. Untuk memfasilitasinya, Akash bahkan menanggung tanggung jawab untuk biaya masuk, uang sekolah, makanan sehari-hari, buku, dan pakaian.

(Courtesy of GMB Akash)
(Courtesy of GMB Akash)
(Courtesy of GMB Akash)

“Dengan rahmat Tuhan, saya telah menerima total 30 anak yang bekerja ke sekolah dan saya memantau mereka dengan sangat cermat,” katanya kepada Bored Panda.

“Saya secara rutin mengunjungi rumah dan sekolah mereka untuk menilai situasi mereka. Mudah-mudahan, dalam beberapa bulan, saya bisa menerima sepuluh pekerja anak lagi ke sekolah,” imbuhnya.

Tak sebatas itu, Akash juga memberikan beasiswa kepada ratusan siswa, memungkinkan mereka untuk lulus ujian dan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Dia juga membagikan pakaian kepada yang membutuhkan, sandal untuk anak-anak jalanan, dan kebutuhan utama bagi pasutri lansia yang tidak memiliki anak.

“Kapanpun saya mendapat uang, saya berusaha membantu orang,” jelasnya.

(Courtesy of GMB Akash)

Semangat Akash telah memberikan kepadanya lebih dari 100 penghargaan fotografi internasional.

Saat ini, dia mempelopori GMB Akash Institute of Photography di Dhaka. Didukung oleh beberapa mitra, sebuah gedung sekolah pedesaan di luar ibu kota untuk anak-anak dari delapan desa tetangga yang tidak memiliki akses ke pendidikan.

(Courtesy of GMB Akash)

“Cabang pedesaan dari sekolah ini dimulai lima tahun lalu di bawah pohon, dengan 30 siswa yang bersemangat,” kata Akash.

Jumlah siswa sejak itu meningkat menjadi 160 orang, ditambah dengan sepuluh guru yang digaji.

Pada 17 Februari, fotografer tersebut memposting pembaruan di Facebook tentang 23 mantan pekerja anak, yang sekarang menjadi pelajar.

“[Mereka] telah dipromosikan ke kelas baru mereka dan mereka telah menerima buku baru mereka. Dengan kebahagiaan mereka semua bersinar seperti bintang, ”tulisnya.

“Sangat menyenangkan bagi saya untuk berbagi wajah cerah ini dengan teman-teman saya, tanpa kamu, tidak ada yang mungkin,” ujarnya. (asr)