Pembantaian Meningkat, Jet Tempur Militer Myanmar Serang Desa-desa

Jin Shi dan Tian Rui- NTD

Militer dan polisi Myanmar pada Sabtu (27/3) terus menekan pengunjuk rasa di seluruh negeri. Sedikitnya 114 orang tewas pada hari itu, hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari, termasuk 6 anak di bawah umur.

Yang lebih mengejutkan bagi dunia luar adalah pada hari yang sama, militer Myanmar juga menggunakan jet tempur untuk melakukan serangan udara di sebuah desa (Day Pu Noe) di perbatasan antara Myanmar dan Thailand untuk pertama kalinya. Serangan udara menyebabkan tiga kematian.

David Eubank, ketua organisasi kemanusiaan Free Myanmar Rangers berkata : “Perbedaan besar kali ini adalah kita tidak pernah diserang melalui udara selama 20 tahun. Kedua, ini terjadi pada malam hari, yang menunjukkan bahwa dibalik kekuatan militer Myanmar adalah Rusia dan Tiongkok atau negara lain yang membantu ini adalah fatal. “

Han Lay, peserta kecantikan Myanmar yang berpartisipasi dalam Kontes Miss Grand International di Bangkok, Thailand, menangis dan memohon bantuan internasional.

Kontes kecantikan Miss Grand International Myanmar Han Lay: “Orang-orang Myanmar berjuang untuk demokrasi di jalanan, dan saya juga berjuang untuk demokrasi di panggung ini.

Malam itu, menteri pertahanan 12 negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam pembunuhan warga sipil oleh militer Myanmar.

Pernyataan itu berbunyi: “Tentara profesional harus mengikuti standar internasional dan melindungi warga sipil, bukan melukai.”

Menteri pertahanan dari 12 negara mendesak militer untuk menghentikan kekerasan.

Pada Minggu 28 Maret, pemakaman para korban diadakan di seluruh Myanmar. Di Yangon, potret seorang anak laki-laki berusia 13 tahun ditempatkan di aula duka, dan ibunya memanggil namanya. (hui)